Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Herman, Sang Grandmaster

Herman Suradiredja, 31, pemain catur nasional berhasil gemilang dalam turnamen catur di Ploudiv, Bulgaria & berhak memakai gelar grandmaster dari federation internationale des eches (fide). (or)

9 September 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PILIH keluarga, apa catur?" Ultimatum itu dilontarkan oleh seorang nyonya kepada suaminya yang baru saja menyandang gelar International Grandmaster Result dari turnamen catur di Primorsko, Bulgaria. Itu terjadi pada suatu hari di bulan Maret, 1978. Yang ditantang berfikir sejenak. Dan ia memilih yang terakhir. Apa yang bakal terjadi sudah bisa ditebak. Apalagi kalau bukan perceraian. Kedua suami-isteri tersebut lalu berpisah pada tanggal 28 Maret itu juga. Suami yang memilih karir ketimbang keluarga itu adalah pemain catur nasional, Herman Suradiredja. Dalih perpisahan mereka, cuma pendek. "Sayang kalau ditinggalkan. Sedang gelar Grandmaster sudah di ambang pintu," demikian alasan Suradiredja, ayah dari seorang putera. Apa yang dicita-citakan Suradiredja, akhirnya terkabul juga. Di Plovdiv Bulgaria ia berhasil mencatat permainan yang gemilang dengan mengumpulkan nilai 9« di antara 14 peserta turnamen catur yang berlangsung dari tanggal 10 s/d 25 Agustus kemarin. Maka ia berhak untuk memakai gelar Grandmaster yang diidam-idamkannya, sekalipun pengesahan dari Federation Internationale des Echecs (FIDE), induk organisasi catur dunia, masih harus ditunggu Oktober nanti. Menurut peraturan FIDE, seorang yang telah dua kali meraih IGMR berhak untuk dipromosikan jadi Grandmaster. Tapi perjalanan Suradiredja menuju prestasi puncak, tampak tak begitu mudah. Ia akan merupakan orang ketiga di Asia setelah Eugene Torre dan Balinas dari Pilipina yang meraih gelar Grandmaster. Ia kini Grandmaster pertama di tanah airnya. Mengenal permainan catur pada masa kanak-kanak lewat saudara-saudaranya, anak ke-13 dari 16 bersaudara ini melangkah secara bertahap di tingkat Jawa Barat. Suradiredja, dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 14 Oktober 1947, baru merenggut gelar Master Nasional pada usia 20 tahun -- 6 musim setelah menjadi juara Jawa Barat. Ia menjadi juara nasional pada tahun 1975. Banyak di Eropa Di tingkat internasional, melompat lewat tangga Olympiade Catur di Havana, Kuba tahun 1966. Dua tahun kemudian mewakili Indonesia pada festival catur di Singapura. Lantas melangkah lagi ke Olympiade Catur di Skopje, Yugoslavia tahun 1972. Dan sejak itu, ia makin banyak menghabiskan waktunya di daratan Eropa. Antara lain mengikuti turnamen catur IBM di Belanda maupun kejuaraan-kejuaraan di Yugoslavia, Polandia, dan Bulgaria. Pada tahun 1976, bertolak dari prestasi yang dicapainya selama berkelana dalam berbagai turnamen di Eropa, Suradiredja lalu diusahakan untuk dapat memperdalam pengetahuan di bidang catur di Yugoslavia. Di sini ia bergabung dalam klub Cukarici. Dan ia ternyata telah menimba banyak di sana. Tak sampai setahun ia telah menjadi IGMR pertama dari Indonesia -- gelar ini diperolehnya di Primorsko. Bulan Mei lalu, Suradiredja kembali ke Indonesia untuk sementara waktu Di Jakarta, ia berkesempatan mengikuti turnamen Grandmaster Asia. Tapi di sini ketrampilannya ternyata tak begitu mengesankan. Ia hanya menempati kedudukan juru kunci di antara 14 peserta. Ia mengumpulkan nilai 2«. Juaranya adalah Eugene Torre dari Pilipina yang mencatat angka kemenangan 10«. Jebolan ITB Menurut Suradiredja, kekalahannya tersebut disebabkan ia tidak begitu siap untuk mengikuti pertandingan -- terutama dikarenakan oleh masalah keluarga. Dan ia berjanji untuk menebus kegagalannya tersebut dengan mempersembahkan gelar Grandmaster setelah kembali ke Eropa. Suradiredja yang pernah duduk di bangku kuliah jurusan Matematika ITB antara tahun 1968 s/d 1972, akhirnya kini punya gelar lain --yang lebih sesuai di hatinya. Dan atas prestasinya tersebut, Persatuan Catur Jakarta (Percaja), organisasi tempat ia bernaung mengusulkan dirinya untuk dapat memperkuat tim Indonesia ke Olympiade Catur di Argentina, Oktober depan. Bersama dia, disebut-sebut pula nama Master Internasional, Ardiansyah, dan Juara Jakarta 1978, Sutan Aritonang. Adakah prestasi buah pengorbanan kerja dan keluarga dari Suradiredja, karyawan Dinas Pajak DKI Jakarta, kembali akan menemui bentuk pula di Argentina Jawaban atas pertanyaan itu baru akan ketahuan Oktober nanti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus