Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Dengan Ringgit, Prestasi (Diharap) Melejit

2 September 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEMENANGAN seperti sudah di tangan. Di segenap penjuru Malaysia, optimisme bertebaran. Tuan rumah Pesta Olahraga Asia Tenggara (SEA Games) ke-21 itu—dibuka Sabtu pekan ini—sangat yakin medali emas akan bercucuran seperti hujan turun dari langit. Target meraup 80 emas diyakini pasukan negeri jiran itu bukan mustahil diraih. Ini jelas kesempatan emas ”memupur” muka di bidang olahraga di semenanjung Asia bagian tenggara. Selama ini prestasi negeri Datuk Mahathir itu tergolong pas banderol. Catatan prestasi terbaik adalah ketika ”sukan” berlangsung di sana pada 1989—itu pun mereka harus merelakan gelar juara umum direbut Indonesia. Malaysia mengumpulkan 67 medali emas. Kini kesempatan itu berulang kembali. Dan persiapan tuan rumah tergolong luar biasa. Empat tempat sudah disiapkan: Klang Valley, Johor, Negeri Sembilan, dan Penang. Di sanalah 32 cabang olahraga dipertandingkan dan 391 medali emas diperebutkan. Gelanggang Olahraga Nasional Bukit Jalil, misalnya. Kompleks olahraga seluas 120 hektare yang dibangun dengan biaya 800 juta ringgit atau Rp 2 triliun itu memiliki arena kolam renang, hoki, dan squash dengan standar internasional. Kompleks ini khusus dibangun untuk Pekan Olahraga Persemakmuran empat tahun silam. Venues siap, rakyat pun sangat antusias. Mereka menyumbang untuk SEA Games ini hingga puluhan ribu ringgit. Selain itu, tanpa diminta, 5.000 orang mendaftarkan diri menjadi sukarelawan. Kerelaan mereka, yang cuma dibayar 30 ringgit per hari (Rp 75 ribu) selama pesta ini digelar, membuat negara bisa menghemat hingga 3,5 juta ringgit. Negeri ini sudah menyiapkan segalanya. Tapi adakah berbagai kecurangan yang mencolok di berbagai arena pada SEA Games 12 tahun silam terulang lagi? Seharusnya tidak. Pengalaman 12 tahun lalu itu terlalu pahit dikenang. Sangat jelas terkesan bahwa panitia tuan rumah melakukan segala cara untuk mendongkrak prestasi atletnya. Kontroversi terjadi di mana-mana, termasuk kasus Robby Darwis. Pemain tim sepak bola Indonesia yang bermain di klub Johor itu tidak bisa bermain membela Indonesia karena sengaja diganjar skorsing oleh Federasi Sepak Bola Malaysia. Pemain belakang tangguh asal Bandung itu memang melakukan pelanggaran di kompetisi Johor, tapi skorsing untuknya tetap saja dicurigai merupakan trik Malaysia untuk mengamankan emas cabang sepak bola. Alhasil, Malaysia waktu itu menggondol emas dari sepak bola. Itu 12 tahun lalu. Sekarang Malaysia sudah bersiap sejak dulu. Sepulang dari SEA Games Brunei 1999, Majlis Sukan Nasional langsung mencanangkan program Gemilang 2001. Semua daya upaya dikerahkan untuk memenangi SEA Games ke-21 ini. Para atletnya dua tahun digembleng habis di pelatnas. Dana sekitar Rp 100 miliar disediakan. Bandingkan dengan pelatnas Indonesia, yang cuma dibiayai dana tidak lebih dari separuhnya dengan masa persiapan cuma sepuluh bulan. Dengan dana besar itu, Malaysia banyak menyewa pelatih asing, termasuk pelatih bulu tangkis Indra Gunawan dari Indonesia. Mereka juga mengirim atletnya berlatih tanding ke beberapa negara. Untuk memompa semangat para atlet, Kementerian Menpora menerbitkan buku Way of the Champions, kisah sukses tiga legenda olahraga mereka, jago atletik M. Jegathesan dan Ishtiaq Mubarak, serta jagoan badminton Eddy Choong. Buku seharga Rp 50 ribu itu dibagikan gratis kepada 800 atlet. Semangat boleh-boleh saja, tapi dari mana emas bakal didulang? Secara kasar, target 80 emas itu bisa diperoleh dari sepuluh cabang tambahan yang sempat absen dalam SEA Games lalu. Selain itu, emas diharap muncul dari cabang olahraga baru seperti berkuda, netball, dan petanque. Andalan emas tentu saja cabang bulu tangkis, biliar, menembak, pencak silat, sepeda, senam, berlayar, dan wushu. Pokoknya, selain nasib baik, ”Dengan status tuan rumah, kami dapat meraih target 80 emas itu,” kata Sekjen Komite Olahraga Malaysia, Datuk Sieh Kok Chi. Status tuan rumah saja mungkin tak cukup. Di zaman serba bonus ini, Kementerian Pemuda dan Olahraga Malaysia tahu benar cara memompa semangat para atletnya. Mereka sudah menyiapkan berlembar-lembar cek hadiah bagi atletnya yang berprestasi. Malah, menurut Menteri Pemuda dan Olahraga Datuk Hishammuddin Hussein, pihaknya tengah berencana menerapkan sistem pensiun seumur hidup bagi atlet peraih emas, seperti yang dilakukan Korea Selatan. Duitnya ada, Datuk? Jangan khawatir. Bulan lalu Kementerian Pemuda dan Olahraga Malaysia telah mengeluarkan duit sebanyak 273.767 ringgit atau Rp 685 juta yang dibagi-bagikan kepada 83 atlet yang dianggap berprestasi di berbagai turnamen internasional tahun lalu. Perusahaan swasta pun ikut-ikutan menjanjikan bonus. Perusahaan asuransi John Hancock, misalnya, menjanjikan bonus untuk atlet yang berprestasi. Pemecah rekor SEA Games bakal dihadiahi duit sebanyak 1.000 ringgit atau sekitar Rp 2,5 juta. Tidak besar, memang, tapi lumayanlah daripada cuma ucapan terima kasih atau sekadar peluk-cium dari pejabat. Tapi, ada wortel di tangan kanan, ada pecut di tangan kiri. Kalau tim Malaysia gagal, pemerintahnya tidak akan ragu mengurangi bantuan dana. Artinya, fulus sebanyak 46 juta ringgit atau Rp 105,3 miliar, yang selama ini dibayarkan Dewan Olahraga Nasional Malaysia (NSC) untuk membiayai 32 cabang olahraga, akan berkurang. ”Kami tak ingin memboroskan uang untuk cabang olahraga tak berprestasi. Kami akan fokus untuk mencetak atlet kaliber Asia, Persemakmuran, dan Olimpiade,” ujar Dirjen NSC, Mazlan Ahmad. Jadi, kontingen Malaysia yang terdiri dari 558 atlet itu jelas akan tampil sampai habis. Siapa sih yang mau kena pecut di negeri sendiri? Irfan Budiman

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus