BUKAN karena kecaman pedas terhadap model ABS
(asal-bapak-senang) -- itulah maka Si Kabayan dihangus. TVRI,
yang memutuskan serial Kabayan hanya sampai pementasan ke-12,
sejak 10 Januari lalu memang "menghentikan hubungan kerjasama"
dengan grup si empunya lakon, Grup Santai Jenaka Parahiyangan"
yang bermukim di Bandung.
Kepala TVRI Stasiun Pusat Jakarta Alex Leo, seperti suratnya
kepada Raden Ading Affandi dari Jenaka, menuduh kumpulan lawak
gaya Pasundan tersebut telah mempergunakan TVRI "tidak
sewajarnya" dan untuk "kepentingan dan keuntungan" sendiri.
Begini asal mulanya. Kabayan, 8 Januari, muncul di layar
televisi dengan sindiran yang berjudul "Laporan ". Si Kabayan,
yang dimainkan oleh Us-Us (40 tahun), leluasa mengumbar kritik
tentang kegemaran membuat laporan indah kepada atasan, ABS,
menyentil mahasiswa yang beraksi kelewatan dalam KKN.
Tak disangka, keesokan harinya di Harian Kompas muncul sebuah
iklan dari perusahaan rekaman "Granada Record", menawarkan kaset
"Si Kabayan Dalam Laporan Indah ". Menarik, karena Granada
menyatakan, rekamannya kali ini adalah "cerita Si Kabayan yang
telah anda saksikan tadi malam .... (maksudnya yang semalam
dipertunjukkan TVRI)".
Karena iklan tersebut, pimpinan Jenaka, Ading Affandi yang lebih
suka disebut RAF (51), kelabakan. Ia seperti sudah merasa bakal
kena marah pihak TVRI. Besoknya, 10 Januari, melalui telepon RAF
menyesali Granada. Lalu hari berikutnya ia bertolak dari
Bandung dan langsung hendak menghadap Alex Leo di Senayan.
Maksudnya hendak menyatakan ketidak-tahu-menahuannya perihal
iklan Granada.
Dan benar. RAF mendapat surat "penyesalan" dari Alex Leo. Alex
menuduh Jenaka telah menawarkan cerita Laporan kepada TVRI dari
kaset yang sudah siap diperdagangkan. TVRI, kata Kepala TVRI
Stasiun Pusat Jakarta itu, merasa telah diperalat untuk
mempromosikan kaset Granada. Padahal bila hal itu dikemukakan
sebelumnya secara terus-terang, "kami bisa mengatur penyiarannya
dengan sistem sponsor sehingga kedua belah pihak berada dalam
suasana saling memuaskan."
Sambil mengundang penyelesaian dari Jenaka, TVRI merasa terpaksa
bersikap tegas menghentikan hubungan kerjasamanya dengan
kelompok pelawak dari Bandung tersebut. "Kalau skorsing, ya
bukan," sambut Husein Kusuma, penanggungjawab siaran drama
tradisional TVRI, "hanya sebagai pelajaran kepada mereka saja."
Suatu hari, tambahnya, "kalau mereka sudah siap mungkin main
lagi."
Hanya Iseng
Sampai kapan tak dijelaskan. Namun repotnya, rombongan Jenaka
tak terima salah. RAI membantah tuduban Alex Leo -- seperti
suratnya ke TVRI Januari lalu "Laporan Indah Si Kabayan"
yang direkamnya untuk Granada, sungguh berbeda dengan " Laporan"
untuk TVRI. Yaitu, berbeda jalan cerita, peran dan pemerannya
serta berbeda pula Ilustrasi karawitannya. Jadi, lanjut RAF,
"Laporan" di TVRI jelas bukan "yang anda saksikan tadi malam"
seperti diiklankan Granada.
Granada merekam Si Kabayan 22 dan 29 Desember 1979 yaitu
setelah TVRI merekamnya pada 13 Desember. Tak ada kontrak dan
menurut RAF rombongannya tak mendapat imbalan apa-apa.
Kerjasama di antara mereka "hanya iseng" saja tak ada persiapan
sehingga sebagian naskah dibuat mendadak di tempat rekaman.
Jenaka sudah berusaha menjelaskan duduk soalnya kepada TVRI.
Juga bersedia membatalkan perjanjian lisannya dengan Granada
untuk mengembalikan kepercayaan TVRI. Granada pun dua minggu
kemudian meralat iklannya.
Namun hubungan Jenaka dengan TVRI sudah telanjur ruksak, istilah
dalam lakon Si Kabayan. TVRI belum memperlihatkan tanda-tanda
hendak "mengampuni" Jenaka. Walaupun, seperti kata RAF,
"kesalahan kami dalam hal ini rasanya adalah karena kami tidak
menduga adanya 'kebijaksanaan dagang' yang mungkin memanfaatkan
kemiripan judul .... " RAF mengharap agar "jangan sampai terjadi
pengusaha yang punya ulah, lalu seniman yang menjadi korban" --
dan diberi pelajaran pula.
Belum Pas Benar
"Group Santai Jenaka Parahiyangan" dibentuk RAF dua tahun lalu
khusus untuk membawakan Si Kabayan. Peran intinya tak kurang
dari si Kabayan sendiri, istri dan mertua. Dari ketiga tokoh ini
bisa dimainkan segala macam cerita dalam Bahasa Indonesia
diselingi Bahasa Sunda. Yang pokok, kalau mau tetap Si Kabayan
milik orang Sunda, sang lakon harus bisa menasihati dan
menertawakan keadaan. "Kalau si Kabayan menasihati berarti ia
menasihati dirinya sendiri -- begitu juga kalau menertawakan
orang lain, itu berarti menertawakan dirinya sendiri," seperti
kata RAF.
Us-Us pemain tetap si Kabayan. Dalam beberapa kali pementasan,
pada mulanya ia sendiri merasa belum pas benar seperti
dikehendaki masyarakat Sunda. Barulah pada pementasan ke 11 dan
12 di TVRI -- Pulang Kandang dan Laporan -- "saya menemukan
karakter Si Kabayan yang sesungguhnya," ujar Us Us (terlahir
Raden Akhmad Yusuf pernah disebut sebagai "Jerry Lewis" semenjak
debutnya di film Gembira Ria, 1959).
Jenaka mengclaim satu-satunya kumpulan yang khusus memainkan Si
Kabayan. Sebab kelompok lain hanya sekali-sekali saja
menyuguhkan di antara lakon-lakon tradisional lain. Satu kali
main, menurut TVRI, rombongan dari Bandung itu mendapat honor
antara Rp 80 ribu sampai Rp 100 ribu. RAF menyatakan cuma Rp 75
ribu. Padahal untuk persiapannya, kata pimpinannya, Jenaka harus
mengeluarkan biaya Rp 200 ribu. Tekor. Tapi katanya, "tujuan
kami memang bukan komersial -- semata-mata memperkenalkan budaya
Sunda dan .... "
Begitulah, di masa istirahatnya kini, Jenaka sedang menghimpun
berbagai kelompok untuk membuat festival Si Kabayan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini