RONNY Paslah tak pernah dipanggil memperkuat tim PSSI sejak
'musibah' PSSI kehujanan gol dalam Merdeka Games, Kualalumpur
1978. Ia memang sempat diskors 5 tahun. Namun baru 3 bulan
berjalan, hukumannya diperingan menjadi 2 tahun dengan masa
percobaan setahun.
Masa percobaan itu telah lama selesai (Februari 1980), dan Ronny
cuma bermain untuk klub Indonesia Muda Galatama. Pelatih Sinyo
Aliandu pernah memanggil Ronny memperkuat Galatama Selection
melawan tim nasional Hong Kong bulan lalu, tapi kiper cadangan
Sudarno yang diturunkannya.
Baru akhir Desember 1980, karena kesulitan pemain untuk PSSI
Utama, ia dipanggil. Tak disangka Ronny menolak. Kepada TEMPO
yang menemuinya di kantor Pertamina Pusat, Jakarta, Ronny
mengaku ia sibuk memusatkan perhatian pada pekerjaannya "demi
keluarga." Dengan suara tenang monoton dan penuh pertimbangan ia
berbicara. "Mudah-mudahan dalam usia 30 tahun ini, saya belum
terlambat," katanya.
Saat Kering Pemain
"Dedikasi saya untuk PSSI mungkin sudah berkarat," kata bekas
kiper PSSI 1969-78 itu. "Berkeluarga, bukan berarti permainan
saya jadi jelek. Tahun 1972, saya dipilih SIWO sebagai
olahragawan terbaik, tepat waktu saya jadi bapak 2 anak." Kini
tiga anaknya.
Main sepakbola, katanya lagi, tidak menjamin hidup keluarga.
"Kalau saya tidak bermain bola, mungkin saya sudah jadi staf dan
bergaji lumayan." Menurut kepala bagiannya di Pertamina, jabatan
Ronny mungkin ditingkatkan kalau ia tidak meninggalkan
pekerjaan.
Hans Pandelaki, Sekjen PSSI -- setelah menerima sang kiper pekan
lalu kepada TEMPO mengatakan: "Alasan Ronny dapat diterima.
Tidak ada sanksi apa-apa atasnya."
PSSI sudah mencari penggantinya. Sekaligus 3 kiper yang
dipanggil: Taufik Lubis (PSMS Medan), Sudarno (Jayakarta) dan
Tan Tio Ping dari Persipal-Palu yang kini sekolah di SMA
Ragunan, Jakarta.
Walau Ping (17 tahun) sudah datang ke Sekretariat PSSI,
Pandelaki mengatakan ia belum tahu bagaimana jawaban 3 kiper
yang dipanggil itu. Sudarno, menurut Kompas, berat untuk
dilepaskan Iswadi Idris, pelatih Jayakarta. Syarnubi Said,
manajer tim PSSI Utama, sangat merasakan saat kering pemain.
"Saya menghimbau kesediaan mereka yang diminta," katanya.
Tim PSSI Utama yang ditangani Syarnubi berntikan pemain eks
Binatama Brazil. Semula pada pertengahan tahun 1980, manajer tim
itu bersama pelatih A. Mangindaan cuma memilih 21 dari 24 pemain
Binatama, kemudian menyisipkan Ronny Pattinasarani, Simson
Rumahpasal dan Stephanus Sirey. Setelah Pelatnas Cipaku, dengan
pelatih Harry Tjong dan Hendarto, tim ini cukup menunjukkan
prestasi dalam turnamen Piala Presiden di Seoul, September 1980,
sebagai juara II.
Belum memuaskan memang. Terjadi lagi bongkar pasang. Beberapa
pemain eks Brazil dicabut lagi. Dan masuk Hadi Ismanto, Zulham
Effendi, Leo Kapisa, Panus Korwa dan kiper Purwono. Dalam
perlawatan ke Arab Saudi, ternyata pamor PSSI Utama jatuh. Di
sana ia kalah besar, 0-8. Kelemahan menyolok tampak pada kiper
eks Brazil, Endang Tirtana dan Bonar Tobing. Sementara itu kiper
Haryanto, juga dari Brazil, sudah lebih dulu dipulangkan ke
klubnya, Tidar Sakti, sehingga terjadilah krisis kiper sekarang.
Krisis pemain PSSI Utama sebenarnya bukan cuma pada kiper. David
Sulaksmono, Aun Harhara dan Suapri -- ketiganya pemain Jayakarta
-- pernah diganti. Kini Panus dan Leo Kapisa tidak dipanggil
lagi, dan ketiga pemain eks Brazil tersebut masuk kembali.
"Pemain yang dipanggil sekarang selalu menunjukkan kesiapan
mental yang tinggi," kata Syarnubi.
Para pemain itu -- selain 3 kiper yang baru dipanggil -- adalah
Purwono (kiper) Didik Darmadi, Chris Wakano, Simson Rumahpasal,
Berty Tutuarima dan Aun Harhara (pemain belakang). Barisan
tengah: Subangkit, Nasir Salasa, Ronny Pattinasarani, Mundari
Karya, Budi Johanis, Suapri, Rully Nere, Zulham Effendi dan
Mettu Duaramuri. Barisan penyerang Bambang Nurdiansyah, Bambang
Sunarto, David Sulaksmono, Djoko Irianto, Hadi Ismanto dan
Stephanus Sirey.
Dalam waktu dekat tim ini akan diuji coba melawan tim Mitsubishi
dari Jepang. "Kita akan memulihkan kembali pamor PSSI Utama
dalam pertandingan tersebut," kata Syarnubi yang juga anggota
direksi Mitsubishi Jakarta. Syarnubi sebenarnya masih penasaran
untuk menghadapkan kembali PSSI Utama dengan kesebelasan Arab
Saudi di lapangan rumput. Tapi sasarannya adalah SEA Games (6-15
Desember 1981) di Filipina.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini