Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Berakhirnya Sebuah Trio

Sudirman menolak jabatan ketua umum PBSI, karena dua pembantunya ditolak formatur, Ferry Sonneville duduk sebagai ketua umum, didampingi sejumlah muka baru.

7 November 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

WAJAH Sudirman tampak merah padam, menahan marah, ketika ke luar dari sebuah restauran di pusat pertokoan Ratu Plaza, Jakarta. Ia baru saja mengadakan pertemuan dengan lima formatur yang semula mencalonkannya tapi bersyarat untuk jabatan Ketua Umum PBSI periode 1981-1985. Mereka, kata Sudirman, "mau memecah belah PBSI." Abdul Kadir, ketua formatur, membantah tuduhan Sudirman itu pekan lalu. "Yang ingin kami pisahkan adalah trio Sudirman-Titus-Suharso," katanya. Dalam kepengurusan Sudirman periode empat tahun lampau Titus (Kurniadi) jadi bendahara dan Suharso (Suhandinata) menjabat Ketua Bidang Luar Negeri PBSI. Tidak jelas alasan pemisahan trio itu, tapi menurut Kadir, "sesuai dengan amanat Kongres PBSI di Bandung, awal Oktober." Terdengar cerita dalam Kongres itu bahwa mereka tidak disukai daerah. Bahkan ada yang menuduh Titus dan Suharso telah menyalahgunakan jabatan untuk popularitas pribadi. Titus dan Suharso keduanya pengusaha, membantah. "Apa bukan lantaran kedua orang itu Cina?" tanya Sudirman. "Tidak," jawab Kadir. "Kalau begitu," ujar bekas Ketua Umum PBSI itu pula, "tuan-tuan berlaku seperti Belanda memecah Soekarno-Hatta. Saya tak mau dikuasai." Pertemuan Sudirman dengan lima formatur itu akhirnya menemui jalan buntu. Menurut Sudirman, Kongres PBSI 1981 sebetulnya tidak menemukan cacad Titus maupun Suharso. Selaku Bendahara, Titus bahkan menyetor saldo sebesar Rp 21 juta--suatu hal yang jarang terjadi selama ini. Sedang Suharso dinilai berhasil membuat PBSI berperan dalam penyatuan International Badminton Federation (IBF) dan World Badminton Federation (WBF). "Mengapa mereka tak boleh saya pakai?" kata Sudirman. Rupanya sikap formatur dalam pertemuan di Ratu Plaza telah menyakitkan hatinya. Ia lantas menolak jabatan Ketua Umum PBSI yang ditawarkan. Sudah selama hampir 25 tahun PBSI dipimpinnya. Di zaman kepengurusannya supremasi bulutangkis Indonesia tercapai. Sebagai pengganti Sudirman, formatur Senin malam, dengan suara bulat, mengukuhkan Ferry Sonneville. "Saya terima tanggungjawab itu karena himbauan teman-teman. Terutama eks pemain " kata Ferry. Tantangan yang dihadapi PBSI di masa depan cukup besar. RRC, yang selama ini di luar "pagar", sudah bergabung dengan IBF. Tapi Ferry, menurut dia, optimistis Indonesia masih bisa menang lawan RRC dalam perebutan Piala Thomas di London, Mei 1982. Tetap akan dipakai Liem Swie King dkk, katanya. Ferry dalam kepengurusannya didampingi sejumlah muka baru. Antara lain Rudy Hartono di bidang peminaan dan Tahir Djide di bidang komisi teknik. Wajah lama dalam pengurus inti cuma P. Sumarsono yang kini menangani bidang organisasi dan luar negeri. Ia sebelumnya di bidang pembinaan. "Saya yakin Ferry dkk. akan berhasil mempertahankan supremasi bulutangkis Indonesia," kata Kadir.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus