Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Panen Mobil Perang

Perkembangan baru buat mobil AS dalam berkompetisi dengan mobil buatan jepang. dimana kecenderungan para pemakai mobil belakangan ini beralih ke jeep. (eb)

9 Mei 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PULUHAN mobil berbentuk petak persegi dengan cat aneka warna diparkir rapi di halaman kantor PT Djakarta Motor (DM) di Jl. Cikini Raya Jakarta. Agak ke belakang kantor yang menjadi agen tunggal mobil Jeep buatan AS itu, beberapa teknisi sibuk bekerja membenahi mobil-mobil yang akan dikirim ke dealer perusahaan itu di Jakarta sendiri dan beberapa daerah di luar Jawa. "Mobil kami sekarang tersebar hampir di seluruh Indonesia," kata seorang staf DM. "Kami seperti bangkit dari tidur." Ucapan itu tampaknya tak mengada-ada Di Jakarta, kecenderungan para pemakai mobil belakangan ini memang beralih ke kendaraan serbaguna yang tahun 40-an dulu, dikenal sebagai kendaraan angkutan perang. Untuk medan perang manfaat kendaraan ini serbaguna. Membawa perlengkapan bisa. Pasukan apalagi. Jeep berasal dari kata general purpose yang kemudian disingkat menjadi GP (Jipi). Lantas berubah menjadi Jeep. Setelah Perang Dunia II si Jipi banyak digunakan untuk angkutan sipil. Merk yang terkenal ketika itu adalah Ford, kemudian Willys (Lihat box). Bahkan penggemar Jeep sudah membentuk perkumpulan: Jeep Club Indonesia (JCI). Anggoranya memang baru sekitar 50 orang dan hanya di Jakarta. Tetapi, para pengasuh klub ini yakin jumlah itu segera bertambah, mengingat penjualan Jeep tahun 1980 meningkat. Keluar dengan tipe CJ 7 (bahan bakar bensin) Jeep, tahun lalu, berhasil meraih tempat keempat dalam urut-urutan penjual terbanyak mobil serba guna. Harga mobil ini di atas Rp 8 juta, sedangkan yang terjual 1.113 unit. Para pengusaha mobil mengatakan, ini merupakan perkembangan baru buat mobil Amerika Serikat dalam berkompetisi dengan mobil buatan Jepang. Di atasnya muncul dengan meyakinkan Jimny Suzuki. Berhasil menjual sekitar 2.000 unit, produk yang diageni oleh PT Indo Mobil Utama ini menempati urutan ketiga. Kendaraan ini paling murah (sekitar Rp 4,7 juta). Diperkenalkan di pasaran mulai 1979, Jimny seperti halnya dengan Jeep, juga punya wadah bagi pemiliknya. "Saat ini sedang saya pelajari ADART Jimny Club," ujar Subronto Laras, Dir-Ut PT Indo Mobil Utama. Klub ini, katanya, akan menghimpun para pemilik Jimny untuk bisa saling tukar menukar info dalam soal teknis menyangkut mobil, di samping rekreasi. Menurut Subronto Laras, pada tahun 1980 permintaan terhadap mobil ini agak luar biasa. "Saya sampai kewalahan. Pesanan daerah terpaksa banyak dibatalkan karena permintaan yang di Jakarta besar," ujarnya. Kampiun bisnis kendaraan serbaguna tahun 1980, memang masih dipegang oleh Toyota dengan Lancruiser-nya. Menjual dengan harga siap pakai: Hard Top sekitar Rp 6 juta dan Canvas Top sekitar Rp 7 juta. Toyota tercatat menjual sebanyak 8.297 unit, yang berarti 50,51% dari seluruh mobil serbaguna yang dijual di seluruh Indonesia. Di bawahnya, menyusul Daihatsu Taft. Harganya sekitar Rp 5,8 juta. Kendaraan ini dilempar ke pasaran sebanyak 3.991 unit. Bagaimana prospek mobil tersebut tahun ini? "Akan semakin banyak orang senang memakai kendaraan ini, karena keserbagunaannya," kata Hermanto dari Daihatsu. Ini tampaknya membuat para agen tunggal perusahaan mobil merk lain yang terus pasang kuda-kuda. "Tahun ini, kami akan tingkatkan penjualan 100% dan optimistis itu terpenuhi," Subronto Laras menjawab. Juli 1981, Hermanto akan ke AS bersama dua teman untuk menyaksikan Jamboree Jeep di sana. Setelah itu, dia akan mengadakan acara rally khusus kendaraan serbaguna. Ia kini sedang menggarap rencana kerja JCI dan wadah baru yang dibentuknya buat semua pemilik kendaraan serbaguna: Four Wheels Drive Club (FWDC). Jika bisa berjalan lancar dan anggotanya banyak, "akan bisa dikerahkan membantu korban bencana alam di daerah yang tak bisa dimasuki mobil biasa."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus