Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Cina pun Mencetak Sejarah

Cina berhasil lolos ke babak final Piala Dunia. Apa rahasia sukses mereka?

14 Oktober 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ratusan ribu orang tumpah di Taman Tiananmen, Beijing. Dengan bermacam atribut yang dikenakan, mereka bernyanyi, menari, dan terus meneriakkan yel-yel kemenangan. Kegembiraan ini terlecut oleh sebuah peristiwa yang terjadi di Kota Shenyang, Provinsi Liaoning. Ahad pekan lalu, persis pada menit ke-37, sebuah gol yang dilepaskan pemain gelandang Yu Genwei bersarang di gawang kiper Oman. Enam puluh ribu penonton yang memadati stadion itu bersorak gembira. Sepanjang pertandingan, dengan membebat kepala dengan kain merah dan mencoreng wajahnya, mereka menabuh drum tanpa henti. Sebiji gol yang bertahan hingga pertandingan usai itu sudah cukup untuk meloloskan Negeri Panda ke babak final Piala Dunia tahun depan. Dan, setelah peluit ditiup wasit, Wakil Ketua Asosiasi Sepak Bola Cina, Yan Shiduo, terburu-buru berlari ke ruang ganti pemain dan memberikan ucapan selamat. ”Anda semua adalah pahlawan. Kalian baru saja mencatat sejarah.” Sejarah memang baru saja ditorehkan. Untuk pertama kalinya sejak 77 tahun lalu negeri ini membentuk asoasiasi, baru tahun inilah kesebelasan Cina lolos ke Piala Dunia. Dalam dua kali mengikuti babak kualifikasi, 1994 dan 1998, mereka selalu saja gagal berhadapan dengan raksasa Asia semacam Korea Selatan, Arab Saudi, ataupun Jepang. Pada 1997, mereka kandas melaju ke Prancis setelah dihadang Qatar di babak akhir. Ironis, memang. Padahal, sesungguhnya sepak bola bukanlah olahraga baru di negeri ini. Menurut Ultimate Encyclopedia of Soccer, olahraga ini sudah dimainkan pada pemerintahan dinasti Han—dua ribu tahu lalu—jauh sebelum Julius Caesar membawa olahraga ini ke Inggris. Namun, dalam sepak bola modern, negeri besar dengan penduduk padat ini memang tak bisa banyak bicara. Mandeknya prestasi sepak bola negeri ini lebih disebabkan oleh soal politik. Saat Taiwan diterima sebagai anggota FIFA pada 1954, negeri ini menarik diri dari Asian Games. Negeri Cina hanya diwakili Hong Kong, yang sebenarnya merupakan koloni Inggris. Empat tahun berselang, mereka menyatakan keluar dari keanggotaan FIFA. Sepak bola Cina makin terasing. Barulah setelah masuk kembali menjadi anggota FIFA pada 1979, sepak bola kembali menggeliat. Tapi catatan prestasi negeri ini sendiri tidaklah menggembirakan. Prestasi tertinggi ditorehkan saat menjadi runner up di Piala Asia pada 1984, setelah di final dikandaskan Arab Saudi. Lainnya, mereka tampil di Olimpiade 1988 Los Angeles. Selepas itu, prestasi Negeri Panda nyaris tak terdengar. Adakah yang salah dalam sepak bola negeri ini? Pemain legendaris Inggris Sir Bobby Charlton suatu kali pernah bertutur, sesungguhnya pemain Cina memiliki teknik yang baik, tapi lemah dalam mental dan fisik. Kegairahan masyarakat Cina pada sepak bola kembali bangkit ketika televisi di negeri itu menyiarkan secara langsung pertandingan sepak bola Liga Primer Inggris pada awal 1990-an. Tayangan langsung selama satu dekade itu telah membius 80 juta penonton di negeri itu. Saking lakunya, belakangan be-berapa stasiun televisi menyempurnakan siaran langsung itu dengan menambah bahasa Cina sebagai bahasa pengantar pertandingan. Kondisi itu pula yang kemudian bermuara dengan berputarnya liga sepak bola profesional enam tahun lalu. Sebanyak 12 klub mengikuti liga itu. Semua itu ditambah dengan dukungan dana dari perusahaan sebagai sponsor. Hasilnya? Lambat, memang. Namun, dari liga itu pula kemudian lahir Fan Zhiyi, yang kini bermain di klub divisi satu Inggris, Crystal Palace. Bahkan, belakangan, seusai lolos ke Piala Dunia, jumlah pemain yang diincar kian bertambah. Salah satunya Sun Jihai, yang kabarnya diincar dua klub Italia, AC Milan dan Torino. Namun, sesungguhnya, sukses Cina kali ini tak bisa dimungkiri banyak dibantu oleh nasib baik. Keuntungan pertama, babak penyisihan kali ini tidak diikuti dua jawara Asia, yakni Jepang dan Korea, yang langsung masuk babak final. Tentu, batu sandungan berkurang. Selain itu, sejak babak pertama mereka bertemu dengan tim yang relatif lemah. Di babak awal, praktis mereka cuma bertemu dengan Indonesia, Kamboja, dan Maladewa. Maka, di babak awal ini, mereka bisa melenggang dengan mudah. Delapan belas poin mereka kantongi. Selisih golnya pun luar biasa, 25 gol memasukkan, cuma kebobolan 3 gol. Melaju di babak kedua, lagi-lagi lawan yang dihadapinya—seperti Oman, Qatar, Uni Emirat Arab, dan Uzbekistan—juga relatif ringan ketimbang Grup A, yang terdiri dari Arab Saudi, Iran, Irak, Bahrain, dan Thailand. Buktinya, hingga kini, dari Grup A belum lagi ketahuan siapa yang bakal lolos. Tapi sebenarnya bagaimana kekuatan tim ini? Menurut Benny Dollo, Manajer PSSI Pra-Piala Dunia, kelebihan tim Cina ini terletak pada kedisiplinannya yang tinggi. ”Mereka merupakan petarung sejati, yang memang memperlihatkan suatu kemauan yang sangat luar biasa,” katanya. Bahkan Benny berani bertaruh, tim Eropa pun akan mengalami kesulitan bila bertarung dengan anak asuhan Bora Milutinovic ini. Kelebihan lainnya ditentukan pula oleh fisik mereka yang tinggi. ”Mereka jadi maksimal untuk mendapatkan bola-bola atas. Dan lagi, langkah mereka lebih jauh dan lebih bagus dibandingkan dengan Indonesia,” kata Bambang Pamungkas, pemain depan PSSI yang pernah merasakan kukuhnya benteng pertahanan Tim Panda itu. Lepas dari itu, menurut Benny, letak sukses Cina ini pada keseriusan federasi sepak bola Cina dalam membangun olahraga ini. Dengan mata kepala sendiri Benny menyaksikan pemerintah di negeri ini membangun tempat-tempat latihan dengan standar dan kualitas internasional, termasuk dengan menggaet Bora Milutinovic sebagai manajer. Setiap kemajuan memang menuntut ongkos yang mahal. Irfan Budiman, Levi Silalahi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus