Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Dengan BB, ada bisnis tinju

Boy bolang meresmikan perusahaannya, bb boxing corporation. bisnisnya membuat para petinju profesional bergairah latihan sekaligus bisa mengejar prestasi nasional. (or)

29 Desember 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SPERLING Pangaribuan dua kali saja dapat naik ring dalam setahun. Maksimum Rp 250.000 diperolehnya sekali bertanding. "Tak cukup itu untuk membuat dapur tetap berasap," kata petinju profesional itu. Kesempatan bertanding terbatas sekali bagi banyak orang Indonesia seperti Pangaribuan yang mencoba hidup sebagai petinju bayaran. Soalnya ialah tinju belum sepenuhnya dikembangkan menjadi usaha bisnis. Jadi, kalau tidak naik ring, bagaimana "Harus mencari tambahan penghasilan lain," jawab Pangaribuan, ayah dari seorang anak. Biasanya itu sulit baginya, karena dia tidak terlatih di bidang lain. "Ketika melamar keperusahaan," katanya, "saya ditawarkan jadi Hansip." Semula Andy Ulifero, seorang promotor, sudah mulai menggiatkan tinju prof. Sejak ia meninggal tahun 1978, kegiatan itu terhambat lagi. "Kami petinju prof seperti anak ayam kehilangan induk jadinya," kata Pangaribuan lagi. Namun titik terang mulai kelihatan bagi para petinju profesional dalam hari-hari mendatang ini. Boy Bolang, 32 tahun, baru-baru ini meresmikan perusahaannya, BB Boxing Corporation, yang membuat adu tinju sebagai bisnisnya. Dia sendiri bekas petinju Berkantor di Speed Building, Jl. Gajah Mada, Jakarta, ia akan menyelenggarakan pertandingan sebanyak mungkin. Buat sementara ia melihat kemungkinan paling sedikit 8 kali dalam setahun, mulai Januari nanti. Para petinju profesional yang tadinya sudah kurang bergairah, kini kembali berlatih. "Sekarang ada target -- lebih merangsang," kata seorang petinju dari Sasana Sawunggaling, Surabaya. Setiadi Laksono, yang memimpin sasana itu, konon mulai aktif mengkoordinir para petinju Jawa Timur yang bersarang di berbagai sasana lain seperti Gajahyana, Taman Tirta dan Massa 33 Camp. Boy Bolang mengaku ia mendapat beking modal Rp 20 juta dari Tommy dan Spencer Djorgie, keduanya wiraswasta. Untuk pertandingan Januari nanti, ia menawarkan pada petinju pembayaran Rp 100.000 s/d Rp 500.000. Seorang petinju, ketika ditawari untuk mengikuti pertandingan Januari itu, semula meminta Rp 2 juta, dengan bayangan mungkin sekali itu saja selama 1980. Tapi kemudian, setelah mengetahui rencana Bolang, ia bersedia menurunkan harga. "Kan lebih baik Rp 100.000 saja tapi bisa 8 kali naik ring dalam setahun," ujar Bolang padanya. Apakah bisa untung? Bolang menjawab bahwa ia sudah berpengalaman sebagai promotor tinju amatir bulanan DKI. Waktu itu diundangnya berbagai perusahaan sebagai sponsor. Dari penjualan karcis tidak begitu diharapkannya. "Untuk tinju amatir saja sudah banyak sponsor," katanya, "apalagi untuk pertandingan prof." Sudah diduganya bahwa ia akan rugi dari pertandingan pertama, tapi akan beruntung setelah pertandingan kedua atau ketiga. "Mungkin pada pertandingan ketiga kita sudah akan bisa jadi promotor petinju luar negeri yang digabung dengan petinju lokal," katanya. "Tapi ini bukan melulu bisnis. Kita juga mengejar prestasi nasional." Prestasi itu, menurut bayangannya, akan bisa dikejar kalau petinju sering bertanding dan dirangsang. Dalam hal ini Max Djorgie, Komisaris Komite Tinju Indonesia (KTI) yang berpengalaman mengasuh petinju prof sejak 1939, sependapat. "Di Thailand dan Filipina hampir setiap hari ada pertandingan di berbagai kota," kata Djorgie, 67 tahun. "Maka di sana muncul petinju kelas internasional."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus