Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Dicari sponsor untuk calon GM

Utut adianto, juara turnamen catur junior indonseia berharap mencapai master nasional. ayahnya tak mampu melatih karena pengetahuan catur utut meningkat. diperlukan sponsor untuk biaya pelatih khusus. (or)

29 Desember 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DARI 7 papan yang dimainkannya, Utut Adianto dengan mudah mengumpulkan 6 angka. "Di Cipayung itu tidak ada lawan yang berani," ceritanya pekan lalu tentang turnamen catur junior se-Indonesia yang barusan berakhir. Namun karena menganggap lawan terlalu enteng, anak itu ditahan remis oleh Agusyanto dari Jatim yang akhirnya keluar sebagai juara ke-2. Pada papan terakhir, setelah merasa angkanya tak mungkin dikejar lagi, dia pun membiarkan remis saja, tak serius menghadapi Wahyu Hidayat (juara ke-3) dari Kal-Sel. Utut Adianto, 14 tahun, murid kelas II SMP Negeri XII Jakarta Selatan, tampaknya belum begitu bangga sekedar sebagai juara junior putra. Kepada Max S. Wangkar dari TEMPO, dia mengatakan sasarannya ialah gelar Master Nasional. Sudah pernah dicobanya, bahkan dapat mengalahkan MN beberapa kali, tapi dalam turnamen Percasi Oktober lalu dia jadi jurukunci. Ngatijo, ayah merangkap pelatihnya, mengatakan kejuaraan Percasi itu tetap lerharga bagi Utut. Juga berharga sekali baginya pengalaman di San Juan, Puerto Rico, September lalu. Mengikuti turnamen internasional untuk usia di bawah 16 tahun di San Juan itu, Utut tak pernah kalah. Tapi ia kekurangan « angka saja dari pemain Islandia, K. Thorste yang mengumpulkan 7« angka. Utur menggigit sapu tangan ketika mengenang kembali kekalahan tipis itu. Kini Utut memerlukan pelatih yang hebat. Ngatijo yang pernah mengorbitkan putra sulungnya, Erwanto menjadi MN, sudah tak sanggup lagi untuk meningkatkan putra ke-4, Utut. "Saya ini ibarat guru SD, yang tak mungkin lagi mengajar Utut yang pengetahuan caturnya sudah setingkat SLA," ujar Ngatijo, bekas Ketua Komisi Teknik klub catur Gajah Mada, Jakarta. Karyawan Departemen Perindustrian ini mengajar Erwanto dan Utut dari buku dasar saja ketika keduanya baru berusia 6 tahun. "Dia berbakat jadi Grand Master," demikian komentar A.M. Quinteros, GM dari Argentina tentang Utut yang masih berusia 11 waktu dilangsungkan prtandingan simultan 14 Mei 1976 di Jakarta. Utut kebetulan ikut dalam simultan itu dan mengalahkan sang GM. Quinteros kemudian konon menganjurkan Utut supaya berlatih 4-5 hari seminggu, minimal 2 jam sehari. Utut ternyata masih kurang tekun berlatih. Dia juga senang main bola atau layang-layang di kampung Damai, Cipete, Jakarta Selatan. Namun ayahnya melihat catur itu membuat Utut kurang berprestasi di sekolah. Rapornya rata-rata 7. "Kalau tidak main catur, mungkin rapornya bisa lebih baik," kata Ngatijo. Djamal Djamil, seorang pengurus Percasi, pernah berusaha mencari sponsor yang mau membiayai pelatih untuk Utut. Sponsor itu belum dijumpainya, namun Utut boleh berlatih dalam klub Jayakarta B, asuhan Ketua Percasi yang baru, Djokomoeljo SH. Utut diharapkan bisa jadi GM, demikian Djokomoeljo. "paling lama 10 tahun lagi."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus