Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Sukses Di Poh Dan Di Hang Ten

Katarina Nesimnasi, 13, keluar sebagai juara lari 3000 m dalam kejuaraan atletik di Ipoh, Malaysia. Gatot Sudarsono, 18, menjuarai lomba mini marathon di Hang Ten, Bangkok.

7 November 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"SAYA mau jadi juara," kata pelari cilik asal NTT. Dan dalam kejuaraan atletik di Ipoh, Malaysia (21 Oktober) Katarina Nesimnasi turun ke lapangan tanpa sepatu. Jari-jari kakinya dibalut plester untuk mengurangi rasa panas. Pelatihnya, Agustinus Parera, berpesan: "Ikuti nomor satu, tapi kalau bisa lewati saja." Benar saja. Pada putaran ke (sekali putaran 400 m) dan seterusnya, pelari berambut keriting dan berkulit hitam gelap ini, melaju dengan enteng. Ia melewati atlet Singapura, Jayamani, yang pernah jadi bintang SEA Games '79. Jarak 3.000 m akhirnya dimenangkannya dengan waktu 10 menit 36 detik. Di belakangnya, lebih 15 detik barulah Jayamani mencapai finish. Bagai ratu cilik, anak NTT itu dielu-elukan penonton. Katarina, 13 tahun, yang selalu dipanggil Rin, tergolong pelari alam. PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia) NTT, menjumpainya dua bulan menjelang PON X. Ketika program atletik masuk desa digalakkan, bersama Rin muncul Welmintje Sombay. Keduanya dalam PON X tak mengecewakan. Katarina mendapat perunggu, sedang Welmintje meraih perak untuk jarak 3.000 m. Alam Desa Soelaku, ternpat kelahiran Katarina, ikut menempanya jadi pelari. Dari rumah ke sekolahnya yang berjarak 5 km, turun-naik, ia tempuh dengan lari. Sepulangnya dari sekolah, ia bahkan sesekali menenteng kayu bakar untuk dapur orang tuanya. Ia baru duduk di kelas III SD dan menjadi anak bungsu dari 7 bersaudara. Ayahnya telah meninggal. Ibunya kemudian menikah lagi. Boneka besar telah dibelinya sepulang dari Malaysia. Sebelum tidur boneka itu ditimangnya, dikeloni. Ia dikenal sering menangis kalau rindu pada orang tiia dan kampung halaman. "Tapi sekarang tidak lagi," kata Leonora Siahainenia, atlet tolak peluru yang sekamar dengan Katarina. Cuma karena Rin ini masih suka bikin kesal, "saya cubit saja," katanya lagi. Selesai latihan, Rin langsung melonjorkan kaki. Jari tangannya bergerak ditanah, menggambar sesuatu. "Program latihan memang setengah main-main," kata Agustinus Parera. Yaitu seenaknya saja. Ada kemungkinan ia dikirim ke SEA Games. Keberangkatannya ke Manila akan ditentukan sesudah hasil tes 22 November. Menurut dokter yang memeriksa, jantung Rin cepat normal kembali meski sudah berpacu kencang. Dibanding Welmintje, menurut pelatihnya, Katarina berada di bawah sedikit. Welmintje mempunyai teknik berlari lebih baik. Kelebihan Katarina ialah tak pernah sakit. Dua hari setelah prestasi Katarina di Ipoh, dari lomba mini maraton Hang Ten, Bangkok, Gatot Sudarsono muncul sebagai juara I. Ia berhak mendapat hadiah kurang lebih Rp 750 ribu, plakat dan medali. Jarak 30 km ditempuhnya dalam waktu 1 jam 51 menit 21 detik. Juara 11, Yacub Attarury (1 jam 52 menit 12 detik) juga dari Indonesia. Lomba sore itu dimulai dengan gerimis. Kemudian angin dan hujan hingga pada km 10. Banyak peserta yang berjumlah 950 itu mengeluh atas cuaca itu. Gatot waktu itu hanya mampu menempel atlet Nepal, Shrestha Mukundhari (juara III). Barulah 2 km menjelang finish, Gatot bisa memimpin di depan. Gatot Sudarsono, 18 tahun, bertubuh kecil. Berat badannya 46 kg dengan tinggi 166 cm. Siswa SMA kelas III IPA ini bercita-cita jadi arsitek. Ayahnya sangat mendorong. Si ayah yang juga pelatihnya, M. Asro, menargetkan dua atau tiga tahun lagi Gatot harus berkaliber internasional. "Saya sedang cari jalan," kata Asro. Kejuaraan di luar negeri sudah beberapa kali diikuti Gatot. Dalam Hang Ten kali ini, pada bagian putri atlet Bangkok Yupin Lohachart jadi juara I dengan waktu 2 jam 17 menit 44 detik, yang disusul Sin Chen (Indonesia) dengan waktu 2 jam 35 menit 28 detik. Kemudian Titik Lestari (juara III), juga dari Indonesia, memasuki finish (2 jam 40 menit 34 detik).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus