Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MELIHAT Rian Agung Saputra terburu-buru ingin mematikan lawan, Hendra Setiawan segera mengingatkan pasangannya itu agar bermain lebih tenang. Ketergesaan Rian justru membuat shuttlecock sering mati di lapangan sendiri sehingga pada game ketiga itu mereka kian ditekan pasangan Jepang, Takeshi Kamura/Keigo Sonoda. Rian memenuhi saran pemain senior yang baru dua minggu menjadi teman duetnya itu. Sayang, keadaan tak lantas menjadi lebih baik. Mereka kalah 21-17, 17-21, 12-21.
Dalam turnamen pertamanya, pasangan baru itu tersingkir pada babak kedua turnamen bulu tangkis Denmark Terbuka di Odense, bulan lalu. Keduanya juga gagal memperbaiki performa di turnamen berikutnya, di Prancis Terbuka, seminggu kemudian. Mereka langsung tersingkir pada babak pertama; dikalahkan pasangan Denmark, Boe Mathias/Carsten Morgensen, 21-17, 22-24, 21-17. "Sewaktu di Paris, Rian sudah tampil jauh lebih baik. Kami kalah di babak pertama karena lawannya memang sulit," kata Hendra saat ditemui di pemusatÂan latihan nasional Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia di Cipayung, Jakarta, Rabu dua pekan lalu.
Hendra/Rian adalah hasil dari bongkar-pasang pemain di sektor ganda putra dan ganda campuran yang baru terjadi di pelatnas bulu tangkis di Cipayung. Perombakan itu secara mengejutkan ikut menyasar Hendra dan Mohammad Ahsan, ganda putra nomor satu Indonesia. Hendra, 32 tahun, diduetkan dengan Rian, 26 tahun. Sedangkan Ahsan, 29 tahun, dipasangkan dengan Berry Anggriawan, 25 tahun. Ahsan dan Berry juga tampil dalam dua turnamen kelas utama yang baru berlangsung di Eropa. Mereka tersingkir pada babak pertama di Denmark, tapi mampu melaju hingga babak perempat final di Prancis.
Kepala Pelatih Ganda Putra Pelatnas PBSI Herry Iman Pierngadi memutuskan memisahkan Hendra dan Ahsan setelah keduanya terdepak di babak penyisihan grup Olimpiade Rio de Janeiro, Agustus lalu. "Mereka kan sudah senior dan menurut saya harus dipasangkan dengan pemain muda agar lebih segar," ujar Herry dalam pesan WhatsApp dari Paris, Selasa pekan lalu. Menurut dia, bongkar-pasang pemain sesudah Olimpiade merupakan hal lumrah, termasuk di negara lain, seperti Cina dan Korea Selatan. Momennya dianggap tepat karena akan cukup tersedia waktu bagi pasangan baru untuk mengejar peringkat yang bakal menentukan lolos-tidaknya ke Olimpiade berikutnya.
Hendra pertama kali menerima kabar "perceraiannya" saat ia dan Ahsan akan berangkat ke turnamen Jepang dan Korea Terbuka, akhir September lalu. "Saya ingin kalian membantu Rian dan Berry, membagi pengalaman," kata Hendra menirukan pelatihnya saat itu. Herry menyebut Rian/Berry belum matang. Mereka masih sering terburu-buru dalam bermain dan belum mahir mengatasi ketertinggalan poin. Nah, Hendra dan Ahsan diminta membantu mengatasi kekurangan itu, dengan membimbingnya langsung dalam pertandingan.
Christian Hadinata, salah satu legenda bulu tangkis Indonesia, menyebutkan pemisahan pemain peringkat atas seperti pada Hendra/Ahsan tak lazim dilakukan saat dia masih bermain atau masih aktif menangani pelatnas pada 1970-an dan 1980-an. Duet Christian/Ade Chandra, juga Tjuntjun/Djohan Wahjudi, misalnya, tak tergantikan. "Mungkin karena materi pemainnya tidak sebanyak sekarang sehingga pilihannya terbatas," ujarnya.
Pada masa itu, kata Christian, gonta-ganti pasangan hanya terjadi jika ada hal mendadak, seperti cedera pemain, atau ada kejuaraan beregu, misalnya Piala Thomas dan Piala Sudirman, dengan tujuan mengecoh lawan. Pergantian pun hanya di sektor pelapis atau junior untuk mencari pasangan ideal, yang umumnya akan terus dipertahankan hingga salah satu keluar dari pelatnas. Semakin lama berpasangan, pemain justru dianggap akan semakin matang dan mampu memahami karakter masing-masing.
Tapi Christian juga memandang positif pemisahan Hendra dan Ahsan. Kegagalan di Olimpiade selalu menjadi pukulan besar bagi pemain. "Bukan hal mudah melepaskan dari kekecewaan atas kegagalan," ucap pria 66 tahun itu. "Kenikmatan bermain bulu tangkis harus dikembalikan."
Christian menilai memisahkan sementara pasangan menjadi solusi untuk mengatasi pukulan mental itu. Setelah dipisahkan, Hendra dan Ahsan diharapkan bisa bermain lebih bebas, karena terlepas dari beban atau tuntutan menjadi juara dalam tiap turnamen.
Selain di ganda putra, pergantian terjadi di ganda campuran. Edi Subaktiar/Gloria Emanuelle Widjaja dan Riky Widianto/Richi Puspita Dili diminta bertukar pasangan sejak September lalu. Edi kini bermain dengan Richi, sedangkan Riky berduet dengan Gloria. Perombakan lain juga akan melanda Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir serta Praveen Jordan/Debby Susanto, karena Liliyana dan Debby sama-sama akan segera meninggalkan pelatnas.
Kepala Pelatih Ganda Campuran Richard Mainaky mengatakan partner Edi dan Riky ditukar karena pasangan lama mereka tak optimal. "Mereka bersinar di level grand prix gold, tapi begitu dibawa ke super seÂries ternyata anjlok," kata Richard. "Bahkan, saat dibawa ke grand prix gold lagi, prestasi mereka belum membaik."
Bagi Richi, 27 tahun, pergantian kali ini bukan hal baru. Sejak masuk pelatnas pada 2006, dia sering mengalaminya. Richi pernah berpasangan dengan Vicky Indra Okvana saat masih berstatus pemain junior. Ia juga sempat bersanding dengan Tontowi—yang di Olimpiade 2016 meraih medali emas bersama Liliyana—selama setahun. Pada 2012, barulah Richi satu lapangan dengan Riky Widianto dan sempat mencapai peringkat kedelapan dunia.
Richard mengatakan tak ada rumus baku yang dipakai pelatih pelatnas untuk menentukan pasangan baru. "Hanya insting, berdasarkan pengalaman," ujarnya.
Dari sederet pergantian partner yang dia alami, Richi hanya pernah sekali dimintai pendapat saat pelatih mengevaluasi penampilan dia dengan Rafiddias Nugroho dan Edi Subaktiar. Ia biasanya berlatih selama sebulan dengan pasangan barunya sebelum tampil di turnamen. "Prosesnya tidak selalu mulus. Ada yang langsung cocok, ada yang agak lama penyesuaiannya," katanya.
Hendra Setiawan punya cara gampang beradaptasi dengan rekan baru. Dialah yang biasanya menyesuaikan diri dengan gaya permainan sang kawan. "Dengan demikian ia bisa lebih berfokus pada permainannya sendiri," ujarnya.
Serupa Richi, Hendra pernah merasakan banyak pasangan. Saat masuk pelatnas pada 2002, awalnya dia bermain bareng Joko Riyadi. Kemudian ia berduet dengan Markis Kido. Lumayan awet, mereka bahkan sempat menjuarai Olimpiade Beijing 2008. Duet tetap berlanjut hingga mereka keluar dari pelatnas setahun kemudian.
Saat Hendra kembali ditawari masuk ke pelatnas pada 2012, barulah pelatih memadukannya dengan Mohammad Ahsan. Mereka sempat dua kali menjadi juara dunia dan memastikan diri menjadi pasangan ganda putra terbaik Indonesia.
Namun, setelah keduanya gagal di Olimpiade, pelatih memutuskan untuk memisahkan mereka. Hendra tak tahu siapa yang akan menjadi "jodoh"-nya kelak. Soalnya, setelah bersama Rian Agung Saputra dalam dua turnamen, ia kini harus bertukar pasangan dengan Ahsan. Pada dua turnamen berikutnya, Cina dan Hong Kong Super Series, ia akan berduet dengan Berry Anggriawan. Sedangkan Ahsan mencoba peruntungan dengan Rian.
Bongkar-pasang tampaknya belum akan berlalu.
Gadi Makitan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo