PULUHAN mobil berbentuk petak persegi dengan cat aneka warna
diparkir rapi di halaman kantor PT Djakarta Motor (DM) di Jl.
Cikini Raya Jakarta. Agak ke belakang kantor yang menjadi agen
tunggal mobil Jeep buatan AS itu, beberapa teknisi sibuk bekerja
membenahi mobil-mobil yang akan dikirim ke dealer perusahaan itu
di Jakarta sendiri dan beberapa daerah di luar Jawa. "Mobil kami
sekarang tersebar hampir di seluruh Indonesia," kata seorang
staf DM. "Kami seperti bangkit dari tidur."
Ucapan itu tampaknya tak mengada-ada Di Jakarta, kecenderungan
para pemakai mobil belakangan ini memang beralih ke kendaraan
serbaguna yang tahun 40-an dulu, dikenal sebagai kendaraan
angkutan perang.
Untuk medan perang manfaat kendaraan ini serbaguna. Membawa
perlengkapan bisa. Pasukan apalagi. Jeep berasal dari kata
general purpose yang kemudian disingkat menjadi GP (Jipi).
Lantas berubah menjadi Jeep. Setelah Perang Dunia II si Jipi
banyak digunakan untuk angkutan sipil. Merk yang terkenal ketika
itu adalah Ford, kemudian Willys (Lihat box).
Bahkan penggemar Jeep sudah membentuk perkumpulan: Jeep Club
Indonesia (JCI). Anggoranya memang baru sekitar 50 orang dan
hanya di Jakarta. Tetapi, para pengasuh klub ini yakin jumlah
itu segera bertambah, mengingat penjualan Jeep tahun 1980
meningkat.
Keluar dengan tipe CJ 7 (bahan bakar bensin) Jeep, tahun lalu,
berhasil meraih tempat keempat dalam urut-urutan penjual
terbanyak mobil serba guna. Harga mobil ini di atas Rp 8 juta,
sedangkan yang terjual 1.113 unit.
Para pengusaha mobil mengatakan, ini merupakan perkembangan baru
buat mobil Amerika Serikat dalam berkompetisi dengan mobil
buatan Jepang. Di atasnya muncul dengan meyakinkan Jimny Suzuki.
Berhasil menjual sekitar 2.000 unit, produk yang diageni oleh PT
Indo Mobil Utama ini menempati urutan ketiga. Kendaraan ini
paling murah (sekitar Rp 4,7 juta).
Diperkenalkan di pasaran mulai 1979, Jimny seperti halnya dengan
Jeep, juga punya wadah bagi pemiliknya. "Saat ini sedang saya
pelajari ADART Jimny Club," ujar Subronto Laras, Dir-Ut PT Indo
Mobil Utama. Klub ini, katanya, akan menghimpun para pemilik
Jimny untuk bisa saling tukar menukar info dalam soal teknis
menyangkut mobil, di samping rekreasi. Menurut Subronto Laras,
pada tahun 1980 permintaan terhadap mobil ini agak luar biasa.
"Saya sampai kewalahan. Pesanan daerah terpaksa banyak
dibatalkan karena permintaan yang di Jakarta besar," ujarnya.
Kampiun bisnis kendaraan serbaguna tahun 1980, memang masih
dipegang oleh Toyota dengan Lancruiser-nya. Menjual dengan
harga siap pakai: Hard Top sekitar Rp 6 juta dan Canvas Top
sekitar Rp 7 juta. Toyota tercatat menjual sebanyak 8.297 unit,
yang berarti 50,51% dari seluruh mobil serbaguna yang dijual di
seluruh Indonesia.
Di bawahnya, menyusul Daihatsu Taft. Harganya sekitar Rp 5,8
juta. Kendaraan ini dilempar ke pasaran sebanyak 3.991 unit.
Bagaimana prospek mobil tersebut tahun ini? "Akan semakin banyak
orang senang memakai kendaraan ini, karena keserbagunaannya,"
kata Hermanto dari Daihatsu. Ini tampaknya membuat para agen
tunggal perusahaan mobil merk lain yang terus pasang kuda-kuda.
"Tahun ini, kami akan tingkatkan penjualan 100% dan optimistis
itu terpenuhi," Subronto Laras menjawab.
Juli 1981, Hermanto akan ke AS bersama dua teman untuk
menyaksikan Jamboree Jeep di sana. Setelah itu, dia akan
mengadakan acara rally khusus kendaraan serbaguna. Ia kini
sedang menggarap rencana kerja JCI dan wadah baru yang
dibentuknya buat semua pemilik kendaraan serbaguna: Four Wheels
Drive Club (FWDC). Jika bisa berjalan lancar dan anggotanya
banyak, "akan bisa dikerahkan membantu korban bencana alam di
daerah yang tak bisa dimasuki mobil biasa."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini