Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Dengan Bazanowski, Tak Bisa Malas

6 atlet angkat besi memecahkan rekor nasional dalam seleknas. mereka ditargetkan untuk meraih medali emas di sea games, dibawah pelatih dari polandia waldhemar bazanowski. (or)

9 Mei 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PENONTON di ruang latihan angkat besi, di kolong stadion utama Senayan, Jakarta, bertepuk tangan lebih sering dari biasanya. Sebab petang itu, 25 April, peserta Seleksi Nasional (Seleknas dari Jakarta, Riau, Lampung, Jawa Barat dan Jawa Tengah telah mematok 28 rekor baru. Pengikut seleksi itu menciptakan empat rekor dari kategori atlet remaja, 15 dari kategori junior, dan sembilan dari kategori senior. Bintang-bintang pemecah rekor nasional itu adalah Maman Suryaman (19 tahun), Hendrik Effendi (20 tahun), Adicondro (20 tahun), Sori Enda (24 tahun), Sindharta Halimana (24 tahun) dan Warino Lestanto (28 tahun). Maman Suryaman yang baru tamat Sekolah Pendidikan Guru Bandung 1980 tampil paling meyakinkan. Terjun ke dunia angkat besi tiga tahun lalu, putra penjual kue itu rajin berlatih dengan peralatan sederhana di Jalan Karapitan, Bandung. "Cuma tekad saja yang membuat saya rajin berlatih," tutur pemuda ini yang tingginya tak sampai 160 cm. Peralatan angkat besi di daerah tak sebaik yang di pelatnas. Kasiran, pelatih dari Jawa Tengah yang banyak mensuplai atlet angkat besi nasional, mengatakan pembinaan di daerahnya tersendat karena kurangnya peralatan dan sarana. "Handel tidak pakai agel -- kelereng besi yang memudahkan perputaran. Hingga tangan atlet bisa pecah dibuatnya jika tak hati-hati," tuturnya. "Malah handelnya sudah bengkok-bengkok," tambah Sindharta dan Adicondro keduanya dari Pekalongan. Kurmomat Namun Kasiran optimistis. "Dua tahun lagi kami bisa mensuplai banyak atlet, antara lain tiga adik Sindharta Halimana, " katanya. "Ada yang baru 15 tahun, tapi sudah berbobot 90 kg." Dari para atlet yang rajin di daerah kini Pengurus Besar PABBSI, organisasi angkat besi nasional memilih calon ke SEA Games Desember 1981. Mereka dipercayakan pada Waldhemar Bazanowski, pelatih dari Polandia yang pernah lima kali juara dunia kelas 67,5 kg. Ia sudah tiga kali dikontrak KONI Pusat. Namun berbeda dengan pelatnas sebelumnya, kali ini ia diberi wewenang penuh. Sejak pelatnas berlangsung Januari 1981, ia tidak tinggal lagi di hotel, tapi menginap bersama para atlet di flat Gelora Senayan. Pukul 05.30, ia memutar kaset musik membangunkan atlet. Pukul 06.00 tepat, disuruhnya mereka bersenam dan jogging. Latihan teknik dengan porsi seratus kali lebih mengangkat barbel 100 kg dipaksakannya setiap pukul 09.00-11.00 pagi. Begitu pula pukul 16.00-19.00 petang. Disiplin dalam ketepatan waktu ditekankannya untuk jam makan dan saat tidur. Prinsip program Bazanowski ialah "istirahat yang bagus, latihan yang bagus dan makan yang bagus. Kalau satu dari ini tidak ada, tidak beres," katanya dalam bahasa Indonesia campur Inggris. Menu yang dihidangkan oleh keluarga Madek Kasman, sang pembina nasional, dinilainya cukup. "Kadar kalori 3.000, sudah baik. Tapi tidak ada ruginya kalau bisa 10.000 kalori," kata Bazanowski sambil memegang ayam goreng setengah ekor, jatah makan para atlet pada suatu malam pekan lalu. Keakraban Bazanowski dengan para atlet cukup terpelihara, meski terkadang ia membentak dalam bahasa Polandia "Kurmomat ! " Di pelatnas memang pernah ada atlet yang malas-malasan. Si pemalas dibandingkan sang pelatih dengan seekor anak anjing milik Madek Kasman yang kegemukan karena minum susu melulu di pelatnas. Menurut Bazanowski ada atlet yang purapura latihan lebih dulu. Badannya diguyur air dan mengaku sudah berkeringat. Angkat besi dua kali, dibilangnya sudahempat kali. Selesai Seleknas lalu, para atlet malas itu tidak dipanggil lagi. Pelatnas itu sekarang diikuti sisa enam atlet saja. Keenamnya telah memecahkan rekor tersebut di atas. Mereka ditargetkan minimum merebut enam medali emas di SEA Games. Prestasi mereka sekarang cukup memuaskan. Latihan baru berjalan tiga bulan, malahan baru sebulan untuk Warino tetapi prestasi anak Jakarta itu bersama Maman Suryaman dan Sori Enda sudah menembus rekor SEA Games. Pelatnas masih akan berlangsung tujuh bulan lagi, tapi selama tiga minggu sejak awal Mei ini keenam atlet itu ditempatkan di Cipanas sebagai variasi. Ketua Umum PB PABBSI, Jonosewojo bahkan sedang mencari tiket bagi mereka untuk uji-coba (try-out) ke Eropa. Maman Suryaman dan Adicondro akan dikirim ke Kejuaraan Dunia Junior (1519 Mei) di Italia, sedangkan Sori Enda dan Sindharta ke Turnamen Internasional Terbuka di Hongaria (3 - 6 Juni).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus