DEMAM PON belum bergema. Tak banyak umbul-umbul yang terpasang. Iklan sponsor PON bermaskot komodo juga tak banyak terlihat. PON kali ini miskin sponsor. Hingga akhir pekan lalu baru delapan perusahaan menjadi sponsor resmi. Sebelumnya, sekitar 40 perusahaan meramaikannya. Dana yang terkumpul baru Rp 14,4 miliar, sedangkan anggarannya Rp 18 miliar. ''Bisa saja anggaran ini membengkak menjadi Rp 23 miliar. Mudah-mudahan itu tak terjadi. Kami akan menekan pengeluarannya,'' kata Zainal Abidin, Ketua Bidang Dana PON XIII. Kali ini urusan mencari dana ditangani sendiri oleh panitia. Empat tahun silam diserahkan pada swasta. Waktu itu Ken Sudarto, bos perusahaan iklan Matari Inc., diberi wewenang mencari dana, termasuk membuat perjanjian dengan sponsor. Kiat mencari dana itu, menurut Ken, ada tiga cara. Yaitu sistem bisnis murni, sumbangan, atau kombinasi keduanya. Ia memakai cara kombinasi. ''Dengan persentase bisnisnya lebih besar. Sumbangannya cuma 20%,'' katanya kepada R. Indra dari TEMPO. Dengan cara itu teraup dana Rp 13,5 miliar. Panitia PON XII hanya memakai Rp 10 miliar. Jadi, untung Rp 3,5 miliar. Belakangan timbul masalah antara panitia PON dan Matari. Yaitu beberapa barang milik perusahaan sponsor, yang mestinya dibeli panitia, dianggap gratis. Tentu panitia harus membayarnya sehingga sisa dana itu ludes. Matari nombok Rp 1,4 miliar. Soal nombok Rp 1,4 miliar, pihak panitia PON yang lalu tidak menyangkal. ''Semuanya sudah diselesaikan dengan sistem barter,'' kata Zainal. Waktu itu, katanya, Gubernur DKI Wiyogo, yang juga Ketua Panitia PON XII, telah memberi beberapa lokasi strategis untuk dipakai Matari sebagai tempat papan reklame. ''Yang dikatakan Pak Zainal memang benar. Cuma, dalam pelaksanaannya, proyek yang diberikan ternyata tidak bisa dilaksanakan,'' jawab Ken. Maksudnya? Ken tak bersedia menjelaskan karena ia tak mau lagi meributkannya. Mencari dana model kombinasi tadi juga diterapkan panitia PON. Cuma persentase sumbangannya lebih besar, seperti bantuan SDSB Rp 5,26 miliar dan dari anggaran belanja Pemda DKI Rp 2 miliar. Panitia juga menyebar stiker dana PON, antara lain, pada pengunjung Ancol, pemohon IMB, pemohon STNK, dan di panti pijat. Begitu getolnya panitia mencari dana membuat DPRD DKI risi, dan meminta agar pencarian dana model ''nodong'' disetop saja. Tak berarti upaya menggali dana secara bisnis tak ada. Panitia menunjuk RCTI menjadi koordinator gugus tugas dana, yang mirip Matari dulu. Bedanya, perjanjian kerja sama sponsor harus antara PB PON XIII dan pihak sponsor. Gugus tugas menargetkan dana Rp 7,6 miliar. Namun, sampai pekan lalu, baru tersedot Rp 3,3 miliar. Sepinya sponsor itu, menurut Sri Mulyono Herlambang, Sekretaris Umum PB PON XIII, sekarang kondisinya kurang menguntungkan. Maksudnya, dana promosi dari beberapa perusahaan sudah terserap untuk kegiatan olahraga sebelum PON. Misalnya, menyeponsori pembukaan Sirkuit Sentul, dan Kirab Remaja Nasional. Toh gugus tugas dana terus berupaya. Senin pekan ini, misalnya, di Jakarta diadakan jamuan makan malam, diteruskan acara lelang raket bulu tangkis kesayangan Wakil Presiden Try Sutrisno. Selain itu panitia meminta kepada setiap induk organisasi olahraga mencarikan sponsor. ''Tapi mereka harus melaporkannya kepada panitia agar bisa dikoordinasikan,'' kata Museno, Ketua Pelaksana PB PON XIII. Bambang Sujatmoko
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini