KOMPETISI Divisi Utama PSSI (1986) makin hangat. Setelah menyelesaikan babak penyisihan di empat kota (Medan, Bandung, Surabaya, dan Semarang) 19 Februari lalu enam dari 12 tim sepak bola terkuat di seiuruh Indonesia, Selasa pekan ini, akan mulai bertarung untuk memperebutkan tahta juara Perserikatan PSSI di Stadion Utama Senayan, Jakarta. Kendati belum mengorbitkan bintang-bintang baru, kompetisi 6 besar tahun ini tampaknya tetap bakal ramai. Antara lain karena munculnya lagi Persija Jakarta (Pusat), bekas juara 4 kali Divisi Utama Perserikatan. Bersama PSIS Semarang, yang sudah sejak sekitar 25 tahun tak pernah masuk 6 besar, tim Ibu Kota yang lima tahun terakhir ini juga tak pernah lagi masuk 6 besar itu akan bersaing dengan empat tim lainnya: PSMS Medan, Persib Bandung, PSM Ujungpandang, dan Perseman Manokwari untuk memperebutkan mahkota juara yang sejak 1984 dikuasai PSMS. Muncul meyakinkan dalam 10 pertandingan pertama selama 16 hari, Persija dan PSIS menggeser Persipura Jayapura dan Persebaya Surabaya dari 6 besar Divisi Utama. Ini prestasi. Terutama buat Persija yang tahun lalu nyaris terlempar (kalau tak ada keputusan PSSI yang mengubah ketentuan degradasi) dari Divisi Utama. Bagi Persija luput dari degradasi itu telah melecut semangatnya untuk bangkit. "Memang, motivasi para pemain benar-benar bangkit sejak kami lolos dari pertandingan degradasi di Cirebon," kata Todung Barita Lumbanraja, Ketua Umum Persija. Wajah anak Siantar yang baru sekitar setahun memimpin Persija ini tampak cerah ketika bercerita tentang kekuatan kubunya sekarang. "Semua tim tentu mau menang. Tapi, kini giliran kami merebut juara," katanya. Memiliki materi pemain yang rata-rata sudah jadi, malah beberapa di antaranya adalah pemain nasional, seperti Sain Irmis, Patar Tambunan, Azhari Rangkuti, dan Marzuki (semua bekas pemain PSSI Pra-Piala Dunia), Todung memang wajar optimistis. Dan bukan dia saja. Banyak penggemar bola, terutama di Jakarta, yang ikut menjagoi tim metropolitan. "Masyarakat Ibu Kota sudah lama menunggu, dan sekarang mudah-mudahan Persija, paling tidak bisa masuk final," kata Menteri Perumahan Rakyat Cosmas Batubara, salah seorang simpatisan, yang pekan lalu sengaja mengundang tim ini makan malam di rumahnya. Harapan itu agaknya tidak berlebihan. Sebab, pengurus Persija -- yang tahun lalu sering bentrok -- untuk kompetisi sekarang ini memang tampak lebih kompak dan cukup serius mempersiapkan tim mereka. Terutama dalam hal memilih pemain dan pelatih yang dilakukan sejak Mei tahun lalu. Untuk pelatih, misalnya, Todung mengatakan ia tak lagi memakai Yuswardi dan Yopie Timesela yang tahun lalu gagal menempatkan Persija ke tempat terhormat. "Yuswardi baik, tapi dia kurang menguasai falsafah sepak bola," katanya. Padahal, sambil menyitir buku sepak bola, karangan Wiel Coerver yang sudah dibacanya, itu salah satu syarat penting dalam pembinaan sebuah tim. Menurut Todung, ia sudah memeriksa daftar pelatih yang dimiliki PSSI, dan akhirnya memilih dua calon: Harry Tjong dan Hendarto. Mula-mula Tjong yang dipilih. Tapi baru bekerja dua bulan, pelatih ini dipanggil PSSI (Juli, 1985) untuk melatih PSSI A. Posisi Tjong kemudian digantikan oleh Hendarto, 51, yang waktu itu juga sudah melatih Sekolah Sepak Bola Persija. Di bawah pelatih yang beberapa kali menjadi asisten Wiel Coerver ketika melatih di Indonesia inilah, pemain Persija kemudian dipercayakan sepenuhnya. Jumlah mereka sekitar 18 orang. Direkrut dari hasil pengamatan pengurus Persija selama kompetisi Divisi I dan II Persija sejak Juli 1985. Sama seperti proses mencari pemain, pengurus, menurut Todung, tak lagi asal main comot. Misalnya, asal memilih sejumlah pemain bintang seperti tahun lalu. Melainkan mengutamakan pemain yang bisa main dalam tim. Adalah proses pemilihan seperti ini yang menyebabkan tak semua pemain senior yang ada di Jakarta bisa terpilih. Malah, hanya dua pemain yang ikut memperkuat Persija tahun lalu (Herman dan Adytio Darmadi) yang dipanggil bergabung tahun ini. Tim ini termasuk yang paling produktif menciptakan gol: bisa memasukkan 18 dan hanya kemasukan 5 gol. "Memang kami menerapkan pola permainan menyerang," kata Hendarto. Masih harus ditunggu, bisakah mereka menggebrak lawannya di Senayan pekan ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini