Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wind/Pinball: Two Novels
Penulis: Haruki Murakami
Penerjemah: Ted Goossen
Penerbit: Alfred A. Knopf, New York
Edisi: 1, 2015
Tebal: 234 + xvii halaman
Membaca Wind/Pinball adalah mencari jejak masa lampau Haruki Murakami, setidaknya untuk menemukan jawaban mengapa dua novel pendek ini tak sepenuhnya diakui penulisnya sebagai tonggak historis awal kepenulisannya. Entah karena rasa bersalah, Murakami tetap menganggap karya permulaan yang berjudul Hear the Wind Sing dan Pinball itu penting dan berharga.
"Mereka menghangatkan hati saya," tulisnya dalam pengantar, yang berkisah tentang "momen pencerahan" yang datang tanpa alasan dan tiba-tiba saat ia menonton pertandingan bisbol: "Saya pikir saya bisa menulis novel."
Sejarah Murakami sudah dimulai ketika naskah ini ditulis lebih dari 35 tahun lampau, saat ia belum lagi tenar. Dan publik luas baru bisa membacanya sekarang sebagai Wind/Pinball.
Dongeng Murakami beredar di seputar narator tak bernama (yang berusaha mempercayai filsafat bahwa setiap kesalahan adalah pengalaman belajar), lalu Rat—kawan sekampus yang semakin akrab karena suatu peristiwa—dan J, penjaga bar tempat narator kerap berbincang dengan Rat selama liburan. Narator berkisah tentang hari ini, membaurkannya dengan ingatan masa lalu, dan berbicara tentang hal-hal yang tak tampak berkaitan, tak berurutan, maju-mundur.
Novel ini tak ubahnya kilasan-kilasan fiksi yang acak dan perbincangan ide-ide. Fragmen-fragmen yang tak terkoneksi. Dari cerita "Mengapa manusia mati?" berpindah ke episode mendengarkan musik lewat radio, "Who'll Stop the Rain, Creedence Clearwater Revival", lalu mengenang teman perempuan: "Ia menggantung diri," hingga cerita bagaimana melompat dari Empire State Building dengan membawa gambar Hitler dan payung terkembang, jatuh di lantai bawah seperti kodok gepeng.
Tak perlu berlelah diri menemukan plot. Tak pula ada kimono, sake, dan ikebana. Barangkali Murakami ingin melepaskan diri dari jejak-jejak Yukio Mishima atau Yasunari Kawabata. Ia berusaha memahami kompleksitas kondisi manusia dengan cara sendiri lewat narator yang sepintas memiliki DNA serupa Murakami—penyuka buku, senang mendengarkan musik, sangat ingin tahu tentang orang yang baru dijumpai, dan tertaut dengan masa lampau. Murakami mungkin mengambil rangkanya dan mengisinya dengan sesuatu yang lain.
Dalam Pinball, 1973, narator dan Rat—yang tak meneruskan kuliahnya dan memilih jadi novelis—tinggal berjauhan. Narator mencari masa lampaunya pada permainan pinball. Obsesinya: bunyi bola berlari, denting tumbukan, dan suara scoreboard mengeluarkan angka-angka. "Pinball tidak membawa kita ke mana-mana. Hasil satu-satunya ialah kilatan cahaya berulang-ulang. Berulang, berulang, berulang—ini membuatmu berpikir bahwa tujuan permainan ini adalah mencapai sebentuk keabadian." Pinball adalah perubahan, momen-momen berlalu, dan sesuatu yang berakhir, lalu ada permulaan baru, dan berakhir lagi ketika bola memasuki lubang. Bayangkanlah hidup di dasar lubang yang gelap.
Narator tak bernama, Rat, dan J tampaknya sosok yang kesepian, kehilangan, terasing dari lingkungan, dan mencari sesuatu di alam bawah sadar. Ada perempuan berjari sembilan dalam Wind. Ada gadis kembar identik, berjulukan 208 dan 209, yang tiba-tiba menemani narator di tempat tidur. Tak dijelaskan siapa mereka dan datang dari mana, begitu pula ketika mereka pergi secara misterius dari hidup narator.
Sebagai pembaca, saya berharap menemukan eksplorasi nuansa surealis yang lebih mengesankan, keanehan yang tidak tanggung, bukan perihal siapa perempuan itu, melainkan tentang jarinya yang sembilan. Murakami membebaskan diri dari tugas ini, dan penjelasan itu barangkali memang tak penting. Mereka hadir bagaikan medium yang dipakai Murakami untuk membuat sesuatu terjadi, untuk mengingatkan tentang dunia yang lain. Saat memakamkan panel saklar listrik, atas permintaan gadis kembar itu, narator berdoa dengan mengutip Immanuel Kant: "Tugas filsafat adalah menghilangkan semua ilusi yang lahir karena ketidakmengertian. RIP switch panel."
Wind/Pinball bergerak cepat melalui dialog, mimpi, ingatan, metafora, cerita-dalam-cerita, melompat-lompat—mengingatkan pada permainan pianis Thelonious Monk, tapi dalam versi yang belum dipoles. Mungkin saja karya-karyanya di kemudian hari adalah wujud yang lebih ia inginkan dibandingkan dengan Wind/Pinball, sehingga bagi Murakami, A Wild Sheep Chase adalah permulaan karier kepenulisannya—bukan sekadar karena saat itulah ia melepas bisnisnya dan memilih jalan kepenulisan.
Murakami tak berpretensi memberi jawaban pasti di ujung novelnya. Ia mengamati, menggali, menyajikannya lagi, dan membiarkan saya membacanya berbekal emosi, ingatan, kenangan, pengetahuan, dan lintasan hidup saya. Siapa pun punya pilihan untuk membaca secara berbeda. Ini tak ubahnya lintasan-lintasan dalam sum-over histories-nya fisikawan Richard Feynman. Ada beragam kemungkinan, tapi penggeraknya sama: kehilangan, pencarian, dan penemuan—terus berulang.
Dian Basuki, penulis blog Indonesiana
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo