Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Belum Setimpal bagi Si Bengal

Hukuman yang dijatuhkan untuk Roy Keane dinilai terlalu ringan. Kenapa dia selalu gagal mengendalikan diri?

20 Oktober 2002 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PEMBERANG ini akhirnya terganjal. Gara-gara pengakuan dalam otobiografinya, pekan lalu Roy Keane ditumbuk hukuman oleh federasi sepak bola Inggris. Pemain jangkar asal Republik Irlandia ini dilarang membela Manchester United dalam lima pertandingan. Dia juga mesti membayar denda 150 ribu poundsterling atau sekitar Rp 2,1 miliar. Denda ini merupakan rekor baru dalam sejarah sepak bola Inggris. Sebelumnya, Patrick Vieira (Arsenal) pernah didenda 45 ribu poundsterling atau sekitar Rp 630 juta gara-gara meludahi Neil Ruddock, pemain West Ham, tiga tahun silam. Dibandingkan dengan Vieira, kelakuan Keane memang lebih nakal. Dalam otobiografinya yang diterbitkan belum lama ini, dia terang-terangan mengaku sengaja melakukan tackling keras terhadap Alf Inge Haaland, pemain Manchester City, April tahun silam. Akibat tebasannya, Haaland menderita cedera serius dan harus beristirahat 8 bulan. Kapten tim Setan Merah itu tergoda untuk blakblakan diduga karena iming-iming fulus yang menggiurkan dari Penguin, penerbitnya. Betulkah? "Aku hanya ingin mengungkap kebenaran. Bosan kan membaca biografi yang adem-adem saja," katanya. Tapi, di saat lain, dia sempat berterus terang, "Penguin memang menawarkan angka yang bagus." Untuk pengakuan itu, kabarnya, Keane mendapat bayaran 2 juta poundsterling atau sekitar Rp 28 miliar. Vonis ini tak pelak mengganggu langkah Manchester United untuk kembali bertengger di puncak Liga Inggris. Sampai pekan silam, klub ini masih berada di posisi keempat dengan selisih angka yang cukup jauh dari pemegang takhta tahun lalu, Arsenal. Apalagi, dengan hukuman itu, Keane harus absen dalam pertandingan penting melawan Liverpool. Karena itulah Maurice Watkins, salah satu direktur Manchester United, akan mengajukan keberatan kepada federasi sepak bola Inggris (FA). Protes ini akan disampaikan sebelum batas waktu bandingnya kedaluwarsa awal November nanti. Bukan sekali ini otobiografi pemainnya membuat repot petinggi Manchester United. Dua tahun silam, Jaap Stam, pemain asal Belanda, membuat buku berjudul Head to Head yang kontroversial. Gara-gara ucapannya yang pedas dalam otobiografi ini, pelatih Alex Ferguson berang. Akhirnya, Stam dilego ke Lazio, Italia. Walaupun sekarang para bos Setan Merah berusaha menyelamatkan Keane, upaya itu bisa sia-sia. Soalnya, publik sepak bola Inggris justru menilai hukuman terhadap dia terlalu lunak. Sekitar 60 persen responden situs BBC menyatakan hukuman itu sangat ringan. Bahkan Julian Dicks, bekas pemain Liverpool dan West Ham yang memiliki karakter mirip Keane, menilai semestinya dia dijatuhi hukuman tidak boleh bermain seumur hidup. Selama ini, Keane memang mengoleksi sekeranjang catatan kelakukan buruk. Dalam setiap pertandingan, ada saja ulahnya. Yang paling gres, saat Manchester United bertanding melawan Sunderland beberapa waktu silam, ia menyikut pemain asal Irlandia, Jason McAteer. Ini merupakan pelanggaran berat ke-10 selama Keane membela Manchester United. Akibatnya, dia dihukum tidak boleh bermain dalam beberapa pertandingan. Untunglah Mancehster United tidak terlalu dirugikan karena saat itu kebetulan pinggang sang kapten mengalami cedera. Masa menjalani hukuman bisa dimanfaatkan untuk mengoperasi pinggangnya. Bukan cuma itu. Dalam pertandingan melawan Crystal Palace di final Piala FA tiga tahun silam, dia juga bersitegang dengan Gareth Southgate. Orang juga masih ingat kelakuannya pada Piala Dunia lalu. Keane diusir dari tim Irlandia setelah berkelahi mulut dengan manajer Mick McCarthy. Sejatinya bibit kenakalan Keane sudah tumbuh sejak sebelas tahun silam, saat ia masih menjadi pemain junior Republik Irlandia. Ketika temannya sibuk berlatih untuk menghadapi pertandingan pemanasan melawan tim Amerika Serikat, dia malah pergi ke tempat hiburan. Kontan Jack Charlton, pelatih Irlandia, menyalak. Tapi si bengal menghadapinya dengan santai. "Memangnya saya minta kamu menungguku?" ujarnya. Segala kebrengsekan itu bukannya tidak disadari oleh Keane. "Saya telah mencoba mengendalikan diri," katanya. Tapi rupanya atmosfer di stadion yang sesak dengan ribuan penonton selalu memecut dia untuk menjadi liar. Irfan Budiman

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus