Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat ditanya seorang wartawan setahun lalu, siapa perempuan yang paling dia inginkan untuk diajak kencan, Sebastian Vettel menjawab tegas, ”Pacar saya!” Namanya Hanna Prater, gadis sekampung dari Heppenheim, Jerman, teman SMA-nya. Andai sekarang ditanya, siapa yang paling membuatnya bahagia, pembalap Formula 1 dari tim Red Bull Racing ini mungkin menjawab, ”Randy Mandy!”
Keduanya punya arti penting bagi Vettel. Hanna si cantik berambut pirang. Adapun Randy Mandy adalah mobil Renault RS27 bersasis RB6. ”Menjuluki mobil dengan nama-nama perempuan terdengar seksi,” ujar Seba—panggilannya—soal hobi menamai tunggangannya. Sementara Hanna menemani hari-hari libur di vilanya di pedesaan Walchwil, Swiss, Randy Mandy menemani perjuangannya di lintasan jet darat, termasuk saat dia menjadi juara musim ini.
Kepastian gelar itu harus ditentukan di lomba terakhir, sirkuit ke-19, Sirkuit Yas Marina, Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Ahad dua pekan lalu. Bukan sekadar itu, dalam 60 tahun sejarah Formula 1, baru kali ini terdapat empat pembalap yang masih berpeluang menjadi juara sampai sirkuit terakhir. Lazimnya cuma dua pembalap, dan paling banter tiga orang seperti pada 2007. ”Anda boleh mengenang musim ini sebagai kompetisi yang paling panas,” kata Bernie Ecclestone, Presiden Manajemen Formula 1.
Sebelum lomba di Abu Dhabi dimulai, Vettel berada di peringkat ketiga dengan 231 poin, di bawah rekan setimnya, Mark Webber (238 poin), dan peringkat pertama, pembalap dari tim Ferrari, Fernando Alonso (246). Tapi Vettel masih berada di atas Lewis Hamilton (222) dari McLaren. Start dari pole position—posisi yang diperoleh karena si pembalap telah memenangi putaran sebelumnya—pria berambut pirang itu melalap 55 lap sebagai orang pertama yang tiba di garis finish.
”Randy Mandy…!” Beberapa orang dari tim Red Bull meneriakkan nama itu dengan nada tertahan di paddock saat Vettel menyentuh garis akhir. Mayoritas yang lain memilih menahan diri. Semenit kemudian—tepatnya 44 detik—barulah meledak histeria di ruangan itu. Itulah rentang waktu antara Vettel dan Alonso, yang mencapai finish di urutan ketujuh.
Dengan tambahan 25 poin sebagai yang pertama mencapai finish, akumulasi nilai Vettel menjadi 256. Alonso cuma diganjar tambahan enam poin karena menempati posisi ketujuh, sehingga mengumpulkan total 252 poin. Andai pembalap asal Spanyol ini berada di posisi minimal keempat, akumulasi poinnya bakal lebih baik daripada Vettel. Sedangkan Webber parah, hanya mendapat tambahan empat poin karena menyentuh finish tepat di belakang Alonso.
Vettel pun berhak atas gelar juara dunia. Alonso, juara dunia dua kali (2005 dan 2006), menjadi runner-up. Rekan senior Vettel, Webber, menempati peringkat ketiga. Webber adalah pembalap asal Australia yang masih memimpin klasemen pada sirkuit ke-16. Sedangkan Hamilton, juara dunia 2008, harus puas di tempat keempat.
Keluar dari mobil seusai lomba, Vettel tak menyadari situasi akhir yang terjadi di arena. Air mata baru membasahi pipinya selepas mendengar teriakan kepala mekanik Red Bull, Guillaume ”Rocky” Rocquelin, dari radio monitor, ”Weltmeister!” Itu bahasa Jerman yang berarti ”juara dunia”.
”Sejujurnya, saya tak mengerti apa pun sampai saya melihat bendera finish,” kata Vettel. Selain tak mengamati televisi raksasa di arena yang menyiarkan jalannya lomba, dia tak menyangka posisi Alonso bisa terpuruk ke urutan ketujuh—karena memulai dari tempat ketiga. Secara keseluruhan, Vettel dan Alonso sama-sama memenangi lima sirkuit dan sepuluh kali berdiri di atas podium.
Gelar dunia pertamanya ini dia raih pada usia 23 tahun 134 hari. Artinya, Vettel menjadi pembalap termuda sepanjang sejarah yang keluar sebagai juara dunia. Dia memecahkan rekor Hamilton, yang saat menjuarai musim 2008 berusia 166 hari lebih tua daripada Vettel saat ini.
Catatan ini menyempurnakan rekor termuda yang sudah dia kumpulkan sebelumnya: termuda pada sesi latihan (Grand Prix Turki 2006), termuda yang meraih poin (Kanada 2007), termuda di pole position sekaligus juara (Italia 2008), dan pada 2009 menjadi yang termuda sebagai runner-up satu musim.
Yang juga mengesankan, sepanjang 2010 Vettel berhasil mengawali lomba di pole position sebanyak sepuluh kali. Sebelumnya, cuma enam pembalap yang mampu mencatat 10 kali pole position atau lebih dalam satu musim.
”Dia pembalap bagus dan pria yang luar biasa. Saya turut berbahagia,” kata Michael Schumacher, pengoleksi tujuh gelar juara dunia, yang musim ini turun berlomba lagi bersama tim Mercedes GP setelah enam tahun pensiun. Vettel adalah juara dunia pertama asal Jerman setelah Schumacher, yang meraihnya terakhir kali pada 2004.
Schumacher sumber inspirasi Vettel. Saat kecil, dia ingin menjadi penyanyi seperti Michael Jackson, lantas tertarik bola basket seperti Michael Jordan. Perhatian lelaki kelahiran 3 Juli 1987 itu lantas terbetot ke arena balap setelah dia sering menyaksikan sukses Schumacher dari layar televisi. Vettel kecil menonton siaran langsung dengan duduk di pangkuan sang ayah, Norbert.
Ayah Schumi—panggilan Schumacher—seorang tukang batu. Ayah Vettel tukang kayu. Keduanya sama-sama tumbuh dari perkampungan kecil. Kesamaan bakat dan latar belakang membuat Vettel kerap dijuluki ”Baby Schumi”.
Bakatnya terasah di kebun belakang keluarganya, tempat Vettel bocah berlatih memacu gokar yang dibelikan Norbert. Yang cukup aneh untuk keluarga tukang kayu, Norbert telah membiasakan berbahasa Inggris dengan anak-anaknya sejak kecil. Jadi, selain berbahasa Jerman, Vettel lancar berbahasa Inggris dan menggemari komedi serta musik Inggris, terutama The Beatles.
Setelah dia merangkak dari bawah dengan prestasi yang mengejutkan banyak pengamat, keberuntungan datang pada 2007. Vettel membalap di satu grand prix untuk tim BMW Sauber dan di tujuh sirkuit untuk Toro Rosso sebagai pembalap pengganti. Barulah pada 2008 dia menjadi pembalap untuk satu musim penuh bagi Scuderia Toro Rosso. Kejayaan datang lebih deras setelah ia bergabung dengan Red Bull pada 2009.
Tradisi menamai mobilnya dengan nama-nama perempuan juga berawal pada 2008. Ferrarinya di tim Toro Rosso dia panggil Julie. Semusim kemudian, Renault RS27 bersasis RB5 dia namai Kate’s Dirty Sister. ”Awalnya bernama Kate,” ujarnya. ”Setelah kecelakaan di Australia (Grand Prix Melbourne 2009, bertabrakan dengan Robert Kubica), saya memanggilnya Kate’s Dirty Sister, karena dia sangat agresif dan cepat.”
”Saudari Kate yang nakal” itulah yang mengantarnya menjadi runner-up pada akhir musim 2009. Adapun musim ini, sejatinya Vettel tak cuma ditemani Randy Mandy. Tunggangan pertamanya, juga Renault RS27, dia panggil Luscious Liz, yang mengantarnya sampai sirkuit keenam, Grand Prix Monaco. Setelah ganti sasis karena rusak, mobil yang sama dia panggil Randy Mandy.
Di Abu Dhabi, sang ayah, Norbert, baru keluar dari hotel menuju paddock setelah mendapat kepastian Vettel keluar sebagai juara dunia. Pria 51 tahun itu bergabung dengan istrinya, Heike, dan tiga anaknya—Stefanie, Melanie, serta si kecil Fabian—untuk merayakan sukses anak ketiganya, Vettel.
Lantas di mana sang pacar, Hanna, berada? ”Anda tentu tak suka membawa-bawa istri ke tempat kerja, bukan? Begitu pula saya,” kata Vettel, yang tak ingin privasinya terlalu disorot pers. Hanna ternyata mengikuti jalannya lomba dari kampung mereka, Heppenheim. Dia bergabung dengan 1.500 orang yang mengerumuni televisi besar di garasi salah satu tetangga Vettel.
Andy Marhaendra (Independent, AFP, Timesonline)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo