Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Dubes Dan Kanker

Pemenang 4 medali emas lomba atletik olympiade xi berlin. meninggal 31 maret. (or)

12 April 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

IA hitam, dan bukan pula anak ajaib. Tapi di lintasan lari atlet itu tiada taranya. Bahkan pernah ia berpacu melawan kuda di New York dan Chicago, dan menang. Itulah James Cleveland (Jesse) Owens, pemenang empat medali emas dalam lomba atletik Olympiade XI di Berlin, 1936. Kehebatan Owens masih tampak pada saat usia memburunya. Tahun 1956, misalnya, sewaktu diundang oleh Pemerintah India, ia masih sanggup membuktikan diri sebagai pelari unggul. Ia hanya membutuhkan 9,8 detik untuk lari 100 yard (sekitar 91 m). Padahal waktu itu umurnya 3 tahun, dan sudah menghabiskan satu bungkus rokok sehari. Makin tua, makin banyak ia merokok. Dan di sebuah klinik di Chicago, dokter menemukan paru-paru Owens digerogoti kanker Desember lalu. Owen menyebut perjuangannya melawan kanker sebagai "jihad terbesar" dalam hidupnya. "Saya, dengan bantuan Dr. Stephen Jones, akan memenangkan perlombaan ini," katanya. Dr. Jones, ahli kanker di rumah sakit Universitas Tucson, Arizona, merawat Owens akhir Januari. Ternyata yang menang ialah malaikat maut. Owens menghembuskan napas terakhir dalam usia 66 tahun di rumah sakit tempat ia dirawat, 31 Maret dinihari. Presiden Jimmy Carter menyebut kepergian Owens merupakan kehilangan besar bagi Amerika Serikat. Terakhir Owens menjadi jurubicara nasional Gerakan Olympiade dan ditugaskan Deplu AS sebagai 'Dutabesar Olahraga'. Don Miller, Direktur Komite Olympiade AS (USOC) juga menundukkan kepalanya "Gerakan Olympiade telah kehilangan pendukungnya yang paling besar," ujar Miller. Ucapan dukacita untuk keluarga Owens mengalir dari berbagai negara. Melambaikan Tangan Owens, lahir di Alabama, 1914, agaknya ditakdirkan menjadi legenda bagi dunia olahraga. Mulai berlomba pada umur 13 tahun, ia enam musim kemudian mematok rekor nasional pelajar. Tahun 1935 ia mencatat waktu 9,5 detik untuk lomba lari 100 yard. Rekor sekolah itu tak terpecahkan selama 20 tahun. Dalam Olympiade Berlin, ia memenangkan lomba lari 100 m, 200 m, 4 x 100 m, dan lompat jauh. Tak hanya rekor yang ditumbangkannya waktu itu, tapi juga teori Adolf Hitler mengenai keunggulan ras Arya. Dengan prestasi itu sekaligus Owens menyamai popularitas Hitler di mata warga Berlin. Sejarah mencatat bahwa Owens tak sekalipun menerima ucapan selamat dari Hitler untuk prestasinya. Komentar Owens? "Saya datang ke Berlin bukanlah untuk berjabatan tangan dengan Hitler," katanya. "Sebagaimana saya juga tak pernah diundang ke Gedung Putih untuk menyalami Presiden AS." Menurut Owens, Kanselir Jerman itu pernah melambaikan tangan padanya dan ia membalasnya. Ketika itu, demikian buku The Nazi Olympics oleh Richard D. Mendell, Hitler melihat Owens berlatih di stadion. Sebetulnya sebagian besar kampiun Olympiade XI lainnya, kecuali atlet Jerman, tidak disalami Hitler. Ini adalah atas permintaan Count Baillet-Latour, ketua Komite Olympiade Internasonal (IOC) gara-gara Hitler meninggalkan tempat pertandingan sebelum acara pertandingan seluruhnya usai. Kebetulan pula pemenang terakhir yang tampil di hari pertama lomba atletik itu (2 Agustus) adalah Cornelius Johnson, atlet loncat tinggi AS. "Anda harus mengucapkan selamat untuk semua atau tidak sama sekali," kata Latour kepada sang Kanselir. Hitler memilih untuk tidak menyalami semua. Dan Owens baru bertanding di final (3 Agustus) setelah Hitler mengambil keputusan tadi. Owens, yang menjadi kampiun dunia di zaman Franklin D. Roosvelt barusan menghuni Gedung Putih, disalami Presiden AS 40 tahun kemudian. Presiden Gerald Ford menyematkan Presidential Medal of Freedom di dada Owens, 1976. Februari 1979, Presiden Carter mempersembahkan pula penghargaan khusus bagi sang juara. Di AS, prestasi yang diraih Owen banyak mengilhami atlet hitam lainnya. Antara lain Tommie C. Smith, juara lomba lari 200 m Olympiade XIX di Mexico, 1968. Smith bahkan secara demonstratif mengacungkan tinju, yang disebutnya sebagai salam orang hitam, ketika lagu kebangsaan AS, The Star Spangled Banner dikumandangkan. Dan kini, hampir pada semua cabang olahraga AS ada atlet hitamnya. Owens, putra petani penggarap di Alabama, di hari tuanya tak terlunta-lunta seperti kebanyakan atlet hitam Joe Louis, bekas juara dunia tinju kelas berat, misalnya, di umur lanjutnya cuma jadi penjaga hotel. Sedangkan Owens mewariskan sebuah perusahaan dengan nama Jesse Owens and Associates yang bergerak di bidang jasa public relation bagi istrinya, Ruth dan tiga putrinya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus