Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kebebasan atlet perempuan dalam memilih pakaian untuk bertanding tergambar jelas di arena bulu tangkis Olimpiade Tokyo. Cabang ini sudah lebih maju, ketika masih banyak atlet cabang lain masih dikungkung aturan dan norma la,
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dari lebih dari 30 atlet perempuan yang bermain bulu tangkis, Rabu, mengenakan seragam yang berbeda-beda. Sekitar dua pertiganya mengenakan celana pendek, sementara yang lain mengenakan skort, dress dan rok, dan salah satunya mengenakan hijab.
Atlet India, PV Sindhu, saat berlaga di Olimpiade Tokyo. REUTERS/Leonhard Foeger
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Saya beruntung bisa memakai apa pun yang kita mau," kata PV Sindhu, atlet India peraih medali perak tunggal putri Olimpiade Rio. Ia mengenakan dress biru saat mengalahkan Cheung Ngan Yi dari Hong Kong 21-9, 21-16, dikutip dari Reuters, Kamis.
Soraya Aghaei Hajiagha dari Iran, bersama dengan pelatihnya, mengenakan dress, legging dan hijab dalam pertandingannya dengan He Bing Jiao dari Cina.
Rok dan skort -- celana pendek longgar yang terlihat seperti rok dari depan -- juga merupakan pilihan populer di kalangan pemain, termasuk Lianne Tan dari Belgia dan Nozomi Okuhara dari Jepang.
Pemain Prancis, Qi Xuefei, saat tampil di Olimpiade Tokyo. REUTERS/Leonhard Foeger
Pada Minggu, tim senam wanita Jerman mengenakan setelan yang menutup seluruh tubuh dalam kualifikasi untuk menyuarakan kebebasan memilih pakaian dan mendorong perempuan untuk memakai apa yang membuat mereka merasa nyaman.
Sementara, tim bola tangan pantai putri Norwegia didenda 1.500 euro pekan lalu karena mengenakan celana pendek, bukan bawahan bikini, dan dianggap membahayakan "citra olahraga yang ideal," menurut Federasi Bola Tangan Eropa dan Federasi Bola Tangan Internasional.
Aturan menyatakan bahwa bawahan bikini harus memiliki lebar maksimum 10 sentimeter dan memiliki "kesesuaian dan potongan yang rapat ke atas".
Pemain Taiwan Tai Tzu-Ying saat tampil di Olimpiade Tokyo. REUTERS/Leonhard Foeger
Sekitar satu dekade yang lalu, menjelang Olimpiade London 2012, beberapa pejabat di Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) mendapat kecaman karena aturan serupa yang mengatakan perempuan harus mengenakan rok untuk membuat olahraga lebih "feminin" dan "menarik" bagi penggemar dan sponsor. Namun, aturan itu dibatalkan sebelum Olimpiade.
"Kalau dipikir-pikir, kami mengambil jalan yang salah, tetapi kami telah belajar dari itu dan begitu juga dengan pabrikan kami,” kata Nora Perry, juara dunia dua kali dan anggota dewan BWF, yang sponsornya termasuk Adidas dan Yonex.
"Yonex telah menerimanya karena ada banyak gadis Korea dan Cina yang tidak mau memakai rok."
Pebulutangkis Myanmar, Thet Htar Thuzar. REUTERS/Leonhard Foeger
Perry, yang memiliki lebih dari 75 gelar internasional dalam kompetisi individu, mengungkapkan ketika dia bermain pada tahun 80-an, gaya busana saat itu mengenakan rok dan dress dengan "semacam renda di bawahnya."
"Sangat menyenangkan bahwa suara wanita terdengar," kata pemain Inggris Kirsty Gilmour.
"Saya pribadi tidak merasa nyaman dengan rok jadi saya suka pilihan short shorts, celana long shorts; Tai Tzu Ying suka atasannya tanpa lengan."
"Kami beruntung kami tidak merasakan tekanan pada penampilan kami."
Kompetisi bulu tangkis Olimpiade Tokyo saat ini mulai memasuki babak gugur.
Baca Juga: Kejutan, Marcus / Kevin Kandas di Babak Perempat Final