Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Bagaimana Tim Bulu Tangkis Indonesia Masuk Final Piala Uber

Indonesia masuk final Piala Uber setelah sering kandas di babak semifinal. Dilecut oleh para atlet peraih medali emas Olimpiade.

19 Mei 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SMES keras Komang Ayu Cahya Dewi, pemain bulu tangkis putri Indonesia, ke arah tubuh Kim Min-sun, atlet Korea Selatan, mengakhiri duel sengit mereka dalam babak semifinal Piala Uber 2024 di Hi-Tech Zone Sports Centre Gymnasium, Chengdu, Cina, pada Sabtu, 4 Mei 2024. Kim tak mampu mengembalikan bola dan terjatuh. Komang juga menjatuhkan diri, tapi dengan bahagia. Anggota tim bulu tangkis putri Indonesia yang berada di bangku penonton pun berhamburan dan mengerubuti Komang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Komang menutup pertarungannya melawan Kim dalam tiga game itu dengan kemenangan. Keberhasilan itu memastikan tim putri Indonesia melaju ke partai final Piala Uber setelah terakhir kali meraihnya 16 tahun lalu. “Ini luar biasa. Ini adalah final pertama kami dan ini merupakan pengalaman yang luar biasa. Kerja tim kami sangat bagus,” kata perempuan yang lahir di Buleleng, Bali, 21 Oktober 2002, itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Indonesia mengalahkan Korea Selatan dengan agregat skor 3-2 di babak semifinal. Poin juga disumbangkan oleh Gregoria Mariska Tunjung dan Ester Nurumi Tri Wardoyo. Adapun dua ganda putri, Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti serta Lanny Tria Mayasari/Ribka Sugiarto, menelan kekalahan dari dua jagoan Korea, Baek Ha-na/Lee So-hee serta Jeong Na-eun/Kong Hee-yong.

Bagi Komang, Piala Uber kali ini adalah kesempatan keduanya tampil di turnamen beregu level elite. Ia pernah menjadi pemain tunggal putri pertama Indonesia dalam pergelaran serupa pada 2022. Saat itu Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) menurunkan sejumlah pemain muda tanpa target apa pun. Kini target itu minimal mencapai semifinal. “Di tim ini, sekarang saya menjadi junior. Memang ada target minimal harus semifinal, ternyata kami bisa sampai menjadi runner-up. Jadi ini beda tekanan,” tutur Komang.

Komang menilai keberhasilannya ini tak lepas dari tangan dingin Indra Widjaja, pelatih tunggal putri, dan Herli Djaenudin, asistennya. Di tangan keduanya, Komang mendapatkan program latihan peningkatan fisik, mental, dan teknik. Kombinasi latihan itu ia campur dengan siasat mengatur kebugaran tubuh. “Saya sendiri berfokus menjaga badan saya dan mencari cara memperkecil kemungkinan mengalami cedera,” ujarnya. “Kalau soal mindset, mungkin kami semua jiwanya memang preman. Saat masuk lapangan tuh kayak, ‘Ayo adu!’ Enggak usah takut mau lawan siapa.”

Kehadiran para mentor yang juga mantan pemain pemusatan latihan nasional PBSI, seperti Shendy Puspa Irawati, Greysia Polii, dan Taufik Hidayat, turut mendongkrak performa Komang dan kawan-kawan. “Mereka benar-benar membantu kami dari segi mental. Kami mendapat motivasi bertanding,” tutur Komang, yang kini berada di peringkat ke-71 dunia.

Penampilan di Piala Uber, juga Piala Thomas, merupakan indikator kekuatan bulu tangkis dunia. Turnamen beregu ini hadir dengan format tiga nomor tunggal dan dua ganda. Kekuatan yang merata semua nomor adalah kunci tim menjadi juara.

Indonesia pernah menjadi kekuatan utama di Piala Uber dengan keluar sebagai juara pada 1975, 1994, dan 1996. Sejak era Susi Susanti berakhir pada 1998, tim Merah Putih mengalami puasa gelar. Kehadiran atlet seperti Maria Kristin Yulianti, Liliyana Natsir, hingga Greysia Polii ternyata belum bisa membawa Garuda Pertiwi bersinar kembali.

Langkah tim Indonesia kerap terhenti di babak perempat final sejak 2012. Terakhir kali mereka hanya membawa pulang medali perunggu pada 2010 berkat kemenangan Lindaweni Fanetri di nomor tunggal putri dan pasangan Liliyana Natsir/Greysia Polii di sektor ganda putri.

Tahun ini, di babak perempat final, Ester Nurumi Tri Wardoyo menjadi penentu kemenangan Indonesia dengan agregat skor 3-0. Ini terjadi setelah Ester mengalahkan Supanida Katethong dari Thailand, Gregoria Mariska Tunjung menaklukkan Ratchanok Intanon, dan pasangan Apriyani Rahayu-Siti Fadia menundukkan pasangan Jongkolphan Kititharakul-Rawinda Prajongjai.

Kemenangan atas Thailand membuat Indonesia mengakhiri paceklik medali selama 14 tahun. Ester menilai kekompakan tim dan dukungan penuh para seniornya di pemusatan latihan nasional menjadi kunci keberhasilannya tampil tanpa beban sepanjang turnamen. “Itu bisa menambah kepercayaan diri dan semangat saya,” ucap Ester, yang kini menduduki peringkat ke-38 dunia. 

Ester mengakui bahwa stamina mereka kerap disorot karena permainan menurun ketika memasuki rubber set. Namun mereka kini menunjukkan bahwa stamina mereka telah meningkat cukup signifikan. Di turnamen itu, ia dan Komang berhasil mencuri kemenangan justru saat memasuki rubber set. “Yang harus dikuatin itu pikirannya, karena kalau kayak enggak mau nahan, kan pasti badan terasa capek,” kata Ester pada Rabu, 8 Mei 2024.

Indra Widjaja di Changzhou, Cina, September 2023./Dok PBSI

Yuni Kartika, juru bicara tim ad hoc PBSI untuk Olimpiade Paris 2024, menilai keberhasilan Indonesia ini tak terlepas dari kemampuan para atlet mencapai puncak kemampuan terbaik mereka. PBSI membentuk tim ad hoc untuk memperbaiki peringkat para atlet menuju Olimpiade 2024. Tim ini diisi dokter, psikolog olahraga, ahli gizi, dan mantan atlet bulu tangkis yang berperan sebagai mentor. Atlet peraih medali emas Olimpiade, seperti Taufik Hidayat, Susi Susanti, Candra Wijaya, Greysia Polii, Liliyana Natsir, dan Tontowi Ahmad, masuk tim ini.

Para mentor, Yuni mengimbuhkan, berperan memantau perkembangan para pemain. “Setiap pemain ada kekurangan dan kelebihan. Setiap kelebihan pemain bisa lebih dikembangkan, sedangkan kekurangannya diperbaiki,” ujarnya.

Para mentor bersama tim psikologi, fisioterapi, pemulihan, dan ilmu olahraga telah membentuk suatu sistem pendukung. Psikolog, misalnya, bisa menjadi tempat para pemain mengeluarkan unek-unek hingga rasa bosan mereka. Yuni melihat dukungan tim ini telah mendorong para pemain tampil lebih percaya diri. “Anak-anak lebih bisa punya semangat bertarung dan faktor nonteknis, seperti gampang membuat kesalahan dan hilang fokus, sudah tidak terlihat lagi,” tuturnya.

Kehadiran Greysia dan mentor lain, Yuni menambahkan, telah melecut motivasi bertanding para atlet. Ini tidak akan terjadi apabila mereka hanya disemangati pelatih. “Mentor itu kan melewati beban dan kesusahan yang sama dengan mereka,” ucap Yuni.

Susi Susanti melihat kesuksesan Komang dan kawan-kawan tak terlepas dari kemampuan mereka dalam memanfaatkan peluang. Di babak semifinal, tatkala menghadapi juara bertahan Korea Selatan, Indonesia berhasil memanfaatkan absennya An Se-young, pemain tunggal putri nomor satu dunia. “Para pemain melihat peluang tersebut dan mereka bisa menggunakan kesempatan itu dengan baik,” ujarnya.

Susi menilai kekuatan Indonesia di sektor tunggal putri dan ganda putri lebih merata. Namun, dia mengungkapkan, untuk bisa sukses di turnamen beregu, mereka memerlukan faktor lain, seperti keberanian menyerang dan kematangan mental. “Itu yang menentukan kemenangan,” tutur peraih medali emas Olimpiade Barcelona 1992 tersebut. 

Ketua tim ad hoc PBSI, Muhammad Fadil Imran, mengatakan mereka akan mengevaluasi capaian para pemain di Piala Uber dan Piala Thomas sebelum diturunkan di Olimpiade 2024. Menurut dia, analisis performa, psikologis, dan fisik penting karena setiap lawan selalu mempelajari gaya bermain para atlet Indonesia. “Kami buat program untuk menutupi setiap kekurangan. Kami melihat lawan membaca kami, seperti saat Gregoria kalah di final Piala Uber, ternyata karena Chen Yu Fei sudah mempelajari gaya bermainnya,” ucapnya.

Indonesia akhirnya memang harus menelan kekalahan 0-3 dari Cina di babak final. Tapi, “Piala Uber ini batu pijakan bahwa sebenarnya kita sudah bisa bersaing. Saya berharap mereka bisa lebih pede karena sudah ada standar bermainnya. Ini ekspektasi dan keinginan kami,” kata Yuni.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Randy Fauzi dan Jihan Ristiyanti berkontribusi dalam penulisan artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Para Pelecut Tim Uber"

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus