SIAPA lagi petinju Indonesia yang akan menjadi juara dunia? Indonesia memang masih punya Elly Pical. Tapi, siapa pun tahu, petinju kidal itu sudah melewati masa jayanya. Dalam sejumlah pertarungannya terakhir, tangan kiri Pical tidak lagi mematikan. Memang ada Nurhuda dan Wongso Indradjit, yang masing-masing juara dunia kelas bulu yunior dan bantam. Namun, keduanya masih sering dilecehkan, disebut "juara dunia bohong-bohongan", karena hanya menjuarai versi WBC Internasional. Bukan IBF, WBC, atau WBA. Lalu siapa? Pertanyaan seperti inilah yang beredar di kalangan orang-orang pertinjuan. Banyak nama diajukan. Tinton Suprapto dan Syamsul Anwar menyebut nama Nico Thomas. Memang beralasan. Nico petinju garapan mereka. Tinton adalah manajernya. Sedangkan Syamsul Anwar -- mendampingi Zulkifli yang menjadi penyandang dana -- bakal memanggungkan kembali Nico melawan juara IBF Samuth Sithnareupol, Juni nanti. Bulan lalu Nico gagal menjadi juara dan hanya menahan seri Samuth. Nico tentu bukan satu-satunya nama. Tinton menyebut dua lapis nama petinju yang pantas diorbitkan. Lapis atas, yang ia istilahkan "divisi satu", adalah Nurhuda, Little Holmes, Hengky Gun, Wongso Indradjit, dan -- tentu saja -- Nico. Sedangkan "divisi dua" adalah Noce Lukman, Husni Ray, dan Robby Rahangmetan. Berbeda dengan Tinton, yang memajang sederet nama, Syamsul hanya mengetengahkan dua nama, Nico dan Husni Ray. Sedangkan pelatih yang dulu mendampingi Elly Pical, Khairus Sahel, memajukan petinjunya sendiri: Noce Lukman. Juga Robby Rahangmetan dari Sasana Pirih, Surabaya. Khairus didukung oleh pelatih Robby, Ingger Kailola. "Kemampuan teknis Noce sudah bertaraf internasional. Kemampuannya membaca permainan lawan sangat baik dan cepat," pujinya. "Sedangkan Robby," kata Ingger, "bermasa depan baik." Benar, permainan Noce pantas disebut "tingkat dunia". Saat ini ia merajai kelas bulu Indonesia. Belum seorang petinju lain yang mengancamnya. Sejak terjun ke arena profesional, 1986, karier Noce meluncur bagus. Hanya berbekal dua kali bertanding, ia dapat mengalahkan petinju ternama: Lulu Vilaverde dari Filipina. Pada pertarungannya keempat, ia sudah meraih gelar juara nasional. Yang ia kalahkan pun petinju tangguh: Rudy Haryanto. Kini dalam usianya 22 tahun, Noce telah 15 kali bertanding. Hanya sekali kalah. Delapan kali di antaranya menang KO. Noce memang model fighter sejati. Sejak gong berdentang, ia akan menerjang lawan habis-habisan tanpa memberi kesempatan bernapas. "Semangat tempurnya sangat bagus," kata Khairus. Pukulannya pun keras. Dalam pertarungan terakhir, mendampingi Pical di Singapura, lawan dibikinnya terjengkang. Hanya satu yang disedihkan petinju Sasana Sakti Jakarta ini. Belum ada promotor yang mempertemukannya dengan juara dunia. Padahal, "kami nggak minta bayaran mahal," kata Noce. Apalagi kelas bulu dunia telah ditinggalkan para jagoannya. Azumah Nelson pindah ke kelas ringan yunior. Jeff Fenech yang dahsyat sudah mengundurkan diri. Di belakang Noce adalah tiga petinju kelas bulu yunior: Little Holmes, Robby Rahangmetans, dan Nurhuda. Ketiganya berimbang, namun Little Holmes yang paling layak dikedepankan. Tekniknya tinggi. Jab-jab-nya cepat dan bersih. Langkah kakinya ringan untuk masuk atau keluar ruang pukul. Gaya bertinjunya enak dilihat, dan mengingatkan pada kejayaan Larry Holmes. Karena itulah Abudhori, pelatihnya, memberi nama Little Holmes. Padahal, nama sebenalnya Misyanto. Kini ia berusia 21 tahun, tapi kenyang pengalaman. Ia sudah 34 kali bertanding. Hanya lima kali kalah. Ia mampu mempecundangi jagoan dunia Ju Do Chun. Holmes Kecil ini pula satu-satunya petinju yang pernah mengalahkan -- walaupun juga pernah dikalahkan -- Noce. Kelemahannya, ia kurang disiplin. Biarpun demikian, bapak seorang anak ini berani berkata, "Tahun ini saya harus juara dunia." Lain lagi Robby Rahangmetan, 23 tahun. Robby dan Holmes sudah saling mengalahkan -- sekarang giliran Robby yang menjadi juara. Yang membedakannya, cara bertinju Robby bukan manis melainkan ganas. Petinju asal Ternate ini menyerupai Galaxi. Ia mengandalkan daya tahan dan pukulan keras: maju, memukul dan memukul. Sebagian besar kemenangan Robby, 11 dari 20 kali dengan KO. Tapi Robby punya kelemahan berarti. "Kadang ia terlalu berani," kata Ingger. Ia kelewat percaya diri terhadap kekerasan pukulannya dan daya tahannya menerima pukulan. Contohnya ketika ia menghadapi Prayonsak Muangsurin dari Muangthai. Semula Robby menghajar lawan habis-habisan. Ketika Muangsurin tetap kukuh, Robby melemah, "dan sepertinya tak tahu lagi harus berbuat apa," kata Inger. Kelas Ringan Yunior juga punya petinju kelas dunia. Yakni Hengky Gun dan Pulu. Keduanya pernah menjadi juara dunia WBC Internasional. Setelah dipukul KO Rudy Haryanto, Pulu memang tak dilirik. Padahal, ia masih berpotensi. Dialah petinju tercerdik yang pernah dimiliki Indonesia. Penguasaan tekniknya hanya diimbangi Little Holmes. Selain cepat membaca gerak lawan, timing pukulannya pun andal. Dengan itulah ia bisa memukul KO Monod pada ronde pertama. Kelemahan utama Pulu: tak kuat mental. Prestasinya yang merosot bukan semata kesalahannya. Ia terombang-ambing oleh pertikaian antara manajer dan promotornya. Apalagi ketika kemudian ia tanpa manajer. Padahal, ia pernah punya peluang bagus. Ketika petinju gaek dan empuk Barry Michael menjadi juara IBF, Pulu punya peluang merebutnya. Bukannya dipertemukan, ia malah ditelantarkan sehingga prestasinya anjlok. Bila ada pembina yang mampu membangkitkan kepercayaan dirinya, agaknya Pulu masih dapat berprestasi besar. Ia baru berusia 23 tahun. Ia selalu mampu mengalahkan kembali lawan yang pernah mengalahkannya. Ia merupakan pilihan yang layak diorbitkan setelah Noce Lukman, Little Holmes, dan Robby Rahangmetan. Pulu bahkan bisa lebih baik ketimbang Hengky Gun, Nurhuda, atau Wongso Indradjit. Hengky Gun memiliki pukulan keras. Sekarang pun ia menjadi juara Asia Pasifik (OPBF). Tapi ia sering tak berdaya menghadapi teknik tinggi. Misalnya ketika menghadapi Saekun Narachavat (Muangthai). Sedangkan Nurhuda dan Wongso Indradjit agaknya sudah berada pada puncak kapasitasnya. Dari semua nama itu, yang paling berpeluang menjadi juara dunia tetap Nico Thomas.Zaim Uchrowi, Liston Siregar (Jakarta), dan Zed Abidien (Surabaya)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini