PENYELENGGAIAAN turnamen Piala Dunia 1982, tak hanya sekedar
pesta olahraga bagi tuan rumah Spanyol. Negara yang baru saja
kembali ke monarki ini, tampaknya juga berharap pertandingan
tim-tim sepakbola yang diunggulkan di dunia itu dapat mengubah
wajah guram yang ditinggalkan mendiang diktator Franco serta
berbagai keruwetan dalam negeri.
Lankah serupa itu memang bukan pertama kali. Diktator
Mussolini pada 1934 juga menyelenggarakan perebutan Piala Dunia
untuk mempropagandakan Partai Fasis Italia. Mussolini memang
berhasil. Tapi apakah Spanyol akan begitu pula?
Yang pasti, Spanyol memang sedang diuji. Di lapangan
pertandingan, tim tuan rumah bukan kesebelasan favorit juara.
Maka untuk mengatrol citra, mereka mengimbanginya dengan
penyediaan fasilitas yang rapi. Hotel di 14 kota, tempat babak
penyisihan dilangsungkan, dipugar. Diperkirakan ribuan pecandu
sepakbola akan tinggal di Spanyol selama dua pekan. Dari 45.000
jatah yang disediakan untuk tamu, menurut Direktur Mundiespana
'82, Julio Abreu, sudah terjual 32.000 tiket--dengan harra US$ 3
sampai US$ 40 selembar.
Tak cuma lewat fasilitas meeka memperbaiki citra. Ketua
Federasi Sepakbola Spanyol (FEF), Pablo Porta, telah menghimbau
penonton, terutama warga Spanyol, agar memelihara obyektivitas
dan sportivitas mulai dari tendangan pertama di Coruna sampai
bunyi peluit akhir di Madrid. Dengan bantuan Federasi Sepakbola
Internasional (Fl FA) wasit-wasit juga ditatar khusus untuk
menciptakan suasana itu.
Sebab satu gol kemenangan, apalagi lewat keputusan kontroversial
dari wasit, bisa membuat demonstran turun ke jalan. Tahun 1930,
misalnya, ketika Uruguay mengalahkan Argentina di final, di
Stadion Centenary, Montevideo, mereka harus menebus mahal
kemenangan 4-2 tersebut. Karena esok harinya, konsulat mereka di
Buenos Aires, Argentina, ditimpuki batu oleh sekelompok
demonstran.
Ide penyelenggaraan kejuaraan dunia sepakbola yang bisa
mengguncangkan hubungan antarnegara ini, lahir di Paris tahun
1904 dari empat tokoh olahraga Prancis. Salah seorang di
antaranya diplomat Jules Rimet. Mereka inilah pendiri FIFA.
Rimet yang namanya diabadikan selama 26 tahun pada piala yang
menjadi lambang supremasi sepakbola dunia itu, juga merupakan
Presiden FIFA terlama--dari 1921 sampai 1954. Piala Jules Rimet
itu kini menjadi milik tetap kesebelasan Brazil, setelah mereka
meraih gelar juara dunia tiga kali.
Waktu Brazil memboyong Piala Jules Rimet untuk selama-lamanya,
1970, mereka menawarkan piala pengganti. Nama yang diusulkan
Piala Churchill --diplomat Inggris itu. Tawaran itu ditolak
sebagian besar anggota FIFA. Lalu sebagai gantinya, FIFA
menugasi seniman Italia Silvio Gazzaniga untuk merancang piala
baru. Hasilnya: sebuah piala beentuk jambangan dengan bola
dunia di puncaknya. Tinggi 36 cm dan berat 5 kg. Piala emas 18
karat itu dibuat oleh perusahaan Bertoni di hlilan. Harganya,
waktu itu, US$ 20.000.
Piala Dunia dari FIFA ini mulai diperebutkan di Muenchen, 1974,
dan diboyong oleh tuan rumah Jerman Barat. FIFA menetapkan Piala
Dunia tersebut sebagai piala bergilir, tidak dapat dimiliki
secara tetap. Bagi tim yang menjuarai kejuaraan dunia tiga kali,
akan diberikan Piala Dunia tiruan--ukuran dan bentuknya sama,
kecuali bahannya. Selain itu FIFA juga memberikan
kenang-kenangan berupa miniatur Piala Dunia bagi 24 kesebelasan
finalis--dalam kejuaraan dunia sebelumnya jumlahnya 16 tim.
Di Spanyol, tim favorit untuk menjuarai turnamen, menurut
majalah sepakbola terkemuka Placar, adalah Brazil, Jerman Barat,
Argentina, dan Uni Soviet -- urutan berdasarkan prestasi tim
dalam babak penyisihan grup maupun pertandingan persahabatan.
Pasaran tarohan juga memberikan angka peluang utama untuk
keempat kesebelasan itu -- selain memperhitungkan pula faktor
tuan rumah. Brazil diunggulkan dengan angka 5-2, Jerman Barat
9-2, Argentina 5-1, Spanyol 7-1, dan Uni Soviet 12-1.
Pele Putih
Dalam undian pembagian grup pekan lalu di Madrid, Brazil dan Uni
Soviet berada dalam satu grup di Grup 6.
Tim Brazil, yang dalam Piala Dunia 1978 menempati urutan ketiga,
dua tahun terakhir memperlihatkan kemajuan pesat di tangan
pelatih Tele Santana. Mereka tak terkalahkan dalam Grup I
Amerika Selatan -- melawan Bolivia dan Venezuela. Dalam lawatan
ke Eropa tahun lalu mereka juga membuat kejutan dengan memukul
Inggris, di London.
Peluang bagi Brazil banyak dibantu pula oleh munculnya Zico
--yang dijuluki orang Pele Putih. Ia, asal klub Flamengo,
terpilih sebagai Pemain Terbaik dalam kejuaraan antarklub
memperebutkan Piala Toyota di Tokyo, Desember 1981. Zico memang
bukan pemain yang lapar gol. Tapi dialah sesungguhnya motor tim
nasional. Zico disebut-sebut calon kuat sebagai bintang Piala
Dunia 1982.
Kesebelasan Brazil sekarang, menurut Santana, tak hanya tangguh
dalam perorangan. Juga kompak dalam tim. Ia optimistis Brazil
menjadi juara di Spanyol. "Tak ada istilah runner up untuk
kami," kata poros halang Socrates.
Tim Jerman Barat juga tak terkalahkan aalam Grup I Eropa --
melawan Austria, Bulgaria, Albania, dan Finlandia. Prestasi
mengesankan itu memunculkan Karl Heinz Rummenigge, Paul
Breitner, dan Bernd Schuster sebagai Pemain Terbaik Eropa 1981.
Pelatih Jupp Derwall mengakui regunya lebih kuat dibanding tim
yang memenangkan Piala Dunia 1974.
Prestasi kesebelasan Argentina, yang mendapat tiket gratis untuk
mempertahankan gelar di Spanyol, walau masih diperhitungkan
lawan, belakangan ini menurun. Di Buenos Aires, kandang sendiri,
kesebelasan ini gagal menahan Polandia dan Cekoslowakia. Pelatih
Mcnotti mengakui anak asuhannya memang sudah kurang kompak. Juga
kondisi mereka rata-rata mengecewakan. Lihat saja, misalnya,
bintang Piala Dunia 1978 Mario Kempes. "la tidak seperti dulu
lagi," kata Menotti. Menurut dia, daya gebrak Kempes sudah
kurang.
Argentina memang punya bintang lain: Diego Maradona. Tapi
konflik Menotti dengan Maradona tampak masih belum berakhir.
Argentina, sampai minggu lampau, masih belum mengumumkan nama
para pemainnya.
Mengenai Uni Soviet, sekalipun pasar taruhan memberi kemungkinan
12-1, dinilai sebagai kuda hitam Piala Dunia 1982. Peluangnya
untuk ke final dinilai pengamat lebih besar ketimbang Spanyol
yang oleh petaruh diberi angka lebih tinggi. Kesebelasan Uni
Soviet diperkuat oleh bintang kaliber dunia seperti Oleg
slokhin, Ramaz Shegelia, Alexander Chivadze, dan David Kipiani.
Kesebelasan Uni Soviet dikenal telah meninggalkan pola permainan
monoton.
Mereka mengadaptasi gaya Eropa yang cepat dan teknik perorangan
tinggi a la Amerika Latin.
Di luar faktor gaya dan pemain di lapangan, seperti diungkapkan
pemain legendaris Pele, nasib jugalah yang menentukan. Siapa
berani memastikan, misalnya, Inggris, juara dunia 1966, tidak
akan membuat sensasi lagi?
Turnamen Piala Dunia 1982 yang akan dimainkan di 17 stadion
berlangsung dari 13 Juni s/d 11 Juli.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini