Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Demi kerja atau demi PSSI?

Tim pssi yang dipersiapkan menghadapi sea games di filipina, mengalami krisis kiper. ronny paslah menolak panggilan pssi, karena akan memusatkan perhatian pada pekerjaannya. (or)

17 Januari 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RONNY Paslah tak pernah dipanggil memperkuat tim PSSI sejak 'musibah' PSSI kehujanan gol dalam Merdeka Games, Kualalumpur 1978. Ia memang sempat diskors 5 tahun. Namun baru 3 bulan berjalan, hukumannya diperingan menjadi 2 tahun dengan masa percobaan setahun. Masa percobaan itu telah lama selesai (Februari 1980), dan Ronny cuma bermain untuk klub Indonesia Muda Galatama. Pelatih Sinyo Aliandu pernah memanggil Ronny memperkuat Galatama Selection melawan tim nasional Hong Kong bulan lalu, tapi kiper cadangan Sudarno yang diturunkannya. Baru akhir Desember 1980, karena kesulitan pemain untuk PSSI Utama, ia dipanggil. Tak disangka Ronny menolak. Kepada TEMPO yang menemuinya di kantor Pertamina Pusat, Jakarta, Ronny mengaku ia sibuk memusatkan perhatian pada pekerjaannya "demi keluarga." Dengan suara tenang monoton dan penuh pertimbangan ia berbicara. "Mudah-mudahan dalam usia 30 tahun ini, saya belum terlambat," katanya. Saat Kering Pemain "Dedikasi saya untuk PSSI mungkin sudah berkarat," kata bekas kiper PSSI 1969-78 itu. "Berkeluarga, bukan berarti permainan saya jadi jelek. Tahun 1972, saya dipilih SIWO sebagai olahragawan terbaik, tepat waktu saya jadi bapak 2 anak." Kini tiga anaknya. Main sepakbola, katanya lagi, tidak menjamin hidup keluarga. "Kalau saya tidak bermain bola, mungkin saya sudah jadi staf dan bergaji lumayan." Menurut kepala bagiannya di Pertamina, jabatan Ronny mungkin ditingkatkan kalau ia tidak meninggalkan pekerjaan. Hans Pandelaki, Sekjen PSSI -- setelah menerima sang kiper pekan lalu kepada TEMPO mengatakan: "Alasan Ronny dapat diterima. Tidak ada sanksi apa-apa atasnya." PSSI sudah mencari penggantinya. Sekaligus 3 kiper yang dipanggil: Taufik Lubis (PSMS Medan), Sudarno (Jayakarta) dan Tan Tio Ping dari Persipal-Palu yang kini sekolah di SMA Ragunan, Jakarta. Walau Ping (17 tahun) sudah datang ke Sekretariat PSSI, Pandelaki mengatakan ia belum tahu bagaimana jawaban 3 kiper yang dipanggil itu. Sudarno, menurut Kompas, berat untuk dilepaskan Iswadi Idris, pelatih Jayakarta. Syarnubi Said, manajer tim PSSI Utama, sangat merasakan saat kering pemain. "Saya menghimbau kesediaan mereka yang diminta," katanya. Tim PSSI Utama yang ditangani Syarnubi berntikan pemain eks Binatama Brazil. Semula pada pertengahan tahun 1980, manajer tim itu bersama pelatih A. Mangindaan cuma memilih 21 dari 24 pemain Binatama, kemudian menyisipkan Ronny Pattinasarani, Simson Rumahpasal dan Stephanus Sirey. Setelah Pelatnas Cipaku, dengan pelatih Harry Tjong dan Hendarto, tim ini cukup menunjukkan prestasi dalam turnamen Piala Presiden di Seoul, September 1980, sebagai juara II. Belum memuaskan memang. Terjadi lagi bongkar pasang. Beberapa pemain eks Brazil dicabut lagi. Dan masuk Hadi Ismanto, Zulham Effendi, Leo Kapisa, Panus Korwa dan kiper Purwono. Dalam perlawatan ke Arab Saudi, ternyata pamor PSSI Utama jatuh. Di sana ia kalah besar, 0-8. Kelemahan menyolok tampak pada kiper eks Brazil, Endang Tirtana dan Bonar Tobing. Sementara itu kiper Haryanto, juga dari Brazil, sudah lebih dulu dipulangkan ke klubnya, Tidar Sakti, sehingga terjadilah krisis kiper sekarang. Krisis pemain PSSI Utama sebenarnya bukan cuma pada kiper. David Sulaksmono, Aun Harhara dan Suapri -- ketiganya pemain Jayakarta -- pernah diganti. Kini Panus dan Leo Kapisa tidak dipanggil lagi, dan ketiga pemain eks Brazil tersebut masuk kembali. "Pemain yang dipanggil sekarang selalu menunjukkan kesiapan mental yang tinggi," kata Syarnubi. Para pemain itu -- selain 3 kiper yang baru dipanggil -- adalah Purwono (kiper) Didik Darmadi, Chris Wakano, Simson Rumahpasal, Berty Tutuarima dan Aun Harhara (pemain belakang). Barisan tengah: Subangkit, Nasir Salasa, Ronny Pattinasarani, Mundari Karya, Budi Johanis, Suapri, Rully Nere, Zulham Effendi dan Mettu Duaramuri. Barisan penyerang Bambang Nurdiansyah, Bambang Sunarto, David Sulaksmono, Djoko Irianto, Hadi Ismanto dan Stephanus Sirey. Dalam waktu dekat tim ini akan diuji coba melawan tim Mitsubishi dari Jepang. "Kita akan memulihkan kembali pamor PSSI Utama dalam pertandingan tersebut," kata Syarnubi yang juga anggota direksi Mitsubishi Jakarta. Syarnubi sebenarnya masih penasaran untuk menghadapkan kembali PSSI Utama dengan kesebelasan Arab Saudi di lapangan rumput. Tapi sasarannya adalah SEA Games (6-15 Desember 1981) di Filipina.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus