Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Amin Suryana melaju pelan bagai ular yang merayap di aspal licin. Berkelok-kelok, lamban sekali. Dengan tubuh bermandikan keringat, ia berupaya menggenjot sepeda lebih cepat, tapi terhadang terjalnya tanjakan Emen yang membelit lereng Gunung Tangkuban Perahu, Jawa Barat. Akhirnya, lelaki 28 tahun ini memilih jalan aman: menggenjot pelan tapi pasti. Toh, dua pembalap lain, saingan terberatnya, sudah ditinggalkannya.
Kegigihan pembalap dari tim Sinar Sentosa Purwakarta itu membuahkan prestasi. Amin sanggup menaklukkan tanjakan Emen sepanjang 31,5 kilometer yang dikenal seram, sekaligus keluar sebagai juara etape 1 (Jakarta-Lembang) dalam Tour d'Indonesia.
Di garis finish, dekat minimarket Indomaret, Lembang, Amin tak habis-habis mengumbar senyum, Senin pekan lalu. Ia berhak memakai jaket kuning (yellow jersey) karena menjadi juara etape dan sekaligus mendapatkan jaket merah (red jersey) lantaran jadi jawara tanjakan. Amin semakin bahagia karena di ujung etape, kekasihnya, Bunga Dyasdisanti, telah menunggunya.
Bagi pembalap lain, apalagi pembalap dari negara lain, tanjakan Emen terbilang asing. Soalnya, jalur ini jarang dipakai dalam tur besar. "Bahkan saat tur 1991 pun, para pembalap tidak melewati tanjakan Emen," kata Suwandra, 34 tahun, kapten tim nasional Indonesia.
Diikuti oleh 17 tim, Tour d'Indonesia kali ini menjelajahi rute Jakarta hingga Denpasar sepanjang 1.503 kilometer. Tiap tim beranggota lima pembalap. Empat negara, Indonesia, Thailand, Malaysia, dan Hong Kong, masing-masing mengirimkan tim nasionalnya. Kejuaraan yang berlangsung dari 26 September sampai 6 Oktober ini juga diikuti oleh tim provinsi dan tim amatir dari Indonesia. Ada pula klub semiprofesional dari luar negeri seperti Greenfields Fresh Milk (Belanda), Giant Rising Team (Taiwan), dan Pagcor Casino Pilipino (Filipina).
Tim Greenfields masih memimpin lomba untuk kategori beregu sampai pada etape 4 (Semarang-Yogyakarta). Untuk kategori perorangan, Nathan Dahlberg dari tim yang sama juga masih unggul dalam pengumpulan waktu, kendati belum pernah menjadi juara etape.
Yang tak kalah serunya, persaingan menjadi raja tanjakan. Dalam kategori ini, pembalap Amin Suryana masih bisa meladeni kemampuan para pembalap asing. Panitia Tour d'Indonesia telah menetapkan empat daerah sebagai jalur tanjakan, berada di etape 1, etape 2, etape 4, dan etape 8.
Setelah menaklukkan tanjakan Emen, Amin sendiri cenderung berhati-hati. "Saya cuma akan mencoba mempertahankan jarak dengan yang pembalap di depan, tapi tak terlalu berambisi untuk terus-menerus menang," katanya.
Mungkin karena itulah ia tak terlalu kecewa ketika gagal merajai tanjakan Cilawu di etape 2 (Bandung-Tasikmalaya). Juara tanjakan yang pendek, berjarak 6,7 kilometer, ini direbut oleh Yevgeniy Yakovlev dari tim Polygon Sweet Nice Pro Team, Surabaya. Amin masih berhak atas jaket kuning sebagai pengumpul catatan waktu terbaik. Dia juga masih memegang gelar the best climber, karena total waktunya di jalur tanjakan masih lebih bagus daripada pembalap Yakovlev.
Etape 3 (Tasikmalaya-Purwokerto) datar-datar saja. Jalur seperti ini milik para pembalap bertipe sprinter seperti Ferinanto (tim nasional), Luzon Bernardo (Filipina), atau Edmund Hollands (Giant). Jangan heran jika Luzon akhirnya menjadi juara etape 3, dan Ferinanto dinobatkan sebagai sprinter terbaik. Kendati masih berhak memakai jaket merah, simbol raja tanjakan, Amin harus melepas jaket kuning pada etape ini. Sebab, catatan waktu yang dikumpulkan Nathan Dahlberg lebih baik.
Akhirnya pada etape 4 (Semarang-Yogyakarta) jaket merah Amin pun harus pindah ke badan Yakovlev. Atlet Kazakhstan ini mengumpulkan catatan waktu terbaik dari tiga tanjakan yang telah dilalui. Dalam persaingan menjadi raja tanjakan, Amin berada di peringkat kedua, disusul Ghader Mizbani (Giant Rising), yang menjuarai etape 4.
Mizbani mampu memimpin etape Semarang-Yogyakarta sekaligus menaklukkan tanjakan Selo di lereng Gunung Merapi sepanjang 18,4 kilometer. Kendati udara yang panas sempat menguras energinya saat melintasi tanjakan, pembalap asal Iran itu bisa unggul. "Suhu memang masalah besar buat saya, tapi bukan yang terbesar," katanya.
Hanya, peluang Amin belum habis. Ia masih bisa bersaing melawan Yakovlev dan Mizbani di tanjakan Sumber Sari, Jember, sepanjang 24 kilometer. Tanjakan di etape 8 ini merupakan kesempatan terakhir. Saat itulah siapa yang benar-benar menjadi raja tanjakan sudah bisa dipastikan, kendati Tour d'Indonesia belum usai.
Andy Marhaendra
Dji Sam Soe Tour D'Indonesia 2004
Etape 1
Jakarta — Lembang 178,6 km
Etape 2
Bandung — Tasikmalaya 119,8 km
Etape 3
Tasikmalaya — Purwokerto 147,7 km
Etape 4
Semarang — Yogyakarta 170,6 km
Etape 5
Yogyakarta — Madiun 174,5 km
Etape 6
Madiun — Surabaya 234 km
Etape 7
Surabaya — Jember 189,2 km
Etape 8
Jember — Banyuwangi 102,7 km
Etape 9
Gilimanuk — Denpasar 135 km
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo