TAK habis-habisnya tim PSSI Pra-Piala Dunia (PPD) dibicarakan. Kalau saja itu disanjung karena prestasinya bagus, misalnya, bukan soal. Yang diperbincangkan orang sekarang ini adalah kekalahan babak belur PSSI PPD ketika menghadapi tuan rumah Jepang di Stadion Nishiaoka, Tokyo Ahad pekan lalu. Tim yang dipimpin oieh Nirwan D. Bakrie dengan trio pelatih M. Basri, Iswadi Idris, dan Abdul Kadir ini digunduli 0-5. Dengan menyandang predikat kalah itu PSSI PPD langsung pulang kandang. Ia "enggan" bertandang ke Pyongyang melawan Korea Utara. Sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA), pertandingan itu semestinya berlangsung Ahad lalu. Situasi di ibu kota Cina, Beijing, yang tidak menentu, menjadi alasan ketidakhadiran PSSI di Pyongyang. Untuk menuju ibu kota Kor-Ut itu hanya ada dua jalan: lewat Beijing atau Moskow. Jika lewat Moskow, diperlukan waktu lebih lama. Jika lewat Beijing, ya, itu tadi, situasi di sana "belum normal". Akibatnya, tim nasional ini dinyatakan kalah walk over (WO) dan tuan rumah dimenangkan minimal 2-0 atau maksimal 5-0 - jadi sama dengan kekalahan lawan Jepang. Selain itu dijatuhi sanksi membayar ganti rugi sejumlah uang kepada panitia penyelenggara. Masih ada kemungkinan sanksi berat lainnya: tidak diperbolehkan melanjutkan pertandingan sisa melawan Hong Kong, 25 Juni nanti di Jakarta. "Keadaan di Beijing membuat kita ragu untuk berangkat. Apalagi waktu itu banyak warga asing yang keluar dari Beijing. Bukan karena tak ada peluang lagi," ujar Nugraha Besoes, Sekretaris Umum PSSI. Ia berharap pengurus FIFA mau mempelajari secara saksama keadaan yang dialami oleh tim PSSI PPD. Pengurus PSSI sudah meminta penundaan jadwal pertandingan dari tanggal 18 Juni menjadi 9 Juli. Permintaan dikirimkan lewat teleks ke markas besar FIFA di Zurich, Swiss, Selasa dua pekan lalu. Ini mengingat pertandingan antara Hong Kong dan Kor-Ut yang seharusnya 11 Juni diundur FIFA menjadi 2 Juli dengan alasan yang sama. Karena jawaban FIFA tak bisa diterima segera, Nirwan memutuskan membawa pulang anak asuhannya setelah pertandingan melawan Jepang. Itu pun setelah ia berkonsultasi dengan Nugraha Besoes sebagai wakil Pengurus PSSI yang hadir di Jepang. "Kalau rombongan terlalu lama menunggu di Jepang atau di Hong Kong tanpa ada kepastian, biaya yang diperlukan tidak sedikit," kata Nugraha. Jawaban FIFA baru diterima Selasa pekan lalu. Isinya, tim PSSI PPD harus berangkat ke Pyongyang. Bersamaan dengan itu tim PSSI sudah mendarat di Jakarta. Namun, Nirwan masih mencoba memberangkatkan timnya pada hari Kamis. "Tidak adanya tempat duduk dari Beijing ke Pyongyang membuat tim urung berangkat," kata Nirwan kepada Yudhi Soerjoatmodjo dari TEMPO. Yang sekarang ditunggu pengurus PSSI dari FIFA adalah apakah boleh melanjutkan pertandingan melawan Hong Kong atau tidak. "Kami terus melakukan kontak dengan pengurus FIFA yang menangani masalah ini," kata Nirwan. Pihak FIFA sendiri, dalam hal ini Komite Piala Dunia yang diketuai oleh Neuberger, Presiden DFB (PSSI-nya Jerman Barat), sudah menerima semua teleks dari PSSI. Begitu juga laporan dari panitia penyelenggara di Pyongyang tentang ketidakhadiran tim PSSI PPD. "Keputusan FIFA baru akan ditentukan setelah komite itu bersidang dalam waktu dekat," kata seorang pejabat FIFA yang dihubungi TEMPO lewat telepon. Keputusan yang dimaksud adalah boleh tidaknya pertandingan PSSI melawan Hong Kong. "Sebelum ada keputusan dari FIFA, merupakan kewajiban kita untuk meneruskan pertandingan melawan Hong Kong," ujar Nugraha.Rudy Novrianto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini