Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Duo Spanyol di Belakang Taktik Valencia

Valentino Rossi bersaing ketat dengan rekan setimnya, Jorge Lorenzo, dalam perebutan gelar juara dunia MotoGP 2015. Berseteru dengan Marc Marquez, yang dituding membantu Lorenzo.

2 November 2015 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mereka bertemu tujuh tahun lalu. Marc Marquez masih remaja 15 tahun yang baru pertama kali menjajal kompetisi balap sepeda motor kelas 125 cc, dua kelas di bawah MotoGP. Sedangkan Valentino Rossi sudah enam kali menjuarai MotoGP. Sembari menunjukkan miniatur mobil koleksinya, Marquez mengungkapkan kekagumannya kepada Rossi. Marquez juga menyebut ia seorang Aquarius, sama seperti Rossi--tanggal kelahiran mereka cuma berselisih sehari. Tawa pun pecah dalam percakapan antara penggemar dan sang idola itu.

Sejak itu, Rossi hampir tak pernah absen mendukung Marquez dalam setiap balapan. Marquez dengan cepat menjejaki prestasi Rossi. Ia cuma butuh setahun untuk menjadi juara dunia kelas 125 cc. Dengan cepat pula ia melompat ke kelas di atasnya. Pada 2013, ketika memutuskan bertarung di MotoGP, bersaing dengan Rossi, Marquez langsung menjadi juara dunia. Dalam persaingan itu, keduanya tetap bersahabat.

Tapi tujuh tahun usia perkawanan itu rupanya cepat terpangkas. Ketika Rossi, 36 tahun, tengah berjuang meraih gelar juara kedelapan kali tahun ini, keduanya seperti lupa pada percakapan-percakapan kecil yang pernah membuat mereka tertawa. "The Doctor" (sebutan Rossi) dan "Baby Alien" (sebutan Marquez) sama-sama saling menjegal. Begitu marahnya, Rossi bahkan sampai ragu terhadap pernyataan Marquez, kini 22 tahun, bahwa dia pernah mengidolakannya, bahkan memajang posternya.

"Jika saya bisa memutar balik waktu, saya ingin datang dan membuktikan sendiri apakah dia benar-benar memiliki poster saya di kamarnya," ucap Rossi.

Bagi Rossi, kini pembalap Repsol Honda bernomor 93 itu tak lebih dari sosok perusak. Gara-gara Marquez menerapkan "taktik Valencia", ia tak bisa membuntuti Jorge Lorenzo di Sirkuit Phillip Island, Australia, tiga pekan lalu. Insiden setang motor Marquez yang menyentuh lutut Rossi dan membuat Marquez terjatuh di Sirkuit Sepang, Malaysia, dua pekan lalu, kemudian mengempiskan harapan The Doctor untuk bisa menjadi juara dunia. Ia dihukum start dari posisi paling buncit di sirkuit terakhir: Valencia, Spanyol, akhir pekan ini. Dengan nilai cuma berselisih tujuh angka, Lorenzo akan lebih mudah menjadi juara dunia ketimbang Rossi.

"Hukuman ini tak adil," kata Rossi. "Marc-lah yang telah memenangi pertarungan: ia membuat saya kehilangan gelar juara."

Sebutan "taktik Valencia" muncul dari balapan di Sirkuit Ricardo Tomo, Valencia, Spanyol, 10 November 2013. Kala itu, Lorenzo dari Yamaha bersaing berebut podium utama dengan pembalap Repsol Honda, Dani Pedrosa. Lorenzo mampu finis tercepat dengan keunggulan tiga detik dari Pedrosa. Sedangkan Marquez dan Rossi berada di posisi ketiga dan keempat.

Meski Lorenzo berhasil menjadi yang tercepat, gaya membalapnya saat itu dianggap tak biasa karena tak langsung melesat meninggalkan para pesaing. Ia justru menahan laju sepeda motornya sepanjang dua pertiga balapan. Seusai lomba, Lorenzo mengakui hal itu bagian dari strateginya. "Saya memperlambat motor dengan harapan pembalap lain bisa melewati Marc," ujarnya.

Agar bisa menjadi juara dunia, dalam seri terakhir itu ia tak hanya butuh kemenangan, tapi juga harus memastikan Marquez finis di posisi kelima. Karena itulah pembalap berjulukan X-Fuera tersebut berkali-kali melambatkan laju motor berharap pembalap lain di belakangnya tertahan dan Marquez bisa tersalip. Sayang, harapannya tak kesampaian. Karena bisa finis ketiga, Marquez akhirnya menjadi juara dunia.

Taktik Lorenzo itulah yang kemudian disebut "taktik Valencia". Uniknya, musim ini justru Marquez yang memakainya dalam balapan di Sirkuit Phillip Island. Aksi pembalap yang musim lalu juga menjadi juara ini kemudian menguntungkan Lorenzo dan membuat Rossi kesal.

Meski Marquez menjadi juara, Rossi penasaran karena merasa dalam prosesnya Marquez telah mengerjainya. Kekesalan itu ia tumpahkan saat bertemu dengan wartawan sebelum balapan di Sepang. "Saya melihat dengan jelas ia telah mempermainkan saya," kata Rossi. "Saya pikir targetnya bukan hanya memenangi lomba, tapi juga membantu Lorenzo melaju jauh dan merebut poin lebih banyak dari saya."

The Doctor menuding Marquez tak maksimal mengeluarkan kecepatannya dalam lomba itu. Pada lap ke-12, Baby Alien memang seperti melambatkan sepeda motor dan menjauh dari Lorenzo, yang melaju di depan. Jarak dengan Lorenzo yang semula tersisa 0,5 detik melebar menjadi 1,2 detik. Gerakannya itu kemudian menahan laju Rossi sehingga bisa dipepet Andrea Ianonne, yang ada di belakangnya.

Pada lap ke-18, Marquez bisa menyalip Lorenzo, tapi tak lama kemudian kembali ke posisi kedua. Ia lagi-lagi seperti melambat sehingga terlibat pertarungan dengan Rossi dan Ianonne, yang sama-sama berasal dari Italia. Di tikungan keempat lap ke-25, Marquez bahkan seperti menahan Rossi dan membiarkan Ianonne menyalip mereka berdua. Pada dua lap tersisa, baru ia memacu sepeda motornya dan melewati Ianonne dan Lorenzo untuk finis terdepan.

Rossi menilai sejak awal Marquez seharusnya bisa melaju sendirian. "Dari Phillip Island jelas bahwa Lorenzo punya pendukung baru," ujarnya. Marquez membantah tudingan itu. Taktik memperlambat laju kendaraan bukan untuk menahan laju Rossi, melainkan buat menjaga agar bannya tak cepat aus. "Bila saya mau membantu Lorenzo, pasti saya tak akan menyalipnya di lap terakhir," ucapnya.

Di Sirkuit Sepang, ketegangan keduanya memuncak. Di awal balapan, tindakan Marquez kembali membuat Rossi naik darah. Pembalap muda itu tampak bisa mengimbangi Pedrosa di depannya, tapi kemudian seperti sengaja melebar untuk memberikan jalan buat Lorenzo. Yang lebih aneh, ia kemudian seperti menunggu Rossi, yang tepat berada di posisi keempat.

Aksi salip-menyalip dengan manuver berbahaya diperagakan keduanya. Rossi pun memberi peringatan dengan lambaian tangan di putaran kelima. Klimaks duel itu terjadi di putaran ketujuh ketika Rossi sengaja melebar di tikungan ke-14. Marquez, yang berada di sebelah kirinya, harus merebahkan motornya hingga setang motornya menyentuh lutut Rossi, lalu terjatuh. Dalam tayangan ulang tampak Rossi mengangkat kakinya sehingga dia sempat dituding menendang pesaingnya itu, meski kemudian dinyatakan tak terbukti oleh Federasi Balap Motor Internasional (FIM).

Rossi akhirnya finis di posisi ketiga di belakang Pedrosa dan Lorenzo. Tapi petaka bagi Rossi datang setelah lomba usai. Pengawas balapan menyatakan ia telah melanggar aturan dengan aksinya yang membuat Marquez ke luar lintasan dan jatuh. Marquez dinilai tak menyalahi aturan karena, tiap kali menyalip Rossi, ia tak pernah menyentuh sepeda motor lawan. Konsekuensinya, Rossi dihukum berat: harus memulai balapan pamungkas di Valencia dari posisi paling belakang. "Kalah di trek adalah satu hal, gagal juara dengan cara ini lebih menyakitkan," kata pembalap yang terakhir kali juara pada 2009 ini.

Tim Yamaha mengajukan permohonan banding. Namun banding itu ditolak FIM. Penolakan inilah yang kemudian menyulut amarah ayah Rossi, Graziano Rossi. Ia menuding ada konspirasi Spanyol untuk menjegal putranya. Tak hanya menuduh Lorenzo dan Marquez, Graziano juga menganggap promotor MotoGP, Dorna, ikut terlibat. "Promotor MotoGP berasal dari Spanyol dan mereka terus membiarkan Marc mengganggu Valentino. Saya menganggap ini adalah masalah penting," ujarnya.

Lorenzo memilih tak mengacuhkan tudingan itu. Ia justru seperti menyiram bensin dengan api dengan mengomentari Rossi seharusnya didiskualifikasi dalam insiden itu. "Saya pikir itu tak adil, mungkin karena nama besarnya. Ia menjatuhkan Marc sehingga pembalap itu tak mendapat poin, sedangkan Valentino tetap mendapat 16 poin. Ini tak masuk akal," kata Lorenzo seperti dikutip Crash.

Meski nama Rossi tak sampai dicoret, Lorenzo kini berpeluang besar jadi juara dunia, seperti pada 2010 dan 2012. Pembalap 28 tahun itu akan bisa menjadi kampiun bila mampu finis pertama (meraih 25 poin) dan Rossi gagal menempati urutan kedua (nilai 20). Tapi Direktur Yamaha, Lin Jarvis, melihat peluang Rossi menjadi juara belum sirna. "Jika kedua pembalap itu gagal finis di Valencia, misalnya, Valentino bisa menjadi juara. Permainan belum berakhir," ujarnya.

Ya, di Valencia, tak cuma harus memulai balapan dari garis terakhir, Rossi juga akan kembali menghadapi "taktik Valencia" duo pembalap Spanyol itu. Dan Marc Marquez, yang pernah menjadi penggemarnya, akan menjadi seteru utamanya. "Bila memang bisa membantu, Marquez pasti akan membiarkan Lorenzo lewat di lap terakhir Valencia," ucap Rossi.

Febriyan (Motogp, Crash,Lagazettadellosprt)


Valentino Rossi

  • Asal: Italia
  • Usia: 36 tahun
  • Julukan: The Doctor
  • Tim: Movistar Yamaha
  • Sepeda motor: Yamaha YZR-M1
  • Nilai saat ini: 312
  • Gelar juara dunia: 7 (2001/500 cc, 2002, 2003, 2004, 2005, 2008, 2009)

    Jorge Lorenzo

  • Asal: Spanyol
  • Usia: 28 tahun
  • Julukan: X-Fuera
  • Tim: Movistar Yamaha
  • Sepeda motor: Yamaha YZR-M1
  • Nilai saat ini: 305
  • Gelar juara dunia: 2 (2010, 2012)

    Marc Marquez

  • Asal: Spanyol
  • Usia: 22 tahun
  • Julukan: Baby Alien
  • Tim: Repsol Honda
  • Sepeda motor: Honda RC213V
  • Nilai saat ini: 222
  • Gelar juara dunia: 2 (2013, 2014)
  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    Image of Tempo

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    >
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus