Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Gagal Masuk 40 Besar Olimpiade Tokyo, KOI Singgung Perubahan Kekuatan Peserta

Ketua KOI Raja Sapta Oktohari menilai perubahan kekuatan persaingan peserta disebabkan oleh pandemi Covid-19. Indonesia gagal penuhi target 40 besar.

9 Agustus 2021 | 20.22 WIB

Langkah berani yang dilakukan Menpora Zainudin Amali melakukan perubahan untuk kemajuan olahraga Indonesia mendapat pujian dari Ketua Komite Olimpiade Indonesia (NOC Indonesia) Raja Sapta Oktohari. Hal itu disampaikan Okto saat Konfrensi Pers Olimpiade Tokyo 2020, Kamis (8/7) siang.(foto:dok/kemenpora.go.id)
Perbesar
Langkah berani yang dilakukan Menpora Zainudin Amali melakukan perubahan untuk kemajuan olahraga Indonesia mendapat pujian dari Ketua Komite Olimpiade Indonesia (NOC Indonesia) Raja Sapta Oktohari. Hal itu disampaikan Okto saat Konfrensi Pers Olimpiade Tokyo 2020, Kamis (8/7) siang.(foto:dok/kemenpora.go.id)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Kontingen Indonesia dipastikan gagal memenuhi target untuk berada di 40 besar Olimpiade Tokyo 2020. Ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Raja Sapta Oktohari mengatakan adanya perubahan peta persaingan negara-negara peserta di Olimpiade turut andil dalam hasil akhir di papan klasemen.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Indonesia menutup penampilan di Olimpiade Tokyo dengan menempati posisi ke-55. Hasil itu didapat setelah berhasil mengoleksi 5 medali, yaitu 1 medali emas, 1 medali perak, dan 3 medali perunggu. Jika dilihat secara ranking, posisi Indonesia turun 9 peringkat dibanding Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro. Saat itu, Indonesia mendapatkan 1 medali emas dan 2 perak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Oktohari menjelaskan terjadinya perubahan peta persaingan terjadi, salah satunya, karena persiapan negara peserta di tengah pandemi Covid-19. Oktohari menjelaskan sebanyak 93 negara (45,15 persen) dari 206 peserta berhasil memperoleh medali. Artinya, ada peningkatan 7 negara (3,6 persen) dibanding Olimpiade Rio de Janeiro.

“Jika melihat peta kekuatan Asia Tenggara, Indonesia berada di ranking dua setelah Filipina. Tapi, Indonesia memiliki potensi kenaikan posisi medali dari cabang olahraga angkat besi. Perunggu Windy Cantika Aisyah di kelas 49 kg putri berpotensi naik menjadi perak apabila peraih medali emas asal China, Hou Zhihui bisa dibuktikan memakai doping,” kata Oktohari di Jakarta pada Senin, 9 Agustus 2021.

Selain itu, kata Oktohari, ada 17 negara yang mampu tampil mengejutkan dibandingkan dengan Olimpide Rio 2016. Misalnya, Norwegia, sebelumnya berada di posisi ke-74 di Rio, mampu naik ke ranking 20 di Tokyo. Ada juga Bulgaria, dari posisi ke-66 mampu naik ke ranking 30 di Tokyo. Adapun Chinese Taipei, menempati ranking 50 di Rio, mampu melejit ke posisi 34 di Tokyo.

“Tapi ada juga yang mengalami penurunan, seperti Argentina yang sebelumnya menempati ranking 27 di Rio kini berada di peringkat 72. Ethiopia yang di Rio berada dua ranking di atas Indonesia, kini di urutan 56. Begitu juga Thailand yang di Rio 35 kini di posisi 52, berada di bawah Indonesia. Filipina dengan hasil 1 emas, 2 perak, dan 1 perunggu, itu sebenarnya juga memiliki target 3 emas di Olimpiade Tokyo," ucap dia.

Terlepas dari kegagalan memenuhi target, Oktohari menganggap hasil Olimpiade Tokyo menjadi pembelajaran berharga bagi Indonesia. Ia pun meminta izin kepada Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali untuk bisa mengawal proses kualifikasi Olimpiade 2024 Paris. Sebabnya, sejumlah peraih medali masih berpeluang tampil di Paris.

“Sebanyak 14 orang atlet Indonesia yang turu berusia kurang dari 23 tahun. Dan 21 atlet atau 75 persen secara usia masih mungkin tampil mengikuti kualifikasi menuju Paris. Sebut saja jika Greysia Polii dan Eko Yuli Irawan disiplin berlatih, jaga fisik, asupan nutrisi baik, pun masih punya peluang tampil lagi di Paris,” kata dia.

Irsyan Hasyim

Irsyan Hasyim

Menulis isu olahraga, lingkungan, perkotaan, dan hukum. Kini pengurus di Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta, organisasi jurnalis Indonesia yang fokus memperjuangkan kebebasan pers.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus