PENONTON di ruang latihan angkat besi, di kolong stadion utama
Senayan, Jakarta, bertepuk tangan lebih sering dari biasanya.
Sebab petang itu, 25 April, peserta Seleksi Nasional (Seleknas
dari Jakarta, Riau, Lampung, Jawa Barat dan Jawa Tengah telah
mematok 28 rekor baru.
Pengikut seleksi itu menciptakan empat rekor dari kategori atlet
remaja, 15 dari kategori junior, dan sembilan dari kategori
senior. Bintang-bintang pemecah rekor nasional itu adalah Maman
Suryaman (19 tahun), Hendrik Effendi (20 tahun), Adicondro (20
tahun), Sori Enda (24 tahun), Sindharta Halimana (24 tahun) dan
Warino Lestanto (28 tahun).
Maman Suryaman yang baru tamat Sekolah Pendidikan Guru Bandung
1980 tampil paling meyakinkan. Terjun ke dunia angkat besi tiga
tahun lalu, putra penjual kue itu rajin berlatih dengan
peralatan sederhana di Jalan Karapitan, Bandung. "Cuma tekad
saja yang membuat saya rajin berlatih," tutur pemuda ini yang
tingginya tak sampai 160 cm.
Peralatan angkat besi di daerah tak sebaik yang di pelatnas.
Kasiran, pelatih dari Jawa Tengah yang banyak mensuplai atlet
angkat besi nasional, mengatakan pembinaan di daerahnya
tersendat karena kurangnya peralatan dan sarana. "Handel tidak
pakai agel -- kelereng besi yang memudahkan perputaran. Hingga
tangan atlet bisa pecah dibuatnya jika tak hati-hati," tuturnya.
"Malah handelnya sudah bengkok-bengkok," tambah Sindharta dan
Adicondro keduanya dari Pekalongan.
Kurmomat
Namun Kasiran optimistis. "Dua tahun lagi kami bisa mensuplai
banyak atlet, antara lain tiga adik Sindharta Halimana, "
katanya. "Ada yang baru 15 tahun, tapi sudah berbobot 90 kg."
Dari para atlet yang rajin di daerah kini Pengurus Besar PABBSI,
organisasi angkat besi nasional memilih calon ke SEA Games
Desember 1981. Mereka dipercayakan pada Waldhemar Bazanowski,
pelatih dari Polandia yang pernah lima kali juara dunia kelas
67,5 kg. Ia sudah tiga kali dikontrak KONI Pusat. Namun berbeda
dengan pelatnas sebelumnya, kali ini ia diberi wewenang penuh.
Sejak pelatnas berlangsung Januari 1981, ia tidak tinggal lagi
di hotel, tapi menginap bersama para atlet di flat Gelora
Senayan. Pukul 05.30, ia memutar kaset musik membangunkan atlet.
Pukul 06.00 tepat, disuruhnya mereka bersenam dan jogging.
Latihan teknik dengan porsi seratus kali lebih mengangkat barbel
100 kg dipaksakannya setiap pukul 09.00-11.00 pagi. Begitu pula
pukul 16.00-19.00 petang. Disiplin dalam ketepatan waktu
ditekankannya untuk jam makan dan saat tidur.
Prinsip program Bazanowski ialah "istirahat yang bagus, latihan
yang bagus dan makan yang bagus. Kalau satu dari ini tidak ada,
tidak beres," katanya dalam bahasa Indonesia campur Inggris.
Menu yang dihidangkan oleh keluarga Madek Kasman, sang pembina
nasional, dinilainya cukup. "Kadar kalori 3.000, sudah baik.
Tapi tidak ada ruginya kalau bisa 10.000 kalori," kata
Bazanowski sambil memegang ayam goreng setengah ekor, jatah
makan para atlet pada suatu malam pekan lalu.
Keakraban Bazanowski dengan para atlet cukup terpelihara, meski
terkadang ia membentak dalam bahasa Polandia "Kurmomat ! " Di
pelatnas memang pernah ada atlet yang malas-malasan. Si pemalas
dibandingkan sang pelatih dengan seekor anak anjing milik Madek
Kasman yang kegemukan karena minum susu melulu di pelatnas.
Menurut Bazanowski ada atlet yang purapura latihan lebih dulu.
Badannya diguyur air dan mengaku sudah berkeringat. Angkat besi
dua kali, dibilangnya sudahempat kali. Selesai Seleknas lalu,
para atlet malas itu tidak dipanggil lagi.
Pelatnas itu sekarang diikuti sisa enam atlet saja. Keenamnya
telah memecahkan rekor tersebut di atas. Mereka ditargetkan
minimum merebut enam medali emas di SEA Games. Prestasi mereka
sekarang cukup memuaskan. Latihan baru berjalan tiga bulan,
malahan baru sebulan untuk Warino tetapi prestasi anak Jakarta
itu bersama Maman Suryaman dan Sori Enda sudah menembus rekor
SEA Games.
Pelatnas masih akan berlangsung tujuh bulan lagi, tapi selama
tiga minggu sejak awal Mei ini keenam atlet itu ditempatkan di
Cipanas sebagai variasi. Ketua Umum PB PABBSI, Jonosewojo bahkan
sedang mencari tiket bagi mereka untuk uji-coba (try-out) ke
Eropa. Maman Suryaman dan Adicondro akan dikirim ke Kejuaraan
Dunia Junior (1519 Mei) di Italia, sedangkan Sori Enda dan
Sindharta ke Turnamen Internasional Terbuka di Hongaria (3 - 6
Juni).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini