BUKAN hanya Walt Disney yang mengambil keuntungan dari "tikus" (Mickey Mouse), tapi juga seorang warga Cirebon bernama Hasan Machmud. Perusahaannya, CV Perdana Cirebon, sejak tahun lalu telah mampu mengolah kulit tikus sebagai komoditi ekspor. Tak percaya? Pesanan sudah mengalir dari Italia, Jepang, dan Korea. "Kulit tikus memang potensial sebagai barang ekspor," kata Hasan Machmud, 36 tahun, yang giat mengekspor bahan-bahan dari kulit. Hampir setahun CV Perdana melakukan penelitian dengan menghabiskan 20 ribu ekor tikus. Ternyata tak sia-sia. Hasan Machmud sudah bisa melihat prospek yang cerah. Ia memperkirakan, harga jaket ukuran Eropa per potong akan laku Rp 200-300 ribu, sebuah tas wanita bisa laku Rp 20-30 ribu. Repotnya, lembaran kulit tikus itu kecil-kecil. Untuk sebuah jaket diperlukan 800 lembar kulit tikus, untuk sebuah tas kantor dibutuhkan 400 potong. CV Perdana melakukan perakitan -- potongan-potongan kulit disambung, dijadikan lembaran atau square feet (sf). Setiap sf memerlukan 16 potong kulit tikus. Perkara bahan baku tak jadi masalah. Kawasan sekitar CV Pedana sudah terkenal dengan hama tikus. Pihak KUD Tani Mukti pun sanggup memenuhi permintaan eksportir dengan harga Rp 50 per lembar. Sedangkan KUD mendapatkan kulit tikus itu dari petani dengan harga Rp 40 per lembar. "Rata-rata sehari dapat setor ke KUD 30 ekor," kata Surya, seorang petani anggota KUD.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini