Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Gaya Rambut Demi Rezeki

Potongan rambut pemain sepak bola beraneka ragam. Selain untuk pamer, gaya rambut dianggap memberikan motivasi dan peruntungan para pemain.

21 Januari 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERINTAH itu datang dari si bos. Ketika dijamu makan malam, Silvio Berlusconi, pemilik AC Milan, bercerita banyak tentang keinginannya. Maklum, namanya juga bos. Salah satunya kepada Ronaldo Luis Nazário de Lima. Berlusconi minta agar Ronaldo memanjangkan rambutnya. Si bintang pun manut. Siapa tahu rambut barunya akan membuat penampilannya lebih sip.

Singkat cerita, selain melakukan diet ketat karena tubuhnya melar terus, Ronaldo pun membiarkan rambutnya tumbuh menurut permintaan Berlusconi. Penampilannya langsung berubah. Ronaldo, yang ketika bermain di Madrid dulbis alias gundul habis, kini punya ”pohon beringin” di kepalanya. Kalau dibiarkan terus, penampilannya tak ubahnya dengan selebritas hitam pada 1970-an.

Si gigi kelinci itu berharap, dengan membiarkan rambut kribonya tumbuh, dia bisa lebih beruntung dan kembali berjaya di lapangan hijau. Maklum, dia telah dibekap cedera panjang. Alasan cedera itu pula yang membuatnya memutuskan hengkang dari Madrid ke Milan, setahun silam. Baru beberapa kali bertanding, dia cedera lagi. ”Siapa tahu, dengan rambut baru ini, kepala saya bisa mencetak gol lebih banyak,” katanya. Ini bisa mengulangi suksesnya di Piala Dunia 2002, ketika Ronaldo punya gaya rambut kuncung. Biar tampangnya tampak konyol, dia mencetak gol dan membawa Brasil menjadi juara dunia kelima kalinya.

Skenario menggondrongkan rambut lancar. Surat kabar O Globo membocorkan rahasia. Rambut Ronaldo tumbuh cepat dan lebat berkat ”pupuk” rambut asal Swiss.

Motivasinya pun ikut menguat, meskipun tak ada hubungan antara rambut kribo dan kemampuan mencetak gol. Bahkan, secara teoretis, rambut gondrong bisa membuat gerakannya sedikit melambat. Berbeda dengan sewaktu dia gundul. Keringat yang menetes bisa segera tersapu angin—itu juga yang menyebabkan banyak pemain menggunduli kepala.

Terlepas dari program back to kribo Ronaldo, sepak bola memang bukan sekadar pentas kecepatan menggiring si kulit bundar dan mencetak gol. Lapangan hijau sudah lama menjadi panggung pamer gaya rambut. Maklum, di sepak bola, satu-satunya yang bisa dibuat bergaya adalah potongan rambut—selain tato dan anting—karena mereka harus berseragam. Tidak seperti di cabang olahraga tenis, misalnya, para pemainnya bisa memamerkan gaya pakaian.

Ternyata kebiasaan pemain sepak bola memamerkan gaya rambut bukan hal baru. Dalam buku Footballers’ Haircuts: The Illustrated History tulisan Cris Freddi, disebutkan aksi pamer rambut muncul bersamaan dengan saat sepak bola mulai dipertandingkan. Dalam bukunya, Freddi memajang gaya rambut sejak 1900 hingga 1990-an, mulai dari yang sederhana, model Mohawk, hingga cukuran paling gres. Namun, karena media massa pada zaman baheula tidak secanggih dan sekreatif sekarang dalam meliput olahraga, gaya rambut yang beragam luput dari perhatian. Gaya rambut mulai mendapat sorotan ketika George Best, pemuda asal Belfast, bermain di Manchester United pada akhir 1960-an. Rambut Best dipotong ala personel The Beatles.

Selanjutnya gaya rambut pemain bola mengikuti tren yang terjadi di masyarakat. Pada 1970-an hingga pertengahan 1980-an, rambut gondrong sangat populer. Franz Beckenbauer hingga Mario Kempes tampil dengan rambut panjang terurai. Sedangkan mereka yang punya rambut keriting memanjangkan rambut hingga kribo. Para pemain dari Afrika sampai seperti membawa bola hitam di kepalanya.

Tren berubah ketika memasuki akhir 1980-an. Salah satu perintisnya adalah Ruud Gullit, yang mempopulerkan rambut gaya kepang. Pada saat yang sama, Carlos Valderama tampil dengan rambut singanya. Sedangkan pemain Eropa banyak mengadaptasi cukuran gaya mullet alias gondrong di belakang. Salah satunya adalah pemain Inggris, Chris Waddle.

Nah, sejak itulah bisa dibilang perkembangan tren dan model rambut di lapangan sepak bola mengalami revolusi. Berbagai bentuk dandanan rambut muncul di lapangan hijau. Ada model dreadlock alias kepang kelabang, ada rambut warna-warni. Contohnya Ibrahim Ba, pemain asli Senegal berkebangsaan Prancis yang pernah bermain untuk AC Milan.

Taribo West juga mengecat warna-warni rambutnya, sehingga tampak kontras dibanding kulit hitamnya. Sebagai pemanis, dia mengepang lalu mengikatnya dengan pita yang juga warna-warni. Bagi West, warna-warna di rambutnya merupakan penghargaannya sekaligus identitas diri sebagai orang Afrika. West memang lebih sering mengecat rambutnya dengan warna hijau, warna khas Nigeria, negara asalnya.

Namun tak semua happy dengan gaya rambut aneh-aneh. Pejabat olahraga Nigeria pernah meradang gara-gara gaya rambut para pemain bola negeri itu. Penampilan Augustine Azuka ”Jay Jay” Okocha dan Nwankwo Kanu, pilar negeri itu, justru dianggap mengaburkan ciri khas kaum pria di sana. Apalagi dengan anting-anting gemerincing di telinga.

”Itu bukan budaya kita. Para pemain itu seperti mempromosikan gaya kaum homoseksual,” ujar si pejabat. Mereka pun melarang pemain tampil macam-macam, terutama terhadap pemain juniornya. Sanksinya: sejago apa pun para pemain itu tidak akan bisa masuk ke tim nasional.

Penolakan atas gaya rambut juga pernah terjadi di tim nasional Argentina. Ketika mempersiapkan timnya ke ajang Piala Dunia 1998, Daniel Passarella, sang manajer, memberlakukan syarat konyol. Dia ogah memasukkan pemain yang berambut gondrong dan beranting.

Toh, para pemain tak lantas menjadi anak penurut. Apa sebabnya? Banyaklah. Yang pasti, mereka dibutuhkan dalam tim. Lihat saja, berkali-kali David Beckham mengolah rambutnya tapi dia tetap saja diberi ban kapten di tim nasional Inggris. Pun demikian dengan Okocha, kapten tim Nigeria semasa jayanya.

Alasan lain, para pemain itu ingin tampil beda. ”Ketika rambutku kribo, penampilan saya sangat culun,” kata Djibril Cisse, penyerang asal Prancis yang bermain di Marseille. Cisse termasuk pemain yang punya penampilan nyentrik dengan rambutnya. Di samping tato yang berserakan di tubuhnya, dia pun doyan sekali mengganti gaya dan warna rambutnya. Seperti traffic light: kadang merah, kuning, hijau.

Itu pula yang dilakukan Jermain Defoe, pemain Totenham Hotspurs dalam pertandingan pekan silam, melawan Arsenal. Dia mencukur habis rambutnya dan hanya menyisakan sebaris rambut melingkar di kepalanya. Tak ada keterangan resmi dari Defoe. Namun pers Inggris yang terkenal usil menganggap cukuran rambut itu tak lain merupakan bentuk mencari perhatian untuk klub lain agar membelinya dalam transfer window.

Hal serupa dilakukan Bakari Sagna. Pemain Prancis yang bermain di Arsenal ini semula tak banyak dikenal orang. Namun, dengan gaya rambutnya yang unik: dikepang dan diberi warna emas, ia jadi dikenal. ”Jelek banget rambut seperti itu. Tapi untung dia bermain bagus,” komentar salah seorang dalam sebuah forum pendukung Arsenal di Internet.

Pada akhirnya sepak bola memang lahan bisnis yang gurih. Gaya rambut pun bisa dijadikan uang. Beberapa tahun silam, Beckham menjadi iklan minyak rambut. Nah, kini rezeki mampir ke Ronaldo. Biarpun ia tak lagi gesit di lapangan, obat penyubur rambut buatan Swiss toh masih mau menghampirinya untuk mempromosikan produknya. Dan ternyata manjur. Rambut Ronaldo subur kribo.

Irfan Budiman

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus