TERSURUK di balik pepohonan, tak jauh dari kebun anggrek di tepi
Jalan S. Parman, Jakarta Barat, ada gedung berlantai delapan
yang sejak 1979 menjadi kantor pusat PT Pupuk Sriwijaya (Pusri).
Semula berkantor di Palembang lalu 1974 dipindah ke Jakarta.
Waktu itu kantornya di Jl. S. Parman 104.
Tetapi mulai Oktober barusan, bagian demi bagian kantor pusat
itu kembali diboyong ke Palembang. Ada apa?
"Kantor pusat Pusri dipindah ke Jakarta dengan alasan untuk
memperkuat pemasaran, untuk menumbuhkan kepercayaan berbagai
pihak dan mengingat wawasan nusantara serta ketahanan nasional,"
kau Ir. Sotion Ardjanggi, Dir-Ut Pusri yang baru diangkat tahun
ini. "Tetapi kemudian berdasar surat Menteri Perindustrian, 11
Agustus 1981, kantor pusat Pusri kembali dipindahkan ke
Palembang."
"Hal itu memang sudah ditetapkan pemerintah," tambah Hasan
Kasim, 69 tahun, bekas Dir-Ut Pusri. Dia dilantik oleh Menteri
Perindustrian A.R. Soehoed menjadi anggota dewan komisaris
Pusri, 31 Oktober lalu. "Setelah pemasaran kuat, Pusri harus
kembali untuk ikut memajukan daerahnya," kata Hasan pula.
Hasan Kasim, seorang anggota DPR pada tahun 1966 ditunjuk oleh
M. Yusuf, Menteri Perindustrian waktu itu untuk memimpin Pusri.
"Tugas utama saya adalah menciptakan ketenangan. Sebab akibat
peristiwa G30S/PKI, banyak kalangan Pusri menjadi korban. Untuk
itulah harus diciptakan suasana damai supaya pekerjaan jalan
terus," Hasan Kasim mengenang.
Di bawah pimpinannya, Pusri memang nampak berkembang. Untuk
kepentingan pemasaran saja, Pusri memiliki 175 truk, 7
lokomotif, dan 4 kapal masing-masing berkapasitas 7.500 ton.
Menurut Hasan Kasim, Pusri bahkan berhasil mengekspor pupuk ke
Filipina dan India. Untuk kepentingan kantor pusat, selain
gedung berlantai 8 di Kemanggisan itu, ada pula dua gedung di
tepi Jalan S. Parman, Jakarta yang masing-masing berlantai 4.
Sebuah dari yang berlantai 4, dipakai bersama-sama sebagai
kantor Pupuk Kujang dan Pabrik Kertas Gowa. Menurut Ir. Sotion,
mereka pun harus pindah. Akan diapakan kedua gedung itu? Sebuah
sumber TEMPO mengatakan, gedung satunya--yang biasa dipakai
sebagai wisma tamu--bakal dijadikan hotel oleh Departemen
Perindustrian. Menurut Hasan Kasim, "Pusri adalah milik
pemerintah. Gedung-gedung itu juga milik pemerintah. Tetu saja
boleh dijual, disewakan atau dijadikan apa saja."
Sekitar 600 karyawan di kantor pusat Pusri diam-diam risau juga
dengan perpindahan itu. Sebab mereka mendengar jaminan perumahan
yang disediakan di Palembang, kabarnya pada tahun pertama saja
ditanggung perusahaan. Hasan Kasim pun membantah. "Jaminan
kepada karyawan itu untuk seumur hidup mereka," Ratanya.
Perpindahan kantor ini, menurut Sotion, bukan berarti hijrah
seluruhnya. "Yang pindah hanya brain-nya. Yakni, seluruh
direksi, kecuali direksi pemasaran," katanya. Diakuinya memang
tidak seluruh karyawan dipindahkan. "Misalnya saja tenaga sopir.
Kan sudah ada di Palembang," tambah Sotion.
Sotion memang mengakui biaya pindah itu banyak, sebab perlu
membuat perumahan untuk ratusan karyawan. Hanya ia tidak
bersedia mengatakan berapa biayanya. "Tidak ada anggaran khusus
bisa dipenuhi dari anggaran rutin. Panitia pemindahan memang
sudah dibentuk, tapi bersifat intern," kata bekas Dir-Ut PT
Semen Gresik itu. Ia mengharapkan tahun depan perpindahan
kantor pusat Pusri ini sudah beres.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini