Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Dari RRC tanpa kompromi

Invitasi persahabatan tim bulu tangkis indonesia melawan rrc di hongkong, seluruh partai tunggal indonesia kalah. (or)

5 Januari 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MEREKA membawa 18 pemain, termasuk 8 putri, ke Queen ElizaIcth Sports Hall. Kedua pelatih inti mereka -- Hou Chia Chang dan Wang Wen Chio, keduanya eks Hoakiau dari Indonesia -- selalu senyum ramah. Tiada lagi wajah angker dari mereka umumnya. Sekali ini RRC menjajal pemain muda. Pemain unggul mereka seperti Yan Yujiang dan Yu Yaodong (Yao lung) tidak tampil justru ketika melawan Indonesia. Ada orang mengira bahwa mereka sengaja disimpan karena tim Indonesia datang tanpa Liem Swie King, Iie Sumirat dan Rudy Hartono. Dugaan tersebut agaknya keliru, karena RRC memang sengaja mempersiapkan generasi non-Hoakiau. Dan Yan kebetulan cedera -- jalannya agak pincang -- setelah melawan tim Malaysia. Dalam pertandingan persahabatan menjelang Natal itu hanya Malaysia dan Indonesia (keduanya anggota IBF, atau Federasi Bulutangkis Internasional) serta RRC dan Hongkong (keduanya dari WBF atau Federasi Bulutangkis Dunia) yang turut. Puncaknya, tentu saja, ketika RRC bertemu Indonesia (21-22 Desember) yang dimenangkan RRC, baik dalam regu putri (5-0) maupun putra (6-3). Dengan Chen Tianlong 20 tahun, Luan Jin (Luan Chin) 21 tahun, Han Jian (Han Chien) 23 tahun, Lin Jiangli 22 tahun, Sun Zhian 23 tahun dan Yao Ximing 23 tahun, RRC mencoba menampilkan komposisi regu Piala Thomas mereka dalam menghadapi Indonesia. Seandainya dalam waktu dekat ini sengketa IBF-WBF dapat diakhiri dan RRC dapat mengambil bagian dalam turnamen Piala Thomas 1982, susunan pemain mereka tak akan banyak berbeda dengan yang mereka tampilkan di Hongkong itu. "Mereka memboyong semua pemain terbaik untuk mencoba dan mengintai kita," kata tim manajer Indonesia Sukada pada TEMPO. Tapi adakah Indonesia juga menurunkan pemain terbaiknya? "Diukur dengan kondisi sekarang, inilah tim kita yang terkuat," kata Sukada. "King dan Iie dan Rudy belum sepenuhnya pulih. Tjuntjun dan Yohan Wahyudi baru mengawali latihannya. Dhany Sartika dan Hadianto tak lebih baik dari Hastomo Arbi dan Lius Pongoh yang sedang menanjak. Jadi kita pun tak main-main dalam menghadapi mereka." Bahwa pertandingan persahabatan itu cukup penting, ini terlihat dari inisiatif KONI Pusat yang mengirim tim ahlinya, Amir Lubis dan Subur. Keduanya sibuk merekam pertandingan itu dengan kamera. Keras & Cepat Invitasi persahabatan itu lebih tepat disebut sebagai dwilomba tanpa kompromi Han membantai Hastomo Arbi (21 tahun) 15-5, 15-4. Lius Pongoh, 19 tahun, yang di hari pertama membagi angka dengan Chen Tianlong 13-15, 1510, harus menempuh set penentuan yang kemudian dimenangkan Chen dengan 15-2. "Biasanya dalam pertandingan persahabatan one set all tak diteruskan," kata Ade Chandra. Dalam pertandingan yang memakai sistem turnamen Piala Thomas ini seluruh partai tunggal Indonesia kalah. Rudy Heryanto, 25 tahun, tak berhasil mengulang kemenangannya atas Luan Jin seperti yang terjadi di Asian Games 1978. Para pemain tunggal RRC umumnya lebih mengutamakan senjata yang konvensional -- keras, cepat, serang terus dan pantang kendur. Chen Tianlong dan Luan Jin tak banyak bedanya. Hanya Chen lebih tajam dalam dropnya. Keduanya sama gigih. Seolah target mereka bukan hanya memenangkan pertandingan, melainkan juga harus sebanyaknya menghancurkan snar raket dan bola merk Aeroplane bikinan RRC. Yang lebih kalem adalah Han Jian. Gayanya hampir duplikat Tang Hsien Hu, pemain eks Hoakiau. Smasnya lebih terarah. Juga ia lebih taktis dalam gerak dan penempatan bola. Tapi ini tidak berarti ia bukan penganut aliran keras. Lius, Hastomo dan Heryanto bukan tidak memberi perlawanan yang memadai. Tapi jelas pemain tunggal Indonesia hanya mengimbangi, bertahan dan menunggu kesempatan. Inisiatif terbanyak di tangan pemain RRC. Namun demikian partai Hastomo-Chen 15-17, 9-15, merupakan pertandingan yang paling bermutu. Di partai dobel Heryanto dan Kartono masih mencari bentuk terbaiknya. Mereka mencetak satu biji kemenangan 18-16, 18-16, dari Sun Zhian dan Yao Ximing. Kekuatan Indonesia secara keseluruhan justru masih terletak pada pasangan Christian, 30 tahun, dan Ade Chandra, 29 tahun. Kedua veteran ini merebut dua kemenangan. Skor 6-3 untuk kemenangan regu putra RRC memang belum sepenuhnya menggambarkan kekuatan mereka dalam kancah pertandingan beregu dengan sistem Thomas Cup. Tapi jelas peremajaan dengan gaya permainan yang mengandalkan kekuatan fisik sangat berhasil. Rudy Hartono pernah mencamkan "tanpa killing anda tidak dapat memenangkan pertandingan bulutangkis masa sekarang." Naluri "membunuh" itu memang sedang dikembangkan oleh generasi pemain RRC sekarang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus