TAK banyak yang tahu perusahaan rokok kretek Gudang Garam
baru-baru ini telah memperoleh kredit sindikasi dari sebuah
konsorsium perbankan di Singapura. Jumlahnya pun lumayan: US$ 75
juta. Pada 4 Juli lalu, di Orchid Room, Hotel Shangri-La,
Singapura, Direktur Utama GG Rahman Halim telah menandatangani
kredit sindikasi yang dipimpin oleh Bank Negara Indonesia 1946.
Tak kurang dari 10 bank asing, antara lain Citibank, Chase
Manhattan, Chemical Bank, dan Mitsui Bank, telah ikut memberikan
utang, yang jangka pengembaliannya hanya dalam waktu 6 bulan,
dengan tingkat bunga sekitar 11% setahun.
"Sebelumnya panjar sebanyak US$ 15 juta telah diterima oleh GG
dari BNI 1946," kata Manajer GG Suyoso Notokusumo kepada Ibrahim
Husni dari TEMPO. Sejak awal Orde Baru, 1966, raksasa kretek itu
rupanya mempercayakan penyimpanan uangnya di BNI 1946. Bank
pemerintah itu pula yang senantiasa memberikan dukungan dana
kepada GG. Tapi di awal tahun ini, karena terbentur peraturan
pagu kredit di dalam negeri, GG terpaksa menoleh ke luar untuk
memenuhi kebutuhan dananya, terutama untuk cadangan penyangga
cengkih dan tembakau, dua bahan baku utamanya.
Maka secara kecil-kecilan, GG sebenarnya sudah mulai mencari
kredit dari Singapura sejak awal tahun ini. Pada Maret lalu
mereka berhasil memperoleh kredit sindikasi sejumlah US$ 25
juta, dengan bunga waktu itu 10% lebih setahun, yang selesai
dilunasi oleh GG dalam waktu hanya 3 bulan.
Untungkah memakai kredit dari luar? Menurut Suyoso, GG
sebenarnya lebih suka mencari dana rupiah, kalau tak dibatasi
oleh pagu kredit. Daam suasana kurs mata uang dollar terhadap
rupiah berjalan normal seperti sekarang, GG nampaknya merasa
rugi mencari pinjaman dari luar negeri. "Kami rugi karena harus
menambah 5,5% dari jumlah utang itu untuk swap," katanya.
Pengeluaran untuk swap itu diharuskan sebagai asuransi yang
harus ditanggung oleh peminjam untuk kredit dari luar yang
berjangka pendek tiga, enam, sampai sembilan bulan.
Kini, setelah pagu kredit BI ditiadakan Juni lalu, GG tentu
boleh merasa lega. Yang mungkin menjadi soal, kredit sindikasi
US$ 75 juta itu tidak diambil oleh GG sekaligus, tapi secara
bertahap. Boleh jadi yang mereka terima baru berupa panjar dari
BNI 1946 sebanyak US$ 15 juta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini