KASUS Elly Idris yang "menghina" ofisial klub Petrokimia Putra di Stadion Lebak Bulus, Jakarta, pertengahan Maret lalu tampaknya masih terus berlanjut. Meskipun Komisi Disiplin Liga yang dipimpin wakil ketuanya -- Nabon Noor dan Minang Warman, S.H. Kamis pekan lalu telah menjatuhkan hukuman 1 tahun dengan masa percobaan 2 tahun. Bukan cuma Berce Matulapelwa pelatih Petrokimia Putra yang menjadi sasaran cemoohan Elly waktu itu yang tidak puas atas keputusan itu. Banyak pakar sepak bola yang sepakat dengan Berce. Pengurus PSSI pun, sebagai lembaga tertinggi persepakbolaan nasional, ikut prihatin. Tak urung Ketua Umum PSSI, Kardono, meminta masukan-masukan kepada semua pihak yang melihat peristiwa tersebut secara langsung untuk melandasi keputusan yang akan diambil oleh Pengurus Harian PSSI. "Ini masalah peka, jadi perlu hati-hati sebelum mengeluarkan pendapat. Sabarlah sedikit," ujar Kardono. Atas dasar itu, Komisi Disiplin dan Komisi Hukum PSSI Jumat malam pekan lalu, mengadakan sidang untuk membahas keputusan Komisi Disiplin Liga itu. Dalam sidang ini didengar juga sejumlah saksi mata. Ini adalah upaya untuk mempelajari serta mengambil alih permasalahan yang kontroversial ini. Ketidakpuasan wajar muncul karena tidak tegasnya pengurus Liga dalam menangani masalah ini. Bayangkan saja, lebih dari satu bulan Liga mendapat kesempatan untuk mengumpulkan bukti tapi hasilnya hanya hukuman percobaan. Padahal, dalam pertimbangannya sebelum menjatuhkan hukuman -- ada 4 butir -- yang tertuang pada Surat Keputusan dengan Nomor 020/ SKEP/ADM/LIGA/9/IV-1989 yang ditandatangani oleh Nabon Noor, pengurus Liga menyalahkan perbuatan Elly Idris. Tapi hukumannya hanya bersyarat. Memang aneh. Saya kesal dan kecewa dengan keputusan itu," kata Berce Matulapelwa, sedikit berang. Kekesalan bekas pelatih tim nasional Pra-Piala Dunia ini cukup beralasan. Sebab, dengan keputusan seperti itu, berrti Elly bebas. Ini:. menurut Bcrce, bukannya menyelesaikan bermasalahan. Justru semakin nampak aneh dan semakin kelihatan ada permainan. Apalagi sekarang ini Liga melimpahkan kasusnya kepada PSSI untuk kembali diselidiki. "Ini artinya pihak Liga mau cuci tangan, biar orang lain yang menjatuhkan hukuman." tambah Berce. Kasus Elly Idris menjadi panjang karena pemain Pelita Jaya ini sebelumnya sudah pernah dihukum PSSI. Yakni ketika, ia terlibat dalam skandal suap sewaktu memperkuat tim PSSI A pada Pra Piala Dunia, 1987. Dalam surat keputusan pengurus harian PSSI itu, Elly dihukum 2 tahun dengan masa percobaan 1 tahun. Dan hukuman itu semestinya otomatis dikukuhkan, karena Elly terbukti melakukan kesalahan dalam masa percobaan. Ini yang tidak dilakukan pengurus Liga. "Terus terang saja, kalau tidak ada kasus suap sebelumnya, persoalan Elly sekarang ini sudah selesai," ujar Nugraha Besoes, Sekretaris Umum PSSI. Memang, soal ini menimbulkan perdebatan baru. Berce, misalnya, bingung kenapa hukuman skors 2 tahun itu tldak langsung dijatuhkan, padahal pelanggaran Elly dilakukan dalam masa percobaan. Anehnya, Liga berdalih kesalahan Elly Idris baru dikukuhkan 20 April sehari setelah Elly memenuhi panggilan Komisi Disiplin Liga, tanpa memprhitungkan saat kejadian kasus itu. Itu berarti hanya sehari setelah Elly menyelesaikan hukuman percobaannya dalam kasus suap. Tampak seperti sengaja diatur agar Elly tak terperangkap. Minang Warman. S.H, wakil ketua merangkap anggota Komisi Disiplin Liga, yang juga dikenal sebagai pengacara beken, menolak berkomentar. "Saya tak bisa menjelaskan kenapa jatuh hukuman percobaan," katanya. Buat Liga, ini memang bukan soal mudah. "Liga sangat kekurangan bahan untuk menelaah kasus ini, termasuk saksi-saksi," kata Minang, yang juga menjabat Ketua Komisi Disiplin PSSI. Ia membantah jika lamban dan ringannya keputusan Liga dipengaruhi oleh duit. "Haqul yakin, tak ada soal duit," Minang menegaskan. Nugraha Besoes sendiri menyadari keterbatasan yang dihadapi Liga sehingga PSSI harus turun tangan. "Bukannya kami tidak percaya kepada Liga, tapi PSSI kan harus mengukuhkan keputusan mereka," katanya berdiplomasi. PSSI, kata Nugraha, tak ingin gegabah dalam meninjau kembali keputusan Liga ini. Keputusan final PSSI harus sudah selesai sebelum Lebaran. "Sebab, kalau tidak selesai, akan mengganggu persiapan PSSI dalam menghadapi PraPiala Dunia bulan depan," tambah Nugraha. Bisa jadi, hukuman Elly diperberat atau malah diperingan. Bagi Wahab Abdi, persoalan ini sebenarnya tidak perlu berlarut-larut kalau saja pengurus Liga berpegang pada peraturan-peraturan yang berlaku di PSSI. Termasuk SK pengurus PSSI yang menghukum Elly dalam kasus suap. "Jika Liga tidak ingin menghukum Elly, SK itu harus diperbaiki lebih dahulu. Tapi apa pengurus PSSI mau," kata Ketua II PSSI ini. Dalam peristiwa yang dianggap menjatuhkan citra persepakbolaan nasional ini, khususnya Galatama. PSSI mau tak mau dituntut untuk tanggap. "PSSI akan memutuskankasus ini seobyektif mungkin, tentunya setelah mendengarkan para saksi mata," ujar Nugraha Besoes lagi. Bahkan Berce yang semula akan menggugat melalui pengadilan mengurungkan niatnya. "Sekarang semuanya saya serahkan kepada Ketua Umum PSSI. Apa pun keputusan yang diambil, saya terima dengan lapang dada. Bagi saya, Pak Kardono adalah 'tangan Tuhan' untuk menegakkan kebenaran," kata Berce. Kabarnya, sudah ada tujuh wartawan yang bersedia menjadi saksi dalam kasus Elly ini. Bahkan, menurut sumber TEMPO, bosnya Persiba Balikpapan, Max Sellapan -- berada di tengah-tengah penonton saat peristiwa itu -- sudah bertemu dengan Kardono untuk membeberkan kejadian yang ia lihat. Tjahyono, pelawak dari Jayakarta Group yang gila bola itu, juga siap menjadi saksi. Kesigapan PSSI menganmbil alih kasus ini disambut gembira tokoh persepakbolaan nasional. "Kami ingin sportivitas ditegakkan dalam membina olahraga jangan hanya mementingkan kepentingan sebagian golongan saja," komentar Sutjipto Suntoro, Wakil Ketua Dewan Pelatih PSSI dengan penuh semangat. Apalagi kompetisi Galatama sudah mulai dibanjiri penonton. "Dan tugas PSSI untuk memperbaiki kembali citra Galatama yang sedikit ternoda akibat masalah Elly Idris," tambah bekas ujung tombak PSSI di tahun 1970-an ini. Di lain pihak, kalau saja Pelita Jaya mau bersikap tegas, kasus ini munkin tak perlu berlarut-larut. Sewaktu Komisi Disiplin Liga memberi kesempatan kepada Pelita untuk menyelesaikan secara intern, peluang itu tidak dimanfaatkan. Memang tenaga Elly masih diperlukan saat itu untuk memperkuat pasukan "biru-biru" pimpinan Nirwan Bakrie ini, karena kompetisi belum berakhir. Seperti sudah diketahui, akhirnya gelar juara diraih Pelita Jaya -- walau meninggalkan cacat berkepanjangan. Tapi apa kata Elly? Ia senang memilih diam. "Lebih baik menunggu keputusan PSSI. Setelah itu baru akan saya ceritakan semuanya," katanya. Ia menahan diri terhadap serangan yang bertubi-tubi. "Biarpun Berce mau nyumpahin saya, saya akan tetap diam," ujar lelaki Ambon ini. Sebenarnya, Elly sudah pasrah atas hukuman yang sudah dijatuhkan oleh Komisi Disiplin Liga. Justru turun tangannya pengurus PSSI membuat pikiran Elly tambah galau. "Kalau keputusan PSSI merugikan, saya akan lapor ke klub," katanya. Itu berarti, perkara ini memang bisa panjang.Rudy Norianto, Yopie Hidayat, dan Yudhi Soerjoatmodjo (Jakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini