SUARA sirene meraung-raung beberapa menit. Suasana cerah di
Pelabuhan III Tanjungpriok, Rabu minggu lalu, bertambah semarak,
ketika puluhan burung dara dan balon terbang yang mengerek
bendera-bendera kecil :aneka warna dilepas ke angkasa.
Dengan wajah berseri-seri pagi itu Presiden Soeharto didampingi
Menteri Perhubungan Rusmin Nurjadin dan sejumlah pejabat
Perhublungan Laut serta para tamu, meresmikan Terminal Peti
Kemas (TPK) pertamla yang dibangun dengan biaya Rp 25 milyar di
pelabuhan tersebut.
Dengan jumlah dana pembangunan sekitar Rp 10 milyar dari
pinjaman Bank Dunia dan APBN, harapan tampak digantungkan pada
terminal yang dibangun di dermaga sepanjang 920 meter dan
lebar 25 meter itu. Terminal yang kini dihuni 180 karyawan itu
sebenarnya bukanlah terminal baru.
Mulai dibangun 1974, terminal ini sudah mulai menampung kapal
container asing awal Desember 1978. Sejak itu, hingga ketika
diresmikan, dermaga terminal itu telah disinggahi banyak kapal
peti kemas asing. Tahun 1979 tercatat arus bongkar-muat peti
kemas di terminal ini: 34.000 TEU (unit peti ukuran 20 feet
dengan berat berkisar 15 - 20 ton) dan sekitar 60.000 TEU tahun
1980. Yang kelihatannya baru adalah kapal semi container KM
Sriwijaya (17. 000 dwt) milik PT Djakarta Lloyd (DL). Di atas
anjungan kapal yang dipesan beberapa bulan lalu dari Jerman
Barat inilah, Presiden Soeharto pada upacara tersebut secara
simbolis mengkomandokan dimulainya bongkar-muat peti kemas. Dua
kran besar buatan Sumitomo/Mistubishi yang dikendalikan 4 - 6
operator bergerak cepat, sesaat menerima aba-aba komando dari
presiden.
Kran yang berdaya angkut sampai 50 ton itu pelan-pelan turun.
Tak sampai 7 menit posisinya sudah rapi. Satu di atas kapal
dan yang satu lagi di darat persis di atas tumpukan peti-peti
kemas. Dan ujung tiap-tiap kran kemudian meluncur turun sebuah
spreader, yang langsung menjepit masing-masing sebuah peti.
Dalam waktu tiga menit, kedua spreader itu sudah menunaikan
tugasnya: membongkar memuat peti kemas. Tepuk tangan
terdengar ketika demonstrasi kerja terminal peti kemas itu
selesai diperagakan.
Beberapa pejabat dan undangan nampak puas dengan kecepatan
kerja sistem peti kemas itu.
"Jika kapal biasa membongkar 2000 ton dalam dua huri, dengan
kapal container hanya tujuh jam,' kata Capt. N. Naamin, Kepala
Unit Terminal Peti Kemas Tanjungpriok. Yang diakuinya belum
mengimbangi kecepatan peralatan mesin bonkar-muat itu adalah
kecepatan pelayanan administrasi. "Kita masih menggunakan tenaga
manusia dalam administrasi. Maklumlah kita 'kan baru pada tahap
transisi. Nanti, kalau sudah melayani 50.000 TEU pertahun, mau
tak mau kita harus menggunakan komputer," ujarnya.
Singapura memanfaatkan sistem peti kemas sejak 1972. Apakah
Tanjungpriok mampu mengimbangi Singapura? "Wah, mana mungkin
bersaing dengan mereka. Kami di sini masih melaksanakan
administrasi dengan tenaga manusia. Tapi, pelan-pelan kita akan
menyusul," kata A. Suardi Saul, Kepala Bagian Container PT
Samudera lndonesia (SI) -- perusahaan yang mengageni Interway
Container Service (ICS) New York. Untuk wilayah Asia kantor ICS
berkedudukan di Singapura.
Persaingan
Ia mengatakan SI sejak 1975 menjadi agen ICS. "Kami memang belum
punya kapal container, masih menampung order saja dan
melaksanakan perintah Singapura. Tapi, kami yakin, dengan
dibukanya terminal di Tanjungpriok, arus barang masuk dan keluar
akan meningkat," ucapnya.
Pendapat Suardi itu didukung oleh kalangan pelayaran. "Kita
memang harus mulai dari sekarang. Kalau tidak kita hanya
kebagian muatan yang bernilai angkut rendah, seperti makanan
ternak dari luar negeri," kata A. Djauhari Domingus Leimena,
Direktur Komersial PT Djakarta Lloyd.
Ia menambahkan persaingan untuk mendapatkan angkutan impor dan
ekspor saat ini, memang masih terasa berat. Di dalam negeri,
katanya, mereka mendapat saingan dari PT Gesuri Lloyd dan PT
Trikora Lloyd yang juga mempunyai kapal container. Belum lagi
perusahaan pelayaran raksasa dari AS, Eropa dan Australia.
"Tetapi, prospek bisnis angkutan peti kemas, menurut saya, cukup
baik. Kami sudah pesan empat kapal peti kemas di samping kapal
Sriwijaya," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini