AKHIRNYA Syarnoebi Said jadi juga mengundurkan diri. Tampuk
pimpinan PSSI sampai Kongres Luar Biasa November mendatang
dipegang Soeparjo Pontjowinoto yang sebelumnya menjabat ketua
Pelaksana Harian. Pengunduran diri tokoh industri mobil itu
sebenarnya tercantum dalam acara Sidang Pengurus Paripurna III
PSSI yang berlangsung di Hotel Indonesia (6-7 Agustus). Tetapi
mendadak utusan Jawa Barat dalam sebuah sambutannya menginginkan
agar rencana pengunduran diri Syarnoebi dibicarakan.
Suasana jadi bertambah panas ketika Wahab Abdi dari Dewan
Pembina PSSI menyambut usul Jawa Barat itu dengan kata-kata:
"Kalau Pak Syarnoebi Said minta mundur, kenapa kita
halang-halangi. Kalau mau mundur ya mundur saja. Mari kita
setujui." Syarnoebi yang mendidih emosinya lantas menyatakan
mengundurkan diri seketika dan meninggalkan ruangan sidang
sambil berteriak "Hidup PSSI!"
Tetapi 3 jam setelah itu, Syarnoebi muncul kembali setelah
dibujuk 5 orang utusan sidang. Ia yang semula menunjuk Ketua
Bidang Pembinaan Daerah, Supardi menggantikannya, dalam suasana
tenang di sidang itu mengubah keputusan dengan menunjuk Soeparjo
Pontjowinoto untuk memimpin PSSI sampai kongres yang akan
datang.
Penunjukan Supardi "secara sewenang-wenang" tadi menurut
beberapa sumber berpangkal dari pertikaian lama antara Syarnoebi
dan Soeparjo dalam masalah larangan pemain impor dalam klub
Liga. Syarnoebi memaksakan kehendaknya supaya pemain asmg segera
dilarang, sementara SoeparJo menghendaki pentahapan.
Mundurnya Syarnoebi sebaliknya memantapkan Sutyono J. Alis untuk
tetap berada dalam kepengurusan organisasi sepak bola itu.
Sekretaris Umum PSSI itu semula berniat mundur setelah SPP
sebagai jawaban terhadap tantangan Syarnoebi yang katanya akan
segera mundur kalau Sutyono mundur lebih dulu.
"Pernyataan saya dulu itu hanya karena suasana kerja waktu itu
yang tidak memungkinkan saya untuk duduk dalam kepengurusan,"
jawab Sutyono ketika ditanya wartawan. Katanya, di bawah
Syarnoebi keputusan rapat sering berubah tergantung pada kemauan
Syarnoebi. Lagi pula, katanya, selama ini keuangan PSSI
tergantung pada donatur yang duduk dalam kepengurusan. "Tak ada
sumber dana yang tetap," katanya.
Syarnoebi yang menurut kabar telah mengeluarkan uang Rp 400 juta
selama memimpin PSSI 19 bulan, masih ingin membantu organisasi
yang ditinggalkannya itu. "Selama saya masih mampu," katanya
kepada TEMPO.
Masalah eksistensi Liga yang semula diduga menjadi pembicaraan
hangat dalam SPP ternyata tidak menimbulkan perdebatan, dan
disepakati untuk menjadi anggota penuh PSSI. Hanya kelak akan
diatur agar seorang pemain tidak bisa langsung menjadi pemain
Galatama, seperti kejadian selama ini. Ketua Bidang Liga PSSI,
Nabon Noor, dalam sidang menyatakan bahwa seorang pemain, baru
bisa menJadi pemain Liga sekurang-kurangnya sudah 3 tahun tampil
di perserikatan. Itu pun kalau ada izin dari klub perserikatan
yang bersangkutan dan disetujui PSSI.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini