Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Berita Tempo Plus

Gerilya Dana untuk Kursi Rio

Manajemen Rio Haryanto pontang-panting mencari sponsor untuk membiayai balap Formula 1. Kementerian Pemuda dan Olahraga ikut sibuk. Untuk apa saja uang 15 juta euro yang baru dibayar sepertiganya itu?

14 Maret 2016 | 00.00 WIB

Gerilya Dana untuk Kursi Rio
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

DALAM sepekan terakhir, Rio Haryanto, 23 tahun, mengaku masih belum percaya bahwa pada 20 Maret nanti dia akan berada satu lintasan dengan para juara dunia balap mobil Formula 1: Lewis Hamilton, Fernando Alonso, Sebastian Vettel, Kimi Raikkonen, dan Jenson Button. "Saya masih merasa ini mimpi," kata Rio, yang dihubungi via telepon saat berada di Singapura, Kamis pekan lalu.

Berada di balik kemudi mobil Formula 1 adalah impian bagi setiap pembalap single sitter. Formula 1 dianggap sebagai puncak karier pembalap. Sayangnya, dalam setiap musim balap F1, jumlah kursi yang tersedia terbatas. Tahun ini hanya ada 22 kursi. Sebagian pembalap pun menyetor sejumlah uang ke tim peserta atau disebut pay driver untuk mendapat satu tempat.

Rio beruntung bisa menjadi salah satu pay driver pada musim ini. Cara seperti ini lazim dilakukan di arena Formula 1. Pembalap besar yang mengawali karier sebagai pay driver antara lain Michael Schumacher, Fernando Alonso, dan Niki Lauda. Untuk bisa membela tim Manor, tim manajemen Rio harus menyetor uang 15 juta euro atau sekitar Rp 219 miliar.

Hanya, dari jumlah tersebut, pihak manajemen Rio baru melunasi 5,25 juta euro. Untuk masalah ini, Rio tak mau terlalu ambil pusing. "Saya berfokus pada balapan saja," ucapnya.

Adalah Indah Pennywati, ibu Rio, dan Piers Hunnisett, pria Inggris yang menjadi manajer Rio Haryanto, yang harus putar otak untuk mencari sisa uang yang dibutuhkan. Sebagai mantan pembalap dan orang yang bertanggung jawab membuat kesepakatan antara tim dan seorang pembalap, Hunnisett tahu betul mengapa masuk ke Formula 1 membutuhkan biaya mahal. "Anda harus ingat, biaya dasar untuk mesin di dua mobil itu (tim Manor) adalah 25 juta euro (sekitar Rp 368 miliar). Gearbox-nya 6 juta euro," ujarnya.

Selain itu, kata Hunnisett, tim Manor mempekerjakan lebih dari 100 anggota staf yang bekerja untuk dua mobil dan dua pembalap—Rio dan Pascal Wehrlein asal Jerman—dengan teknisi yang dibayar dengan gaji cukup tinggi. Menurut dia, setiap pekan tim harus mengeluarkan duit sedikitnya 1 juta euro buat menggaji kru.

Untuk tagihan bahan bakar, menurut pria yang juga pernah mengelola karier Narain Karthikeyan, pembalap India pertama di arena Formula 1, itu, tim Manor harus mengeluarkan uang 2,8 juta euro per tahun. Belum lagi pengeluaran untuk ban serta penelitian dan pengembangan mobil. Tim top seperti Red Bull, kata dia, menghabiskan total 420 juta euro. "Ferrari lebih banyak."

Anggaran itu jauh lebih besar daripada anggaran Manor—tim yang pada musim lalu finis di posisi buncit. Namun tahun ini mereka berambisi merangsek ke papan tengah. Menurut Hunnisett, anggaran Manor untuk tahun ini "hanya" 120 juta euro atau sekitar Rp 1,7 triliun. "Kalau tim ini meminta Rio menanggung semua biaya untuk dirinya sendiri, mungkin dia harus membayar 75 juta euro," ujarnya.

Untungnya, Manor memutuskan Rio hanya perlu membayar 15 juta euro untuk ikut menanggung biaya operasional itu. Bagaimanapun, jumlah itu masih terlalu besar. Buktinya, hingga sepekan sebelum tes pramusim pertama di Barcelona pada 22 Februari lalu, tim Rio masih kesulitan mengumpulkan 3 juta euro atau sekitar Rp 45 miliar sebagai uang muka. Ini yang bikin Hunnisett, Rio, dan ibunya, Indah Pennywati, senewen dan sakit perut. "Rasanya seperti ditusuk-tusuk," kata Indah sambil menunjuk uluh hatinya. "Lucunya, Piers dan Rio mengalami rasa sakit yang sama."

Untuk mengumpulkan uang 3 juta euro, Indah, seperti Hunnisett, mondar-mandir Jakarta-Solo. "Ketika di Jakarta untuk mencari dana, saya akan memanfaatkan satu hari dengan maksimal," tutur Indah. "Pagi ke Kementerian Pemuda dan Olahraga, siang bertemu dengan orang yang mau kami tawari untuk dukungan sponsor, lalu sore ke Dewan Perwakilan Rakyat. Saya harus menyempatkan diri dalam sehari mendatangi tiga tempat."

Belum lagi pertemuan-pertemuan dengan Pertamina—perusahaan milik negara yang mensponsori Rio sejak 2010, saat masih di arena GP3, balap yang berada dua tingkat di bawah Formula 1. Ia juga harus melayani beberapa orang yang menghubungi dan menanyakan kemungkinan kerja sama. Mereka menanyakan syarat-syaratnya. Tapi, kata Indah, setelah melihat nilainya, mereka mundur teratur.

Kementerian Pemuda dan Olahraga pun ikut sibuk. Setelah dua kali usaha penggalangan dana oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara menemui kegagalan, Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi menggunakan berbagai cara, termasuk mengusulkan anggaran sebesar Rp 100 miliar dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan untuk disalurkan ke Rio. Usulnya itu menuai protes.

Tak hanya itu, Menteri Imam terus berusaha mencari sponsor. Ia pun mendatangi kantor pusat Garuda Indonesia untuk menyampaikan surat permohonan dukungan sponsor. "Karena kiprah Rio di F1 merupakan sejarah sekaligus kebanggaan nasional. Kami berharap Garuda Indonesia ikut membantu mensponsori karena dana yang dibutuhkan masih kurang," ujar Imam, setelah bertemu dengan Direktur SDM dan Umum PT Garuda Indonesia Heryanto Agung Putra, dua pekan lalu.

Garuda Indonesia termasuk salah satu perusahaan yang paling diharapkan Imam. Apalagi sebelumnya sudah ada kerja sama Kementerian Pemuda dan Olahraga dengan Kementerian BUMN untuk memberikan dukungannya terhadap kegiatan kepemudaan dan keolahragaan.

Mengharapkan bantuan dari pihak lain jelas tak mudah. Itu sebabnya manajemen Rio melakukan segala upaya pada pekan-pekan terakhir sebelum tes di Barcelona untuk menggaet sponsor di luar Pertamina, yang memang sudah berjanji memberikan dana 5 juta euro atau sekitar Rp 75 miliar. Namun hasilnya nihil.

Tepat sepekan sebelum tes pramusim di Barcelona, Indah baru bisa menyetor uang muka 3 juta euro itu ke Manor. Itu pun bukan dari sponsor. "Saya dan suami saya yang mengusahakan," kata Indah, yang keberatan merinci dari mana uang itu akhirnya didapatkan.

Begitu uang muka ditransfer, Pertamina bergerak cepat. Di bawah koordinasi Wakil Presiden Komunikasi Korporat Wianda Pusponegoro, dokumen-dokumen yang harus diajukan ke bagian keuangan sebagai syarat pencairan uang telah lengkap pada Selasa sore, sehari setelah Indah menyetor uang muka ke Manor.

Keesokan harinya, Wianda, yang saat itu harus bertugas di luar kantor, meminta dua anak buahnya hadir di kantor bagian keuangan sejak pukul tujuh pagi untuk mengawal proses pencairan uang tersebut. "Pokoknya hari ini elu enggak usah ngerjain yang lain, tungguin itu aja," ucap Wianda kepada anak buahnya. Begitu cair, uang itu ditukarkan dengan euro di cabang Bank BRI, sebelum ditransfer ke rekening tim manajemen Rio.

Pukul 11 siang, Rabu, 16 Februari 2016, duit 2,25 juta euro telah ditransfer. Menurut kesepakatan, kata Wianda, sisa dari total 5 juta yang telah dijanjikan akan ditransfer kemudian. Keesokan harinya, Manor mengumumkan Rio Haryanto sebagai pembalap Formula 1. Rasa sakit di ulu hati Indah hilang begitu saja.

Dengan duit sponsor yang lumayan besar tadi, Pertamina berhak menempelkan logonya di sayap belakang dan hidung kedua mobil Manor serta di helm dan bagian dada baju balap Rio. Menurut Wianda, ini menguntungkan Pertamina dalam hal membangun kesadaran global akan brand mereka.

"Logo Pertamina di mobil Manor bisa membangun keingintahuan orang tentang siapa kami," kata Wianda. "Kami terus berbicara dengan Manor untuk membicarakan jalur-jalur yang bisa digunakan untuk memperkenalkan Pertamina sebagai perusahaan energi dari Indonesia."

Wianda pun sudah punya hitung-hitungan soal keuntungan perusahaannya dari segi public relations value—nilai yang didapat dari sebuah kegiatan publikasi—dalam mensponsori Rio. Berdasarkan data pemantauan pemberitaan media yang dilakukan tim Manor musim lalu, public relations value yang didapatkan Pertamina melebihi jumlah dana pensponsoran.

Tahun lalu, untuk mendukung Rio Haryanto di GP2, Pertamina memberikan dana 1,7 euro atau sekitar Rp 25,5 miliar. Dari hasil pemantauan media, total PR value mereka dari media cetak dan elektronik lebih dari dua kali lipat duit pensponsoran yang mereka keluarkan. "Itu hanya dari media nasional," ujarnya.

Wianda pun optimistis tahun ini PR value yang mereka dapatkan bisa lebih besar. Sebab, media peliput Rio kini bukan hanya media nasional, melainkan juga internasional. "Target saya, kami bisa mendapatkan PR Value Rp 80 miliar, lebih besar dari jumlah dana yang dikeluarkan untuk Rio," ujarnya.

Tak hanya soal nilai uang publikasi di media, Pertamina juga mendapatkan keuntungan dari segi akses agar produk-produknya di masa depan bisa digunakan di Formula 1. Soal itu, pihaknya sedang melakukan pembicaraan agar nanti contoh produk pelumas mereka bisa dikirim untuk diuji Manor.

Ketua Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat Teuku Rifky Harsya pada awal bulan ini sempat menyarankan agar Kementerian Pariwisata turut membantu Rio dengan menggunakan anggaran promosi "Wonderful Indonesia" sebesar Rp 2,9 triliun.

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kementerian Pariwisata I Gde Pitana mengatakan pihaknya mesti menghitung lebih dulu efektivitas promosi lewat arena Formula 1. "Sebab, kami harus memastikan bahwa anggaran rakyat ini digunakan secara efektif—berapa orang terpapar, berapa yang bisa terpengaruhi promosi itu," ujarnya.

Di tengah ketidakpastian mengenai sisa dana yang harus dibayarkan ke Manor, mimpi Rio yang dipelihara sejak kecil sudah terwujud. Dia akan menjalani debut sebagai pembalap Formula 1 di Grand Prix Melbourne, Australia, pada akhir pekan ini. Sebagai pembalap debutan, Rio tak mendapat bayaran seperti pembalap tim besar.

Gadi Makitan, Rina Widiastuti


Rio Haryanto

  • Tempat lahir: Solo
  • Tanggal lahir: 22 Januari 1993
  • Tinggi: 170 sentimeter
  • Berat: 60 kilogram

    GP2 SERIES 2015

  • Juara di Sakhir, Bahrain, 19 April 2015
  • Runner-up di Sakhir, Bahrain, 18 April 2015
  • Juara di Red Bull Ring, Austria, 21 Juni 2015
  • Juara di Silverstone, Inggris, 5 Juli 2015
  • Runner-up di Sochi, Rusia, 18 Oktober 2015

    KARIER BALAP

  • GP2 Series 2014
  • GP2 Series 2013
  • GP2 Series 2012: Pembalap termuda GP2
  • GP3 Series & Auto GP 2011
  • GP3 Series 2010: Pembalap pertama Indonesia test drive Formula 1 di Sirkuit Yas Marina, Abu Dhabi
  • Formula BMW Pacific 2009
  • Asian Formula Renault 2008
  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    slot-iklan-300x100

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    slot-iklan-300x600
    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    close

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    slot-iklan-300x100
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus