AMBISI Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Purwokerto, Jawa
Tengah, ternyata bikin heboh. Tahun akademik 1983-1984 ini
universitas itu menaikkan daya tampung dari yang biasanya 600
menjadi 1.800. (Ini luar biasa: Sebab daya tampung Proyek
Perintis I saja, misalnya, paling banter cuma naik 500 per
tahun). Dan itu berarti harus ada penambahan fasilitas ruang
kuliah, laboratorium beserta perlengkapannya, juga tambahan
anggaran bagi honorarium dosen. Hitung punya hitung biaya
tambahan yang diperlukan sekitar Rp 360,5 juta.
Soalnya kemudian, dari mana universitas negeri ini harus
menambah biaya? Subsidi pemerintah hanyalah diperhitungkan untuk
sekitar 4.700 mahasiswa lama plus 600 yang baru. Akhirnya
disepakati oleh pihak Yayasan Pembina Unsoed dan universitas,
yang sejak 1982 dipimpin Rektor Prof. Drh. R. Djanuar, untuk
memungut dana dari mahasiswa baru, Rp 150 ribu per orang.
Yayasan Pembina Unsoed ini harap dicatat, tidak serupa yayasan
di perguruan tinggi swasta. Yayasan ini lebih mirip persatuan
orangtua murid dan guru di sekolah. Anggotanya pun adalah para
orangtua mahasiswa dan masyarakat Purwokerto. Dan tujuannya
adalah membantu universitas ini berkembang. Ide menaikkan daya
tampung itu pun mula-mula datang dari pihak yayasan. Untuk
menampung minat masuk universitas dari lulusan SMA yang makin
besar.
Maka itulah dalam pemberitahuan penerimaan mahasiswa baru,
pertengahan bulan lalu, disertai pula pengumuman adanya "uang
partisipasi" -- istilah Unsoed -- Rp 150 ribu yang harus
dibayarkan ketika mahasiswa baru membayar sumbangan pembinaan
pendidikan. Kontan muncul heboh. Soalnya mahasiswa yang hanya
membayar SPP tak diberikan nomor mahasiswa -- berarti tak ada
bukti bahwa dia sudah mencatatkan diri menjadi mahasiswa Unsoed
yang sah. Ada beberapa mahasiswa yang konon sampai menangis
karena belum mampu melunasi uang partisipasi itu. Maka
diadakanlah pertemuan antara yayasan dan orangtua mahasiswa, 20
Juli, di gedung President Theatre, Purwokerto.
Kesepakatan yang diperoleh: orangtua mahasiswa tak keberatan
membayar "uang partisipasi", tapi pembayaran boleh diangsur
semampunya. "Karena memang diperlukan, maka kami tak keberatan,"
kata Syamsu Pudjomartoyo, kepala SMPN II, Purwokerto, salah
seorang orangtua mahasiswa.
Toh, ada sedikit kekisruhan. Seorang mahasiswa baru yang
mendaftar dan membayar SPP tapi belum membayar uang partisipasi,
sehari sesudah pertemuan di gedung bioskop itu, tak diberi nomor
mahasiswa. Padahal ia sudah membuat surat pernyataan bahwa akan
mengangsur uang partisipasi dua kali, bulan depan dan
berikutnya. Setelah orangtua mahasiswa turun tangan, ternyata
pihak yayasan hanya minta bukti kesediaan itu dengan membayar
dulu berapa saja. "Yang penting ada blanko yang masuk ke bank,"
kata Iswanto, pembantu Rektor II, yang juga menjadi sekretaris I
Yayasan Pembina Unsoed. Dan besar uang itu bisa satu atau dua
ribu rupiah bahkan Rp 500 pun boleh.
Itu sebabnya kemudian tim dari Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi yang datang mengusut heboh itu, 2 Agustus yang lalu,
akhirnya tak mengambil tindakan apa pun. Uang partisipasi jalan
terus. "Sepanjang sumbangan itu suka rela dan tak ada sangkut
pautnya dengan penerimaan mahasiswa baru, itu boleh," kata Doddy
Tisna Amidjaja, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi.
Ternyata sejumlah besar mahasiswa baru sudah membayar. Menurut
catatan sampai pekan lalu sekitar 1.400 mahasiswa sudah
melunasinya, 240 menyatakan akan mengangsur, dan sisanya belum
membayar sama sekali. "Yang memang tak mampu akan diselesaikan
pihak yayasan secara bijaksana," kata Soetardjo Soemoatmodjo,
ketua Harian Yayasan tersebut.
Tapi seberapa jauh Universitas Jenderal Soedirman memerlukan
dana itu? Universitas yang dibentuk pada 1963 ini
perkembangannya agaknya memang seret. Dari empat fakultasnya,
(Ekonomi, Pertanian, Peternakan, dan Biologi), hingga kini baru
meluluskan sekitar 750 sarjana. Fakultas Hukum yang baru berdiri
dua tahun lalu belum meluluskan sarjana, tentu saja. Dan meski
luas tanah kampus sekitar 18 hektar, tanah untuk gedung
perpustakaan masih kosong. Yang tampak megah cuma kantor pusat
yang dua tingkat itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini