Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Jalan Panjang Setelah Barcelona

Pada tes pramusim di Sirkuit de Catalunya, Barcelona, Rio mendapat banyak kejutan dan pengalaman berharga. Ada 30 tombol di kemudinya.

14 Maret 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SAAT memasuki tikungan keempat di Sirkuit de Catalunya, Barcelona, Spanyol, pada tes pramusim Formula 1 dua pekan lalu, Rio Haryanto mesti mengambil keputusan tepat hanya dalam hitungan per seratus detik. Ia harus bisa mengontrol keseimbangan mobil dan daya cengkeram bannya di tikungan panjang yang berbelok ke kanan itu. Caranya dengan menekan tombol differential map pada setir mobilnya.

Sayang, pembalap 23 tahun ini membuat kesalahan kecil yang berakibat fatal. Ketika melaju dengan kecepatan 250 kilometer per jam dan harus turun ke 140 kilometer per jam saat memasuki tikungan itu, keseimbangan mobil terganggu. Daya cengkeram ban pun berkurang. Akibatnya, mobil Rio melintir. "Saya salah, antara ingin tetap kencang tapi tetap dapat grip," ucap Rio, yang dihubungi via telepon saat berada di Singapura, Kamis pekan lalu.

Di Barcelona, Rio memang masih belajar. Ia sempat kaget, dengan mengubah setelan pada kemudi, pengaruhnya ternyata sangat besar. "Di GP2, kalau mau mengubah setting mobil harus masuk pit dulu. Di F1 berbeda karena ada banyak tombol di setir. Setelan bisa dilakukan sendiri sambil nyetir," ujar Rio.

Rio mencontohkan, pada tes lalu ia harus mengubah setting pada energy deployment yang ada di setir untuk menghemat penggunaan bahan bakar. "Jadi, kalau mengejar mobil di depan, harus disetel sendiri konsumsi bensinnya. Pas sudah nyalip, mesti dibalikin ke fuel efficiency mode lagi," katanya.

Begitu pula pada saat memasuki tikungan. Setelan keseimbangan mobil harus diatur menggunakan differential map, yang berfungsi mengatur putaran roda belakang. "Misalnya belok ke kanan, roda kiri berputar lebih banyak daripada roda kanan. Nah, kalau tidak ada differential map, roda kiri bisa seperti terkunci. Dengan tombol itu, semua diatur sehingga roda kiri bebas bergerak," ujarnya.

Berada di kokpit mobil Formula 1 di Barcelona bukan yang pertama bagi Rio. Ia pernah tiga kali mencoba mobil F1, yakni pada 2010, 2012, dan akhir 2015. Namun tes pramusim kali ini terasa sangat berbeda. "Waktu itu saya hanya belajar mengendarai mobil tanpa harus mengotak-atik setting mobil," kata Rio.

Dulu tugasnya hanya mengoperasikan beberapa tombol tanpa menghiraukan tombol lain yang jumlahnya 30 tombol. Sekarang dia harus mengotak-atik setelan mobil mengikuti instruksi dari tim mekanik. Hampir di tiap putaran Rio diminta mengubah berbagai setelan mobil untuk melihat perubahan yang terjadi. Dan semua itu ia lakukan dalam kecepatan di atas 200 kilometer per jam.

Semua itu berbeda dibanding ketika masih berlaga di GP2. Rio menuturkan, tombol di setir mobilnya tak sebanyak itu. Hanya ada lima tombol, yaitu upshift, downshift, break, dan balance serta tombol untuk komunikasi dengan tim. "Saya sedang mencoba membiasakan diri dengan sistem di mobil F1 ini," kata Rio.

Direktur balap tim Manor, Dave Ryan, memuji Rio yang terus menunjukkan peningkatan penampilan selama tes pramusim berlangsung. "Dia pembalap yang berbakat. Saya yakin dia akan melakukan pekerjaan yang baik bagi kami," ujarnya, seperti dikutip dalam situs resmi Manor. Ryan menambahkan, Rio memiliki kesempatan bagus berkembang di Manor, yang sekarang menggunakan mesin Mercedes. "Namun pada awalnya ia harus beradaptasi."

Setelah menjajal empat kali mobil bermesin Mercedes-Benz PU106C Hybrid ini, menurut Rio, mobil MRT05 kali ini mampu melaju 2-4 detik lebih cepat ketimbang mobil Manor sebelumnya. "Saya cukup terkesan. Mobil ini punya potensi dan saya yakin mereka akan terus mengembangkan mobil ini selama semusim," ujarnya.

Bukan hanya pada mobil, Rio juga terkesan oleh cara kerja tim Manor. Ada 40-50 petugas yang bekerja secara spesifik selama 24 jam. Mereka bekerja dalam dua kelompok. Pertama pukul 6 pagi sampai 6 petang, dan berikutnya 6 petang sampai 6 pagi. "Saya sampai harus mengingat nama mereka karena banyaknya dan saya akan bekerja bersama mereka," kata Rio.

Berada di lingkungan komunitas F1, pola hidup Rio juga berubah. Kini ia harus membiasakan diri dengan jadwal kerja yang padat. Pada saat tes pramusim lalu, misalnya, dia harus tiba di sirkuit pukul 07.30. Setengah jam kemudian, rapat dengan semua tim mekanik, dari race engineer hingga bagian teknis, untuk membahas program hari itu serta mengecek jika ada permasalahan pada mobil. "Total 20-30 orang," katanya. Pertemuan berlangsung 20-30 menit.

Setelah itu, barulah sesi latihan. Ada dua sesi, yaitu pukul 09.00-13.00. Berikutnya, pukul 14.00-18.00. Jeda satu jam itu digunakan untuk makan siang dan briefing sekitar 15 menit sebelum berlatih sesi kedua. Selesai latihan, selama 15 menit, Rio harus meladeni wawancara media yang sudah membuat janji melalui tim media Manor.

Berikutnya, pukul 18.15, briefing dengan tim mekanik selama 15 menit. Setelah beres, acara makan malam bersama satu jam. Rio baru pulang ke hotel pukul 21.00. Saking sibuknya Rio, Sinyo Haryanto dan Indah Pennywati hanya bisa menyaksikan anak mereka dari ruangan khusus ketika tiba di Barcelona. Mereka hanya diizinkan menemui Rio saat makan siang. Itu pun hanya 10-15 menit.

"Selama 10 menit saat makan siang itu, saya berusaha tidak memperbincangkan hal yang membuat dia tidak berpikir positif," kata Indah, saat ditemui di kawasan Senayan, Jakarta, Selasa pekan lalu.

Menurut Indah, suasananya sangat berbeda dibanding ketika Rio masih di GP2. Meski juga harus berangkat pukul 07.00, selesai briefing mereka masih bisa duduk bersama di paddock beberapa menit dan ngobrol dengannya. "Kalau di F1 benar-benar tidak bisa," kata Indah.

Selama di Barcelona, Rio merasa waktu berputar sangat cepat. "Benar-benar sibuk di garasi mobil. Pekan depan saya sudah ke Melbourne. Jadi benar-benar padat. Saya mesti beradaptasi secepatnya untuk mengatasi ketinggalan persiapan di Melbourne."

Ada banyak persiapan yang harus dilakukan Rio menghadapi Grand Prix F1 Australia, antara lain persiapan fisik dan mempelajari karakter Sirkuit Albert Park melalui video onboard simulator. Rio mendapat kabar bahwa sirkuit jalan raya itu memiliki karakter low grip dan licin. Penggunaan differential map akan sangat krusial. Untuk itu, ia intensif berdiskusi dengan timnya.

Sedangkan untuk porsi latihan fisik tak banyak berubah. Durasinya sama, yaitu tiga jam sehari. Hanya, intensitasnya ditingkatkan. Sebab, G-force di mobil F1 lebih tinggi dan bisa mencapai 4-6. Bandingkan dengan tekanan di mobil GP2 yang hanya 3-4. Latihan fisik difokuskan pada kaki dan leher agar tidak kaku saat berada di kokpit. "Jadi harus diperkuat otot bagian leher, latihan fisik cardio, latihan spesifik di leher, bahu, punggung, kaki, agar secara alamiah menjadi kuat," ujarnya.

Barcelona barulah awal perjalanan panjang Rio di arena balap jet darat ini. Di Sirkuit Albert Park, Melbourne, Australia, pada 18-20 Maret nanti, masa depan Rio dipertaruhkan.

Rina Widiastuti, Gadi Makitan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus