Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Asal Mau Petik Pengalaman

Pembalap-pembalap go-kart Indonesia mengikuti hong-kong international karting prix di hong kong, dan tak satupun berhasil, meski kemampuan mereka lebih baik dari team singapura, muangthai dan pilipina. (or)

13 Desember 1975 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada tanggal 29 dan 30 Nopember yang lalu, di Hongkng telah berlangsung balap go-kart internasional, di mana pembalap-pembalap Indonesia iku t-serta pula. Wartawan TEMPO, Herry Komar, yang menyertai team Indonesia itu, menurunkan laporan berikut: MALAM telah jauh larut. Di garasi Hotel Plaza, mekanik Paul Gunawan, Adrian Wulur serta beberapa pembalap seperti Robert Silitonga, Tinton Suprapto, Andi Yustana dan lainnya seolah tak menghiraukan itu. Mereka masih saja asyik mengutak-atik dan menyetel mesin go-kart. Lantaran lusanya, Kamis 27 Nopember siang mereka sudah harus latihan mengenal sirkuit. Tapi apa yang dilakukan mekanik dan pembalap Indonesia itu ternyata di arena pertandingan tidak menopang peruntungan mereka. Dari 9 pembalap - Tinton Suprapto, Robert Silitonga, Aswin Nasution, Beng Suswanto, Jan Darmadi Hanny Wiano (Chepot), TT Suswanto, Andi Yustana, dan Eling Jaya -- tak satu pun yang bernasib mujur. Nama-nama yang selama ini memukau penonton di sirkuit Ancol tampak bagaikan kehilangan pamor di lapangan balap Taman Victoria. Bertindih -tindih Aswin Nasution yang sering bergonta-ganti memimpin balapan dengan Beng Suswanto di Jakarta, dalam nomor acara Hongkong International sama sekali tak sempat memperlihatkan ketrampilan. Ia tersisih dari pertarungan pada saat gokartnya baru mau memasuki tikungan kedua. Dan tiba-tiba terjadi- tabrakan beruntun. Kemalangan berikutnya menyusul Robert Silitonga. Setelah ia menyelesaikan putaran kedua mesin gokartnya mulai bertingkah. Juga Eling dalam sering yang lain. Dalam nomor perorangan ini agaknya yang boleh dikatakan lumayan adalah prestasi Tinton Suprapto dalam nomor Hongkong Open. Ia menempati urutan ke di antara 30 pembalap. Tempat itu diraihnya pun dari posisi yang tak menguntungkan. Ia menempati grid 23 di belakang Laverick (Australia), Tadayuki Urakawa (Jepang), Colin Lloyd (Australia) dan pembalap lain yang sudah banyak mengecap asinnya dunia go-kart internasional. Akan Beng Suswanto, TT Suswanto dan Jan Darmadi yang bertarung dalam acara puncak Capstan International Champion of Champions pun tak lebih mujur dari rekannya. Mengingat di nomor ini saingan lebih berat lagi. Di sini turun nama-nama seperti Howard Heath, Graham Heath, Toshio Suzuki, dan 2 bekas juara dunia, Gary Emmick dan Terry Fullerton. Tapi yang tak beruntung bukan hanya Jan Darmadi dkk. Terry Fullerton (Inggeris) yang semula diramalkan publik akan meraih gelar juara CICC pun dirundung nasib yang lebih parah. Begitu meluncur dari garis start di tikungan pertama go-kartnya diseruduk oleh pemba]ap Amerika, Rice dan kemudian bertindih-tindih dengan 8 gokart lainnya. Sehingga Fullerton terpaksa menyingkir ke luar lapangan. "Seandainya ia ikut belum tentu ia jadi juara", komentar Howard Heath selepas upacara pengalungan bunga bagi sang iuara atas dirinya. "Fullerton memang seorang pembalap yang baik dan memiliki waktu tercepat. Tapi, saya telah mempersiapkan mesin saya lebih baik dari kemarin (maksudnya: ketika mengikuti Qualifying Heat Division 1). Sehingga saya begitu yakin, saya mempunyai kans yang lebih besar dari dirinya". Howard Heath tidak ngecap, memang. Karena seusai Qualifying Heat Division I, di paddock terlihat kesibukan yang luar biasa dari ayahnya, Biu Heath maupun saudaranya, Clifford dalam mempersiapkan mesin go-kartnya untuk perlombaan CICC. Kemulusan mesin Parilla TT-22nya jelas memberikan andil kemenangan yang tak kecil. Karena setelah Fullrton tersingkir, ia masih bertarung dengan Gary Emmick. Tapi sudah 8 putaran, Emmick tak mampu lagi menguntitnya. Bahkan tempatnya malah digantikan oleh Graham Heath. Dan jalan ke tangga juara kian licin bagi Howard Heath. "Dalam waktu mendatang bukan tak mungkin Howard Heath menjadi juara dunia", ucap Emmick kepada TEMPO. Penilaian Emmick didasari atas kemampuan Heath mengendalikan go-kartnya. Melihat kerja mekanik Bill Heath dan 2 pembantunya mempersiapkan kedua puteranya Graham Heath, 29 tahun, dan Howard Heath, 27 tahun, tak kurang menimbulkan keirian bagi Paul Gunawan. Di mana seorang mekanik hanya menangani satu pembalap. Bahkan adakalanya melibatkan tenaga lebih untuk hal yang sama. "Lain halnya dengan kita. Satu mekanik mengurusi beberapa pembalap sekaligus", ujar Paul Gunawan. "Bagaimana kita hisa menanganinya dengan baik". Paul Gunawan memang benar. Untuk persiapan Hongkong International Karting Prix ini selain ia memegang mesin kart Aswin Nasution, ia juga banyak membantu pembalap lainnya. Tidak heran bila selama balapan waktunya sering tersita sampai subuh. Memetik Pengalaman Ketidak-berhasilan pembalap Indonesia sudah tentu tak sepenuhnya lantaran itu. Misalnya, dalam nomor Seiko Pan-Asian Tearn, tersisihnya regu Indonesia ke tempat ke-5 di bawah Australia, Hongkong, Selandia Baru, dan Jepang bukan semata karena persiapan tak sempurna. Melainkan lantaran sial semata. Seandainya ban go-kart Tinton Suprapto tidak gembos pada putaran ke-7, barangkali nasib team Indonesia, akan lebih baik dari apa yang dicapai sekarang. Meski demikian prestasi mereka masih lebih baik dari team Singapura, Muangthai, dan Pilipina. Juga dalam nomor International Team -- diikuti regu Inggeris, Jepang, Amerika Serikat. Australia, Hongkong, Indonesia, Muaangthai, Singapura, Pilipina dan Selandia Baru - regu Indonesia menempati urutan yang sama. "Mungkin tahun depan Indonesia bisa berhasil menunjukkan prestasi yang lebih bagus. Sebab saya melihat banyak pembalap yang baik di sana", kata Graham Heath yang telah mengenal kemampuan Beng Suswanto dan lainnya. Penilaian Grah Heath rasanya tidak terlalu berlebihan Asalkan pembalap Indonesia mau memetik pengalaman dari kelemahan yang sekarang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus