Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Kini Giliran Pical VS Garuda Jaya

Ellyas Pical bersedia kembali ke Garuda Jaya, asal mengajak lagi Boy Bolang mengadakan pertandingan ulang dengan Polanco. Garuda ingin mengurus sendiri yang diperkirakan bisa berlangsung Mei mendatang.(or)

1 Maret 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ELLYAS PICAL seperti layang-layang putus setelah kehilangan gelar. Tetap belum rujuk dengan pelatihnya, Simson Tambunan, petinju lugu itu belakangan ini tampak agak uring-uringan. Ia, yang terakhir menyatakan mau mundur dari dunia tinju, kini tak lagi betah tinggal di rumah. Senin pekan ini bujangan yang berusia 26 tahun ini keluar dari rumah saudaranya di Gang Kebembem, di kawasan Karet Tengsin, Jakarta Pusat, sejak pukul 08.00. Dan baru pulang setelah pukul 21.00. Berjalan-jalan entah ke mana. Mengenakan kaus T-Shirt putih dan celana jeans abu-abu, bekas juara dunia kelas bantam yunior versi IBF ini tampak lesu ketika tiba di rumah setelah seharian menghilang. Tanpa tegur sapa, Pical berjalan acuh tak acuh ke dalam rumah. Ia makin tak banyak omong, tampaknya ingin menghindar setiap tamu yang datang. "Tak pernah dia pulang begini malam. Ah, susah anak itu sekarang," keluh Nyonya Suzanna Pical, 68, ibu Ellyas Pical, kepada TEMPO dengan wajah muram, setelah Pical masuk. Ia kemudian bangkit menemui putranya, jutawan muda yang belakangan ini sedang ramai dibicarakan orang di mana-mana itu. Bukan karena baru kalah. Tapi terutama karena pertikaiannya dengan pelatihnya, Simson Tambunan. Pical memang mengejutkan ketika ia mengeluarkan ancaman mau keluar dari Garuda Jaya. Ini gara-gara dia merasa tersinggung oleh ucapan pelatihnya itu di mingguan Tribun Olah Raga, yang mengecam keluarganya setelah kekalahan melawan Cesar Patico Polanco dari Dominika. Soal ini jadi hangat karena sebelumnya kubu Garuda Jaya baru saja mengeluarkan pernyataan mereka tak mau lagi mempertandingkan Pical di wadah tinju IBF. Simson Tambunan menyatakan akan mencoba anak asuhannya di wadah tinju lain WBC dan WBA. Sikap ini agaknya muncul karena kubu ini merasa sakit hati kepada Boy Bolang, promotor yang mula-mula memperkenalkan IBF kemari. Rupanya, rencana Simson tak berkenan di hati Pical. Ia kemudian mengeluarkan ancamannya dan mengemukakan syarat hanya mau bergabung lagi ke Garuda Jaya jika ia betul-betul dipersiapkan lawan Polanco lagi dan pelatihnya berbaikan kembali dengan Promotor Boy Bolang. Persyaratan ini ditolak Simson dan kawan-kawan. Mereka mengatakan hanya akan menerima Elly Pical tanpa persyaratan apa-apa. "Kalau ada embel-embel, lebih baik tak menginjak Garuda Jaya," kata Mangara Siahaan, juru bicara Garuda Jaya. Ini semua tampaknya membuat Elly jadi berubah. Ia makin pendiam dan sesekali bertindak mengejutkan. Misalnya, ketika Senin pagi pekan ini, dengan sebuah taksi, ia tiba-tiba mendatangi adiknya, Simon Pical, yang selama ini mendampingi dia tinggal di sebuah kamar di Garuda Jaya. Pical mengajak adiknya keluar dari sasana tersebut dan melarang Simon menginap di sana. Kepada Toriq Hadad dari TEMPO yang menemuinya, Pical tak mau menjelaskan apa sebenarnya yang diinginkannya dengan pernyataan dan tindakannya yang terakhir di Garuda Jaya itu. Tapi, ibunya memastikan keinginan mutlak anaknya sekarang adalah ingin merebut kembali sabuk juara yang baru dirampas Polanco. "Dia sudah tak mikir duit lagi, asal sabuk itu kembali di tangannya," kata ibu yang biasa dipanggil Mama Anna oleh keluarganya itu. Ibu tujuh anak ini mengatakan, Elly tahu dia akan cepat berhasil kalau Boy Bolang dan Simson Tambunan akur kembali dan bekerja sama seperti ketika dia menumbangkan Ju Do Chun. "Karena dulu Bolang yang ikut urus Elly sampai bisa juara. Sekarang, Bolang juga yang bikin Elly kalah," kata Mama Anna. Untuk bisa merampas gelar itu, Pical, menurut ibunya, percaya Boy Bolang bisa mengurusnya. Di antaranya mengurus suatu pertarungan ulang lawan Polanco. Memang di sini pangkal soal. Pelbagai pihak, termasuk KTI dan Menpora, memang ingin ada suatu pertandingan ulang. Alasan mereka: pertama dari segi bisnis ini menguntungkan. Maklum, pada pertarungan sebelumnya saja, pihak investor sudah menerima "sedikit keuntungan" karena banjirnya penonton. Dan kedua dari segi kebanggaan nasional, tetap terbuka peluang untuk kembali memiliki juara dunia. Sebab, dengan sudah mengetahui permainan Polanco, cukup besar kans bagi Pical dan ini juga dibenarkan oleh Simson Tambunan -- untuk menang. Tapi, untuk mewujudkan rencana itu, promotor yang bisa lebih lancar mengurusnya adalah Boy Bolang. Bukan saja karena dia sudah punya hubungan baik dengan IBF, tapi dia juga secara resmi sudah diangkat sebagai promotor eksklusif wadah tinju dunia itu untuk Asia. "Semua urusan dengan IBF, mau tak mau, memang harus lewat saya dulu," ujar Boy Bolang dua pekan lalu. Dia sendiri memang sudah menyatakan mau istirahat dulu dari dunia promotor. "Tapi, saya akan bantu, kalau betul ada promotor yang mau mengurus pertandingan ulang itu," katanya lagi. Nah, lika-liku harus melalui Boy Bolang inilah yang ingin dihindari kubu Sasana Garuda Jaya. Sebab, mereka memang sudah menganggap Boy Bolang sebagai seteru besar yang mengatur kekalahan Pical (TEMPO, 22 Februari). Dan ini semua membuat anak desa Kampung Pohon Kelapa, Saparua, Ini bingung. "Daripada pusing-pusing, lebih baik gantung sarung tinju saja," itulah kata akhir yang pernah diutarakan Pical menghadapi ribut-ribut itu. Menurut ibunya, Pical memang sudah pernah punya rencana. Ia berniat mundur dari ring tinju setelah usia 30 tahun, dan kemudian jadi petani cengkih di kampungnya. Rencananya itu, menurut Nyonya Suzanna, disetujui saudara-saudaranya. Dan atas anjuran merekalah Pical kemudian membeli 4 hektar kebun cengkih dan 3 ekor sapi perah di Saparua. Itulah sebabnya, nenek beberapa cucu ini agak khawatir juga jika anaknya benar-benar patah arang dengan tinju dan mempercepat waktu berhentinya. Dia menyesalkan sikap Simson Tambunan yang terlalu keras dan akhirnya merugikan anaknya. Pelatih ini dianggap oleh keluarga Hitipew, yang menampung Pical dan ibunya di Karet Tengsin tadi -- keluarga ini tak pernah dikunjungi Simson -- mau menang sendiri. Nyonya Anna malah menganggap Simson kurang bertanggung jawab atas kekalahan anak buahnya. "Apalagi saya dapat cerita dari Elly bahwa waktu dia hajar Polanco di ronde ke-15, dia mengira itu masih ronde ke-13. "Maka, bekas juara dunia ini langsung bingung ketika pertandingan tak dilanjutkan lagi. "Seharusnya 'kan Simson sebagai pelatih memberi tahu," katanya. Simson Tambunan, insinyur lulusan ITB yang dijuluki "pelatih singa" di Garuda Jaya, membantah semua tudingan yang dialamatkan kepadanya. Dia yang sudah menangani Pical selama tiga tahun terakhir ini tenang-tenang saja ketika ditanya terutama soal sikap Ellyas Pical kepadanya "Saya tidak percaya Elly ngomong seperti ditulis di surat kabar. Itu semua tak keluar dari hati nuraninya. Tapi, karena ada pihak luar yang mengipas," kata Simson kepada Gatot Triyanto dari TEMPO. Ia tak mau berkomentar panjang lebar. "Karena saya tahu siapa Elly. Jadi, di antara kami sebenarnya tak ada masalah apa-apa," ujar pelatih asal Tapanuli ini. Apa rencana dia terhadap Pical? Apakah akan kembali menghadapkan Polanco atau ada calon lain? "Belum terpikirkan sampai ke situ," ujarnya. PELATIH ini memang masih menahan gengsi agaknya. Sebab, dia memang sudah telanjur ngomong akan mencoba Ellyas Pical bertarung di wadah WBA dan WBC. Padahal, banyak orang menganggap itu tak realistis."Jalan yang realistis buat bisnis dan Elly serta penggemar tinju sekarang adalah mengusahakan ia kembali jadi juara IBF," kata Menpora Abdul Gafur. Hal yang pada akhirnya tak dibantah Anton Sihotang, rekan Simson yang jadi manajer Ellyas Pical. "Pertandingan dengan Polanco memang akan diusahakan Mei mendatang. Dan akan kami coba: saya akan jadi promotor Elly, sedangkan Simson jadi manajer," kata Anton terus terang. Tak disebutkannya siapa investor pertarungan ulang itu. Tapi, Senin pekan ini, Anton memang sudah menemui pengusaha Probosutedjo, yang sudah dua kali membiayai pertandingan Pical. Cuma, belum ada kesepakatan bos PT Garmak Motor ini bakal jadi investor Anton. "Kalau tak ada yang mau, sudah pasti kami jadi investor," kata Triwidodo, staf Probo yang juga Direktur PT Garmak Motor. Belum tahu apakah Ellyas Pical mau. Sebab dia -- tak hanya Simson Tambunan atau Boy Bolang -- juga kunci penentu masalah yang hangat ini. Marah Sakti Laporan Biro Jakarta

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus