RIA Irawan pernah menampik wawancara. Alasannya, tak mau mengobrol dengan wartawan yang intelektualitasnya di bawah dia. Namun, kini tentu harus ada alasan tambahan baginya untuk menghindari ragam wartawan, yang sejak malam Kamis lalu menunggunya di halaman kantor polisi Cilandak, Jakarta Selatan. Sampai akhir pekan lampau, Ria diperiksa intensif sehubungan dengan tewasnya seorang pemuda di ruang tamu rumahnya, Jalan Anggrek C-28, Lebaklestari, Jakarta Selatan, Rabu pagi pekan lalu. Korban bernama Raden Mas Atas Rifardi Sukarno Putro, 21 tahun, cucu Sukarno, S.H., bekas Direktur Jenderal Pembinaan Pers dan Grafika Departemen Penerangan. Aldi, panggilannya, berada di rumah Ria malam sebelumnya. Sekitar pukul 21.30 ia menemui Ria yang saat itu ditemani Anna, juru rias merangkap sekretarisnya. Penuturan Ria kepada polisi, Aldi waktu itu sedang mumet ditimpa masalah. Ia datang untuk ber-"konsultasi" dengan artis sinetron yang serba bisa itu (lihat Menolak Munafik). Tak lama, datang Rizal Mantovani, 25 tahun, sutradara video- klip. Ia adalah pacar resmi Ria dua bulan terakhir ini. Mereka berbincang bertiga. Tapi kaku. Maklum, Rizal baru kali ini bertemu Aldi. Setengah jam kemudian, Ria dan Rizal meninggalkan Aldi. Dengan sedan Toyota Starlet putih milik keluarga Rizal, mereka mengantar Anna pulang. Rencananya, setelah itu mereka mencari tempat makan. Namun, "karena keasyikan ngobrol", mobil hanya keliling- keliling di seputar Jakarta Selatan. Dari arah gedung Manggala Wanabhakti sampai Jalan Saharjo, Tebet, dan Manggarai. Lalu kembali ke Lebakbulus. Menurut Mat Ali, penjaga rumah Ria, setelah pasangan itu berangkat, Aldi pun cabut dengan Mercedes Benz. Namun, begitu Ria dan Rizal kembali sekitar pukul 2 dini hari, Aldi sudah ada di ruang tamu lagi. Mobilnya tak tampak. Saat itu, Aldi yang sehari-hari dikenal periang ini malah menunjukkan gelagat ganjil: acuh tak acuh dan air mukanya kosong. Ia bersinglet dan bercelana dalam. Ria menyodori celana pendek. Aldi menampik dan tetap berbusana "ala kadarnya". Risi melihat tingkah Aldi, Rizal lalu beranjak ke kamar di lantai dua. Tidur. Tinggal Ria menemani Aldi. Ia menyuguhi pisang goreng. Aldi menolak dan terus main organ Casiotone. Ria duduk di sebelahnya, turut memencet tuts sambil menghabiskan penganan tadi. Menurut polisi, Ria mengaku menemani Aldi hingga pukul 3, baru ia menyusul Rizal tidur. Namun, Juned, tetangga sebelah yang malam itu pulang sekitar pukul 3.30 pagi, mendengar suara organ dari rumah Ria. "Suaranya nggak beraturan," tuturnya. Ia tak ingat sampai pukul berapa organ masih berbunyi. Pukul 05.30, Rizal bangun dan bergegas pulang di bilangan Cipete, Jakarta Selatan. Saat melintasi ruang tamu di lantai bawah, ia melihat Aldi berbaring di lantai berbantalkan kedua telapak tangannya. Ia belum pulas. Rizal menyapa setengah hati: "Gue pulang dulu." Cerita Rizal kepada polisi, Aldi membalas dengan mengangguk sekilas. Dua jam kemudian, Ria bangun dan mendengar Aldi mendengkur. Ia menyelimuti Aldi yang masih bersinglet dan celana dalam itu sebelum masuk kamar mandi. Usai mandi, Ria panik melihat busa keluar dari mulut Aldi, dan tubuhnya meregang. Ria mencoba mengguncang badan Aldi yang besar dan atletis. Namun sia-sia. Ria lalu lari ke rumah ibunya, aktris Ade Irawan, yang berjarak 200 meter. Sekitar pukul 09.00, dokter pribadi keluarga, Al Bahri, ditelepon. Namun, kepala rumah sakit ketergantungan obat di Jalan Fatmawati ini sedang sibuk. Ia mewakilkan pada koleganya, Sudirman, yang tiba di lokasi pukul 10.15. "Saya pegang nadinya, seketika itu juga saya tahu korban telah meninggal," kata Sudirman. Ria dan Ade panik. Juga Rizal, yang mengaku bingung saat Ria mengabarkan kesimpulan dokter lewat telepon. Ria tak segera menghubungi polisi. Seorang familinya yang melapor. "Baru sekitar pukul 11.40 polisi ditelepon, di rumah Ria ada orang meninggal," tutur Kepala Kepolisian Resor Jakarta Selatan, Letnan Kolonel Adang Rismanto. Ketika polisi muncul sekitar pukul 12.00, Ria dan ibunya terkesiap. Mereka minta waktu 15 menit. Polisi menduga, mereka perlu bersepakat "menyamakan persepsi" tentang kejadian itu. Rizal tiba hampir bersamaan dengan polisi. Namun, sampai saat ini, kesimpulan penyebab kematian Aldi tetap saja samar. Untuk sementara disebut akibat overdosis (OD) obat. Namun, barang bukti yang mengisyaratkan ihwal obat keras tak ditemukan di sekitar korban. Koran-koran sempat menyebut sekaleng pembasmi serangga yang disita polisi. Ini lalu dibantah polisi, termasuk kabar penemuan sejumlah pil. "Di tas Ria memang ada pil, yaitu obat menstruasi," kata Adang. Begitu pula botol minuman ringan di dekat mayat Aldi. Isinya cuma air putih. Dokter Budi Sampurna dari bagian Forensik Universitas Indonesia yang mengotopsi korban juga belum menarik kesimpulan akhir. Sebab, saat ini yang selesai baru pemeriksaan histopatologi (jaringan organ tubuh). Hasil pengujian toksikologi (tingkat peracunan) belum keluar dari Laboratorium Kriminal Markas Besar Kepolisian RI. "Tanpa uji toksikologi, OD sulit dilacak. Apalagi jika obat yang digunakan tak lazim digunakan di sini," katanya. Dugaan mengenai OD berdasarkan busa dari mulut dan basahnya paru-paru Aldi. Ini lazim pada korban OD, akibat gejala asfiksia atau kekurangan oksigen. "Kalau mati akibat dibenamkan dalam air, bukan hanya paru-parunya yang basah, juga bagian tubuh lain yang bisa dimasuki cairan, seperti perut," kata Budi, mematahkan berita yang berspekulasi tentang kemungkinan korban dibenamkan dalam bak mandi. Mayat Aldi tampak bersih. Tak ada tanda-tanda kekerasan atau perlawanan terhadap serangan. Lebam biru yang tampak di kamar mayat, menurut Dokter Budi, wajar saja, karena pada kasus asfiksia, darah lebih encer. Namun, Budi tidak mengesampingkan kemungkinan lain di luar OD. Sebab, pada jasad korban, cairan kemerahan terus-menerus keluar dari hidung dan mulut. "Kalau tak pernah ada tekanan dari luar tubuh korban, ini tak bakal terjadi," kata Budi. Menurut ahli forensik ini, biasanya cairan serupa itu menggenang akibat pembusukan setelah 12 jam meninggal. Perkiraan bahwa Aldi bunuh diri dengan minum obat lewat takaran tak bisa diterima kenalannya. "Melihat cara hidupnya yang santai, hanya persoalan yang amat sulit dapat membuat dia stres," kata Dede Yusuf. Aktor ini ada bisnis dengan Atas Harryono, ayah Aldi, enam tahun lalu. Para kenalan tak pernah melihat Aldi memakai pil penenang. "Kalau sekadar minuman beralkohol, maklum saja, dia kan orang muda," kata sejawatnya yang lain, seorang pengusaha muda. Mereka bergaul sejak dua tahun lampau. Ketika itu, Atas Harryono bisnis cengkeh dengan si saudagar muda, dan melibatkan Aldi. Tapi setelah harga cengkeh jatuh, bisnis Aldi bubar. Cucu bekas Direktur Jenderal Pembinaan Pers dan Grafika Sukarno, S.H. ini, memang bukan berasal dari lapisan "susah". Karena itulah ia dapat bergaul dengan berbagai kalangan. Termasuk dunia artis, dunia Ria Irawan. Walau telah menikah dengan Ruliati Hardono 12 Desember lalu, Aldi tetap memelihara hubungan dengan Ria. Paling tidak, seperti yang dikatakan Ria, "Sebatas teman dekat." Cukup dekat untuk dijadikan Aldi tempat mengonsultasikan "problem"-nya pada Rabu malam itu. Sulitnya, perkara apa yang dibicarakan dengan Ria itu masih belum jelas benar. Sebagian sumber menyebutkan, Ria mengaku pada polisi Aldi pusing soal "bisnis"-nya. Namun, sebagian lagi menyebutkan hatinya saat itu rusuh setelah bertengkar dengan istrinya yang kini mengandung. Dan lebih ruwet lagi, Ria bukan satu-satunya tempat Aldi mengadu. Buktinya, begitu Ria dan Rizal keluar rumah pukul 22.00 sampai 02.00 dini hari, Aldi sempat pergi juga. Bisa jadi ke "teman konsultasi" lainnya. Siapa mereka? Wallahualam. Yang pasti, pada tenggang waktu itulah Aldi mulai memakan obat yang membuat ia bengong dan mau-maunya hanya bercelana dalam di ruang tamu rumah Ria. Yang apes dalam kasus ini adalah Rizal. Sejak ditangani polisi, mahasiswa tingkat akhir Jurusan Arsitektur Universitas Trisakti ini tak bisa keluar dari ruang Kepala Kepolisian Sektor Cilandak. Menurut polisi, ini atas permintaan Rizal sendiri, sehingga pihak keluarganya tak paham: "Kalau bisa pulang, mengapa ia harus di kantor polisi?" kata seorang keluarganya. Sejauh ini, polisi tak menganggap Rizal dan Ria ditahan. "Hanya menjalani pemeriksaan. Karena belum jelas, ini perkara overdosis atau pidana biasa," kata Adang Rismanto. Ria kini tinggal di rumah ibunya. Dan sampai Jumat tengah malam lalu, Ria masih tetap tidak mau bercerita. Begitu juga Ade Irawan, ibunya. "Semuanya akan dijelaskan polisi nanti," kata Ria, sambil menuju Honda Concerto putih, kepada Ricardo Indra dari TEMPO.Ivan Haris, Taufik T. Alwie, dan Rihad Wiranto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini