Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dengan hati-hati, Mike Tyson merogoh kandang merpati. Begitu tangannya ditarik, seekor merpati telah berada dalam genggaman. Dia mengelus-elus sejenak sebelum melepasnya ke angkasa. Dari dalam kandang yang pintunya dibiarkan terbuka, ratusan merpati lain juga berhamburan ke angkasa, berputar-putar di langit yang siang itu tampak cerah. Tyson tersenyum memamerkan gigi emasnya. Wajahnya yang berhias tato jadi sumringah. "Merekalah cinta terbesar saya setelah anak-anak. Mereka mampu menenangkan hati," katanya.
Tyson, yang 30 Juni nanti akan berulang tahun ke-39, kini menghabiskan waktunya bersama merpati di kompleks Paradise Valley di pinggiran kota Phoenix, Arizona. Bersama tiga anaknya, dia tinggal di sebuah rumah seluas 2.500 meter persegi yang baru dibelinya dengan mencicil seharga US$ 2,1 juta (sekitar Rp 20,1 miliar).
Di belakang rumah itulah Tyson menempatkan kandang merpatinya. Dia memiliki tak kurang dari 350 merpati yang didatangkannya dari berbagai negara. Setiap hari dia rajin memberinya makan dan membersihkan kandangnya. Dia juga tahu nama-nama mereka, usia, dan kondisi kesehatan mereka. "Ini adalah terapi terbaik bagi semua orang. Merpati melambangkan kedamaian," ujar Tyson.
Petinju yang dikenal dengan julukan Si Leher Beton ini telah memutuskan untuk meninggalkan ring tinju. Keputusan ini diungkapkannya pada 11 Juni lalu setelah dia dipecundangi petinju kelahiran Irlandia, Kevin McBride. Dalam pertarungan di MCI Center, Washington, Tyson terjatuh di ronde keenam dan ogah meneruskan pertandingan. "Saya sudah selesai. Saya tak mau lagi membodohi dan mempermalukan diri saya sendiri. Sulit untuk bertarung ketika hati kita tak lagi berada di situ," katanya dalam jumpa pers. "Saya bahkan tak lagi menyukai pertarungan sejak 1990."
Dalam jumpa pers, puluhan jurnalis sempat diminta promotor Rock Newman untuk memberikan standing ovation bagi Tyson, tapi dia buru-buru menolaknya. "Tidak, tidak, tidak! Aku tak ingin siapa pun memberi aplaus. Harap jangan mempermalukanku dengan cara itu," katanya. Dan begitulah, perjalanan karier seorang Tyson yang penuh warna malam itu berakhir dengan getir.
Kendati begitu, lelaki yang dulu suka berperilaku dan berkata kasar itu menghadapi kekalahan hidupnya dengan tenang, tampak dewasa. "Suatu ketika saya berpikir hidup adalah untuk mengejar ambisi. Tapi seiring kehidupan yang bergulir, nyatanya kita kehilangan lebih banyak dari yang kita dapatkan," katanya.
Hidup Tyson bagai kisah opera sabun. Dialah pemuda jelata yang sukses menaklukkan dunia, bergelimang harta dan wanita, lalu kembali terpuruk ke dalam kepapaan. Lahir di Brooklyn, New York, pada 30 Juni 1966, dia tumbuh tanpa pernah tahu identitas ayahnya. Dia hidup bersama ibunya yang meninggal saat dia berusia 16 tahun. Empat tahun sebelumnya, dia pernah masuk penjara karena kasus penjambretan. Di penjara, Tyson bertemu pelatih tinju Cus D'Amato yang mengenalkannya pada tinju.
Hanya butuh waktu singkat bagi Tyson untuk mendunia. Pada 22 November 1986, dia meraih gelar juara dunia kelas berat WBC setelah mengalahkan Trevor Berbick. Dia adalah juara kelas berat termuda, 20 tahun. Tyson amat ditakuti karena kegarangannya di atas ring, sangat sering menjatuhkan lawannya di ronde-ronde awal. Dalam tiga tahun dia juga berhasil mengukuhkan diri sebagai juara kelas berat sejati. Tapi hanya tiga tahun dia menikmatinya. Pada 11 Februari 1990, dia kehilangan gelar setelah kalah knock out saat menghadapi James "Buster" Douglas.
Bukan hanya gagal mempertahankan juara, Tyson juga tidak bisa memelihara pernikahannya dengan aktris Robin Givens. Begitu pula perkawinan berikutnya dengan Monica Turner tidak berlangsung lama. Perkelahian dan penyerangan berkali-kali membawanya ke pengadilan dan membuatnya didenda. Tyson bahkan pernah dituduh memerkosa Desiree Washington, seorang peserta kontes kecantikan. Kasus ini membuatnya dihukum 10 tahun pada 1992. Tapi tiga tahun kemudian, dia sudah menjalani masa bebas bersyarat.
Kembali ke ring, dia berhasil meraih lagi gelar juara dunia WBC setelah mengkanvaskan Frank Bruno di ronde ketiga pada Maret 1996. Namun, pada November tahun yang sama dia dijatuhkan Evander Holyfield di ronde ke-11. Saat tanding ulang setahun kemudian Tyson justru menggigit telinga Holyfield. Dia didenda US$ 3 juta.
Tyson kembali masuk penjara karena menganiaya dua pengendara motor pada awal Februari 1999. Setelah menjalani hukuman selama 3,5 bulan, dia mulai bertinju lagi, tapi tidak mampu mengembalikan kehebatannya di atas ring. Kariernya seolah-olah sudah habis setelah di-KO Lennox Lewis di ronde kedelapan pada Juni 2002. Belakangan, dia hanya menghadapi lawan tak terkenal dan selalu kalah. Begitu pula dalam dua pertarungan terakhirnya menghadapi Danny Williams dan Kevin McBride.
Selama bertinju, Si Leher Beton mengumpulkan tak kurang dari US$ 400 juta (sekitar Rp 3,84 triliun), tapi semua akhirnya habis untuk membiayai hidupnya yang mewah, mendanai bekas istrinya, membayar denda, serta mengongkosi pengacara. Kini ia justru dililit utang senilai US$ 20 juta (Rp 192 miliar), termasuk di dalamnya tunggakan pajak. Dalam proposalnya yang diajukan ke pengadilan kepailitan tahun lalu, Tyson dan pengacaranya berencana melunasi utangnya dengan melakukan tujuh kali pertandingan, tapi baru satu pertandingan dijalaninya, melawan McBride, dia sudah berhenti.
Lalu bagaimana dia membayar utang? Tyson tak memberi jawaban pasti. Dia justru memilih mengajak bicara soal anaknya. "Saya tak punya uang, tapi saya punya anak-anak yang memiliki kehidupan yang hebat," katanya. Dia pun masuk ke rumah dan keluar lagi membawa serta seorang bocah kecil. Itulah Miguel, 3 tahun, yang tampaknya baru bangun tidur. Bocah itu mengenakan kaus sepak bola. "Dia sangat ingin bermain bola, tapi masih terlalu muda," kata Tyson sambil duduk di kursi di teras belakang rumahnya.
Dari bekas dua istri serta beberapa kekasihnya, Tyson memiliki enam orang anak. Tiga anak kini hidup terpisah darinya, yakni Gena (16 tahun), Mikey (14), dan Rayna (9). Yang tiga lagi masih kecil-kecil, Amir (7), Miguel (3), dan Exodus (3 bulan) tinggal bersamanya. Saat berada di rumah, dia tampak amat bahagia bercengkerama dengan anak-anaknya. Sungguh tak terbayangkan, dia adalah Tyson yang pernah mengucapkan: "Saya ingin mengeluarkan jantungnya dan menjejalkan ke mulutnya," menjelang pertarungan melawan Lennox Lewis pada 2002.
Tyson juga berencana pindah ke negara lain. Dia menuturkan, susah baginya untuk tetap tinggal di Amerika Serikat. "Saya sudah dicap buruk di negara ini. Saya tak akan pernah bisa sukses. Saya harus pergi ke luar negeri," katanya. Ke mana? Tyson sempat berpikir tentang Afrika. Petinju yang saat dipenjara sempat menyatakan masuk Islam dan mengganti namanya dengan Malik Abdul Aziz ini ingin mengabdikan diri dengan menyebarkan agama dan membantu orang. "Saya ingin membantu orang. Saya harus memberi kontribusibila tidak, secara emosi saya mati," ujarnya.
Masih banyak tanda tanya di balik rencana Tyson. Dengan setumpuk utang yang melilitnya, diperkirakan dia akan terpaksa kembali ke ring. Kalau bukan di ring tinju, pertarungan bebas di Jepang (K1) diduga akan jadi alternatif. Tahun lalu, setelah dikalahkan Danny Williams, dia sempat dikabarkan akan terjun di sana. Jadi, kisah Tyson tak akan berhenti di kandang merpati.
Seorang penulis tinju di situs BBC malah memprediksi, "Dengan utang yang melilitnya, kita tampaknya akan segera melihatnya kembali ke ring dan bukan menjadi penyebar kalam Allah di Afrika."
Nurdin Saleh (dari berbagai sumber)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo