Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Belajar, Sesudah Tercukur

Gagalnya tim PSSI Pratama di kejuaraan Piala Asia Grup III di Bangkok dan tim PSSI Utama dalam Turnamen Piala Jepang menyebabkan PSSI merombak total kedua kesebelasan ini. (or)

16 Juni 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DUA kesebelasan nasional -- PSSI Pratama dan PSSI Utama -- telah menguji diri dalam 2 turnamen berlainan di luar negeri. Keduanya pulang dengan kekalahan. Tim Pratama yang turut dalam Kejuaraan Piala Asia Grup III di Bangkok awal Mei lalu digasak oleh Muangthai (1-3), Malaysia (14), dan Korea Utara (1-3). Maka telah tertutup pintu baginya untuk memasuki ronde final di Kuwait. Tim Utama -- bayangan untuk SEA Games X -- sama parahnya. Dalam mengikuti turnamen Piala Jepang di Tokyo 3 pekan kemudian, ia dicukur oleh kesebelasan Tottenham Hotspur (0-6), Fiorentina (04), dan Jepang A (04). Tiga kekalahan terjadi dalam pool A. Tak satu pun bisa digoal-kannya. Di mana kesalahannya? E.A. Mangindaan, manajer PSSI Utama mengatakan bahwa kesebelasannya masih lemah di semua hal -- ketrampilan, kerjasama, stamina, taktik dan strategi permainan. Dalih yang sama pun terdengar dari Sumahar Paisan, manajer tim PSSI Pratama. Tapi dari 2 kegagalan itu, PSSI telah belajar dan merombak total kedua kesebelasan tadi. Dalam tubuh Pratama, misalnya, pemain nasional yang dulu tak terpilih seperti Johannes Auri, Suaeb Rizal, Nobon, dan beberapa nama lagi diberi kesempatan lagi untuk memperlihatkan kebolehan. Mereka dilatih Basri di Cirebon, dan dipersiapkan untuk turnamen Piala Presiden di Seoul. Iswadi Idris, Sofyan Hadi, dan 6 nama lain dari barisan Pratama ditarik untuk menopang kekuatan Hadi Ismanto dkk di tim Utama. Mereka akan ditempatkan di Cimahi. Pelatihnya belum ada. Tapi PSSI menyebut Ipong Silalahi, bekas pemain nasional sebagai asisten pelatih. Besar kemungkinan Wiel Coerver, pelatih dari Belanda, akan mengasuh tim ini yang dipersiapkan untuk SEA Games. Ia dulu mengasuh tim Pre Olimpik Indonesia 1976. Usaha perbaikan tim oleh PSSI memang hebat. Tapi orang masih saja menyangsikan, mengingat pemain terbaik belum sepenuhnya terhimpun dalam satu kesebelasan. Kolumnis sepakbola Kadir Yusuf, misalnya, mempersoalkan cara pemilihan pemain selama ini. "Pokoknya, hasil pilihan belakangan ini kurang benar," tulisnya di Kompas. "Kalau dalam mengadakan perombakan ini yang memilih sama saja orangnya, maka hasilnya tidak akan berbeda banyak." Masih akan mengecewakan? Entah kalau Coerver diberi wewenang penuh. Ini masih perlu dilihat setelah Coerver tiba di Jakarta 15 Juni ini. Waktu mempersiapkan tim Pre Olimpik dulu, ia telah merubah wajah persepakbolaan nasional. Sekalipun di final kesebelasan Indonesia kalah 5-4 dalam adu penalti melawan tim Korea Utara, orang tetap mengenang kehebatan mereka.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus