TURNAMEN tenis Sony Indonesia Terbuka 1994 kembali menampilkan Michael Chang sebagai juara. Di final, Sabtu pekan lalu, petenis Amerika peringkat 7 ATP (asosiasi tenis profesional dunia) itu menggilas David Rikl, petenis Ceko berperingkat 95 dunia. Chang, 21 tahun, memboyong Piala Presiden dan hadiah US$ 42.000. Rikl memperoleh US$ 24.150. Chang sejak awal diramalkan akan melaju, apalagi setelah di babak pertama mendepak unggulan kedua Paul Haarhuis dari Belanda. "Tapi dalam tiap turnamen saya tak meremehkan lawan," kata Chang, yang kini bertekad masuk lima besar dunia. Menurut dia, peringkat di bawah justru lebih berbahaya karena tampil tanpa beban. Chang menunjuk Karim Alami dari Maroko (205 ATP) yang mengalahkan Pete Sampras, peringkat satu ATP, di Qatar, dua pekan lalu. Juga, Haarhuis (42 ATP) menundukkan Goran Ivanisevic (8 ATP) di Qatar, dan menjadi finalis. Tapi di turnamen berhadiah US$ 300.000 itu Haarhuis digilas Lars Jonsson (130 ATP) dari Swedia. Itulah olahraga. Terlebih ada faktor nonteknis yang sulit diduga. Contohnya, ya, dalam turnamen di Jakarta ini. Delapan pemain gugur gara-gara sakit perut. Di babak awal, lima pemain mundur karena mulas dan muntah. Misalnya, Tommy Ho dari AS yang menyerah terhadap Maurice Ruah dari Venezuela, setelah muntah-muntah. Nasib Meno Oosting dari Belanda lebih tragis. Ia sudah unggul 6-0 atas David Rikl. Di set kedua, Oosting ganti tertinggal 0-4, dan akhirnya ia mundur karena gangguan perut. Rikl inilah yang kemudian melaju ke final. Alex Antonitsh, Richard Matuzewski, dan Frederic Vitoux malah harus ke rumah sakit sebelum bertempur. Di babak kedua, giliran Steve Bryan, Lars Jonsson, dan Carl Uwe Steeb tumbang. Steeb mengundurkan diri ketika menghadapi Karim Alami. Jonsson mundur di tengah jalan saat ketemu Rikl. Dan Bryan mengundurkan diri ketika berhadapan dengan Younes El Aynaoui dari Maroko. Tumbangnya beberapa petenis ini membuat Michael Chang prihatin. Memang, kejadian itu bisa menimpa siapa saja. Untuk itu, Chang mengaku selalu berhati-hati memilih makanan, dan tak lepas berdoa agar virus itu tak menyerangnya. "Mudah-mudahan sudah pergi ke keranjang sampah," kata Chang, yang belum punya pacar itu. Gara-gara banyak petenis yang mundur, Eddy Katimansyah, direktur turnamen, dibuat sibuk. Ada yang menduga makanan di hotel tempat petenis menginap tidak bersih. Tapi, mengapa pemain yang lain aman? "Ini hal yang biasa dalam sebuah turnamen. Stefi Graff juga pernah sakit perut. Infeksi perut bisa terjadi pada mereka," kata Eddy kepada Joewarno dari TEMPO. Untuk memastikan penyebab penyakit itu, sample feses pemain tersebut diteliti. "Kami harus melakukan pembiakan dulu, dan itu butuh beberapa hari," kata Eddy. Ternyata, beberapa pemain tak hanya makan di hotel, tapi juga jajan di luar. Sebelum pasti penyebabnya, ada dugaan serangan ini gara-gara aklimatisasi terhadap cuaca dan suhu. Pada saat tubuh pemain fit, tentu tak ada persoalan. Tapi, jika sebaliknya, pasti mereka tak berkutik. Dugaan lain, bisa saja virus itu dibawa dari Qatar atau negara lain. "Kalau yang menyerang itu virus, itu bisa dimengerti, dan tak perlu malu. Tapi, kalau kolera, kita malu benar. Itu kan ciri penyakit negara berkembang," kata Eddy. Pihak ATP Tour melalui Reuters menyatakan, musibah itu bisa saja terjadi di negara mana pun, dan di luar kontrol panitia. Keterangan ini melegakan Eddy. Kejadian itu bukanlah "strategi" agar mereka bisa menyimpan tenaga untuk tampil di seri grand slam Australia Terbuka yang berhadiah total Rp 11,4 miliar (untuk petenis putra-putri) dan mulai digelar pekan ini. "Itu tidak akan terjadi," kata Eddy. Sebab, mereka bukan pemain yang diperhitungkan. Peringkatnya pun jauh dibandingkan dengan peserta lain. Justru di ATP Tour ajang mencari nilai ATP. Agaknya, terlalu mahal kalau mereka sengaja harus mundur dengan alasan sakit perut. Nggak mungkin, dong, Olhovskiy mengalah sama Benny. "Begitu juga pemain yang mundur karena alasan pura-pura sakit. Itu tindakan bodoh dan merugikan diri sendiri," kata Eddy. Andrei Olhovskiy adalah petenis Rusia berperingkat 65 dunia. Ia pernah menaklukkan Jim Courier - waktu itu menjadi petenis nomor satu dunia - di Wimbledon, dua tahun lalu. Sedangkan petenis tuan rumah Benny Wijaya, 20 tahun, adalah pemain peringkat 320 ATP. "Saya meremehkan dia," komentar Olhovskiy, yang kalah dua set langsung itu. "Ini kemenangan terbesar saya. Semula saya tidak menduga dapat mengalahkan Olhovskiy," kata Benny dalam jumpa pers. Berkat kemenangannya ini, Benny, pemain klub Super Nugra, peringkatnya bakal terkatrol di sekitar 250 ATP. Benny satu-satunya pemain Indonesia yang sampai di perempat final. Alhasil, sampai Sabtu pekan ini, penyebab diare belum jelas. Sedangkan Michael Chang, yang datang ke Indonesia Terbuka ini dengan meminta uang tampil sekitar Rp 500 juta, berjanji akan kembali ke Jakarta untuk mempertahankan gelar juara untuk ketiga kalinya, nanti. Hanya saja, Eddy Katimansah sedikit kecewa dengan agen Chang, Advantage, yang dianggap kurang tahu etika berbisnis. Ia telah menjalin kontrak dengan agen sampo di sini. "Panitia susah-susah mendatangkan Michael Chang, orang lain cuma berpikir grab the money," kata Eddy.Widi Yarmanto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini