Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Indonesia Keok Melulu ... Dan Tanpa Lari

Kalah 6-1 lawan malaysia, 3-2 lawan brunai. pelatih balkom menyatakan kurangnya tc. presiden soeharto melontarkan kritik.(or)

29 Maret 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BELUM pernah Indonesia kalah demikian menyolok. Mula-mula dengan Malaysia (6-1), kemudian dengan Brunei (3-2) -- dua kesebelasan yang biasanya anggap enteng. Kekalahan di turnamen Pra-Olympiade di stadion Kuala Lumpur pekan lalu itu cukup bikin pelatih Frans Van Balkom kehilangan muka. "Mereka masih kurang saling pengertian satu sama lain," kilahnya setelah Indonesia diganyang Malaysia. Juga katanya, karena PSSI kurang banyak mengadakan pertandingan percobaan. Hampir semua gol terjadi karena kurang rapinya pemain belakang Indonesia. Kuartet back -- Simson Rumahpasal, Wayan Diana, Rudy Kelces, dan Decky Kewoi -- seperti terpaku melihat bola dan tak tampak berusaha merebutnya. Sekretaris Umum PSSI, Hans Pandelaki, menyalahkan Balkom yang terlambat melakukan penggantian pemain. "Mana bisa pertahanan Malaysia ditembus dengan umpan-umpan pendek dan main voorzet," katanya yang dikutip Kompas. "Soh Chin Aun cs harus dikocok. Hanya pemain seperti Panus (Korwa) yang dapat melakukannya." Soh adalah poros halang tim Malaysia dan pengatur pertahanan. Ia bekerjasama dengan Santokh Singh, Jamal Nasir, dan Wan Jamak Wan Hasan. Panus memang sempat mempertontonkan ketrampilannya, masuk menggantikan kiri luar Dede Sulaiman, tapi hanya 20 menit menjelang usai. Juga Pandelaki mengritik penampilan Iswadi Idris. "Mestinya di babak kedua ia sudah diganti," lanjutnya. Presiden Soeharto pun ikut melontarkan kritik. "Salah satu kelemahan kita dalam olahraga sepakbola adalah kurangnya dasar-dasar atletik sedari kecil," katanya. "Saya lihat di televisi tak ada pemain kita yang kuat lari." Presiden berbicara di depan kontak tani di Sumur Gintung, Jawa Barat, sehari setelah pertandingan melawan Malaysia. Balkom berpendapat bahwa tempo persiapan pendek sekali. "Diperlukan sedikitnya waktu setahun untuk membentuk regu yang tangguh." katanya. Kesebelasan Pra-Olympiade Indonesia masuk pelatnas 25 Februari. "Adalah tidak mungkin dalam tempo tiga minggu menyamakan mental pemain dari berbagai klub untuk satu permainan yang sama." Komentar lawan? "Jangan salahkan pemain," kata Heniz Weigang, pelatih tim Malaysia asal Jerman Barat. "Mereka telah berusaha sekuat tenaga. Hanya saja kesebelasan yang mereka hadapi (Malaysia) jauh lebih kuat." Malaysia sudah mempersiapkan diri untuk turnamen ini sejak September 1979. Pertandingan percobaan yang mereka lakukan antara lain melawan tim Cosmos dari New York, Grasshoppers dari Swiss, dan Red Star dari Beograd. Turnamen Grup II Asia dalam memperebutkan tiket ke Olympiade Moskow itu diikuti oleh Malaysia, Indonesia, Kora Selatan. Jepang, Brunei dan Filipina. Kini apa lagi yang hendak diperebutkan? Jika kalah lawan Brunei, begitu pelatih Van Balkom dikutip pekan lalu, pulang saja. Ternyata pertandingan awal pekan ini menunjukkan hasil 3-2 untuk negeri kecil di utara Kalimantan itu. Gelang si paku gelang, menir.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus