Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEBETULNYA Azerbaijan bukan tim pertama yang ketiban keajaiban. Sebelumnya sudah ada Slovenia dan Latvia, yang pernah lolos ke putaran final Piala Dunia dan Eropa. Kroasia, salah satu tim dari negara terbelah lainnya, bahkan mampu menerobos semifinal Piala Dunia 1998.
Daftar itu belakangan diperpanjang dengan kehadiran tim seperti Lituania, Makedonia, Liechtenstein, hingga Andorra. Padahal, beberapa tahun sebelumnya, mereka adalah lumbung gol bagi berbagai tim raksasa Eropa. Makedonia, misalnya, Sabtu dua pekan lalu memaksa raksasa Belanda bermain imbang 2-2. Negara yang pernah melahirkan penyerang tajam Darko Pancev itu bangkit dari ketertinggalan dua kali. "Serangan balik mereka mematikan kami," kata pelatih Belanda, Marco van Basten.
Tapi, empat hari kemudian, giliran mereka bertekuk lutut di kandang Andorra 0-1. Harap dicatat, Andorra adalah negara yang memiliki peringkat 147 FIFA. Bagi Andorra, inilah hari yang paling bersejarah. Inilah kemenangan pertama mereka dalam 31 penampilan internasional. "Kami bekerja keras untuk mendapatkan kemenangan monumental ini," kata pelatih Andorra, David Rodrigo. Sayang, kemenangan itu hanya disaksikan 200 penonton yang datang ke stadion.
Sejarah pula yang dicatat Liechtenstein saat bertandang ke kandang Luksemburg, Kamis pekan lalu. Mereka memetik kemenangan telak 4-0. Kemenangan ini merupakan yang pertama bagi Liechtenstein dalam keikutsertaan mereka pada babak kualifikasi Piala Dunia. "Ini hari yang bersejarah bagi Liechtenstein. Hasil imbang lawan Portugal memberi kekuatan mental bagi tim saya," kata Martin Andermatt, pelatih Liechtenstein.
Empat hari sebelumnya, Liechtenstein memang telah mengejutkan panggung sepak bola Eropa. Portugal, runner-up Piala Eropa 2004, sebuah tim bertabur bintang yang ditangani pelatih sehebat Luiz Felipe Scolari, mereka paksa bermain imbang 2-2. Jangan heran jika Scolari kecewa berat. "Saya tak mengerti kenapa kami main seperti itu. Kami melakukan banyak kesalahan yang tak pernah terjadi sebelumnya," ujarnya.
Jangan-jangan peta sepak bola telah bergeser. Tim-tim kecil seperti Liechtenstein dan Makedonia tak bisa dianggap anak bawang atau lumbung gol lagi.
Zulfirman
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo