Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Berharap Emas dari Adu 'Kelereng'

2 September 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Petanque adalah cabang olahraga baru yang diandalkan tuan rumah untuk menambah medali emasnya. Asal-nya dari Prancis, artinya lempar bola. Sekilas, permainan ini mirip dengan permainan kelereng. Cuma, petanque menggunakan boule atau bola besi dan lempeng kayu (cochonnet) yang menjadi sasaran sebagai alat permainannya. Cara bermainnya juga sederhana. Permainan dibuka oleh pemain pertama, yang melempar lempeng kayu sebesar kepalan tangan sejauh 8 meter hingga 10 meter. Dalam melakukan lemparan, pemain dikurung oleh lingkaran berdiameter sekitar 1 meter. Pemain tidak diperkenankan melewati garis. Setelah pemain pertama melemparkan cochonnet, pemain lawan mendapat giliran. Ia harus melempar bola yang terbuat dari logam seberat 6,5 ons hingga 8 ons sedekat mungkin dengan lempeng kayu tersebut. Selanjutnya, kedua pemain bergantian melakukan lemparan serupa. Untuk nomor tunggal dan ganda, tiap pemain memiliki kesempatan melempar bola sebanyak tiga kali. Sedangkan untuk nomor triple, mereka hanya memiliki dua kali kesempatan melempar bola. Pemenang permainan ini adalah mereka yang bisa melakukan lemparan terdekat. Nah, mudah bukan? Dalam penyelenggaraan SEA Games, tuan rumah memang kerap memasukkan cabang olahraga lumbung emas untuk dipertandingkan. Hal serupa pernah dilakukan Indonesia empat tahun lalu dengan memasukkan nomor gulat, cabang olahraga yang dikuasai tuan rumah, yang berhasil menambah perolehan medali kala itu. Sebagai cabang baru, petanque pun banjir emas, yakni enam buah. Masing-masing tiga buah untuk nomor tunggal, ganda, dan triple dari dua kategori putra dan putri. Bisakah olahraga ini jadi tambang emas buat Malaysia? Ketua Federasi Petanque Malaysia, Datuk Aziz Ibrahim Awang, cukup yakin timnya bisa memboyong empat emas. Tiga emas itu diperoleh dari semua nomor putri. Satu lagi mereka berharap bisa mencuri dari nomor putra. Target itu agak berat sebenarnya. Negara-negara bekas jajahan Prancis—seperti Laos, Kamboja, Vietnam—ternyata cukup kuat di cabang ini. Tuan rumah malah baru mengenalnya enam tahun lalu sejak federasi olahraga itu berdiri. Tim terkuat di kawasan ini adalah Thailand, yang pernah menghasilkan juara dunia untuk nomor putri. ”Tak diragukan lagi, Thailand akan menjadi favorit untuk menyabet medali emas,” kata pelatih Malaysia, Zulkifli Salim Namun, Encik Zulkifli ini punya keyakinan. Tim yang sudah berlatih selama sembilan bulan bersama pelatih asal Thailand, Somsak Juychunprasart, itu mulai berbuah hasil. Dalam pertandingan pemanasan yang dilakukan bulan silam, mereka mengejutkan dengan menekuk Thailand di nomor ganda putri melalui Siti Aishah Sudin dan Sazelin Shariff. Bekal penting mengejar ”setoran” 80 emas. Irfan Budiman

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus