Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Karena Laporan Si Kabayan

Serial kabayan hanya sampai pementasan ke-12, karena tvri merasa telah diperalat untuk mempromosikan kaset "laporan" si kabayan. (hb)

29 Maret 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BUKAN karena kecaman pedas terhadap model ABS (asal-bapak-senang) -- itulah maka Si Kabayan dihangus. TVRI, yang memutuskan serial Kabayan hanya sampai pementasan ke-12, sejak 10 Januari lalu memang "menghentikan hubungan kerjasama" dengan grup si empunya lakon, Grup Santai Jenaka Parahiyangan" yang bermukim di Bandung. Kepala TVRI Stasiun Pusat Jakarta Alex Leo, seperti suratnya kepada Raden Ading Affandi dari Jenaka, menuduh kumpulan lawak gaya Pasundan tersebut telah mempergunakan TVRI "tidak sewajarnya" dan untuk "kepentingan dan keuntungan" sendiri. Begini asal mulanya. Kabayan, 8 Januari, muncul di layar televisi dengan sindiran yang berjudul "Laporan ". Si Kabayan, yang dimainkan oleh Us-Us (40 tahun), leluasa mengumbar kritik tentang kegemaran membuat laporan indah kepada atasan, ABS, menyentil mahasiswa yang beraksi kelewatan dalam KKN. Tak disangka, keesokan harinya di Harian Kompas muncul sebuah iklan dari perusahaan rekaman "Granada Record", menawarkan kaset "Si Kabayan Dalam Laporan Indah ". Menarik, karena Granada menyatakan, rekamannya kali ini adalah "cerita Si Kabayan yang telah anda saksikan tadi malam .... (maksudnya yang semalam dipertunjukkan TVRI)". Karena iklan tersebut, pimpinan Jenaka, Ading Affandi yang lebih suka disebut RAF (51), kelabakan. Ia seperti sudah merasa bakal kena marah pihak TVRI. Besoknya, 10 Januari, melalui telepon RAF menyesali Granada. Lalu hari berikutnya ia bertolak dari Bandung dan langsung hendak menghadap Alex Leo di Senayan. Maksudnya hendak menyatakan ketidak-tahu-menahuannya perihal iklan Granada. Dan benar. RAF mendapat surat "penyesalan" dari Alex Leo. Alex menuduh Jenaka telah menawarkan cerita Laporan kepada TVRI dari kaset yang sudah siap diperdagangkan. TVRI, kata Kepala TVRI Stasiun Pusat Jakarta itu, merasa telah diperalat untuk mempromosikan kaset Granada. Padahal bila hal itu dikemukakan sebelumnya secara terus-terang, "kami bisa mengatur penyiarannya dengan sistem sponsor sehingga kedua belah pihak berada dalam suasana saling memuaskan." Sambil mengundang penyelesaian dari Jenaka, TVRI merasa terpaksa bersikap tegas menghentikan hubungan kerjasamanya dengan kelompok pelawak dari Bandung tersebut. "Kalau skorsing, ya bukan," sambut Husein Kusuma, penanggungjawab siaran drama tradisional TVRI, "hanya sebagai pelajaran kepada mereka saja." Suatu hari, tambahnya, "kalau mereka sudah siap mungkin main lagi." Hanya Iseng Sampai kapan tak dijelaskan. Namun repotnya, rombongan Jenaka tak terima salah. RAI membantah tuduban Alex Leo -- seperti suratnya ke TVRI Januari lalu "Laporan Indah Si Kabayan" yang direkamnya untuk Granada, sungguh berbeda dengan " Laporan" untuk TVRI. Yaitu, berbeda jalan cerita, peran dan pemerannya serta berbeda pula Ilustrasi karawitannya. Jadi, lanjut RAF, "Laporan" di TVRI jelas bukan "yang anda saksikan tadi malam" seperti diiklankan Granada. Granada merekam Si Kabayan 22 dan 29 Desember 1979 yaitu setelah TVRI merekamnya pada 13 Desember. Tak ada kontrak dan menurut RAF rombongannya tak mendapat imbalan apa-apa. Kerjasama di antara mereka "hanya iseng" saja tak ada persiapan sehingga sebagian naskah dibuat mendadak di tempat rekaman. Jenaka sudah berusaha menjelaskan duduk soalnya kepada TVRI. Juga bersedia membatalkan perjanjian lisannya dengan Granada untuk mengembalikan kepercayaan TVRI. Granada pun dua minggu kemudian meralat iklannya. Namun hubungan Jenaka dengan TVRI sudah telanjur ruksak, istilah dalam lakon Si Kabayan. TVRI belum memperlihatkan tanda-tanda hendak "mengampuni" Jenaka. Walaupun, seperti kata RAF, "kesalahan kami dalam hal ini rasanya adalah karena kami tidak menduga adanya 'kebijaksanaan dagang' yang mungkin memanfaatkan kemiripan judul .... " RAF mengharap agar "jangan sampai terjadi pengusaha yang punya ulah, lalu seniman yang menjadi korban" -- dan diberi pelajaran pula. Belum Pas Benar "Group Santai Jenaka Parahiyangan" dibentuk RAF dua tahun lalu khusus untuk membawakan Si Kabayan. Peran intinya tak kurang dari si Kabayan sendiri, istri dan mertua. Dari ketiga tokoh ini bisa dimainkan segala macam cerita dalam Bahasa Indonesia diselingi Bahasa Sunda. Yang pokok, kalau mau tetap Si Kabayan milik orang Sunda, sang lakon harus bisa menasihati dan menertawakan keadaan. "Kalau si Kabayan menasihati berarti ia menasihati dirinya sendiri -- begitu juga kalau menertawakan orang lain, itu berarti menertawakan dirinya sendiri," seperti kata RAF. Us-Us pemain tetap si Kabayan. Dalam beberapa kali pementasan, pada mulanya ia sendiri merasa belum pas benar seperti dikehendaki masyarakat Sunda. Barulah pada pementasan ke 11 dan 12 di TVRI -- Pulang Kandang dan Laporan -- "saya menemukan karakter Si Kabayan yang sesungguhnya," ujar Us Us (terlahir Raden Akhmad Yusuf pernah disebut sebagai "Jerry Lewis" semenjak debutnya di film Gembira Ria, 1959). Jenaka mengclaim satu-satunya kumpulan yang khusus memainkan Si Kabayan. Sebab kelompok lain hanya sekali-sekali saja menyuguhkan di antara lakon-lakon tradisional lain. Satu kali main, menurut TVRI, rombongan dari Bandung itu mendapat honor antara Rp 80 ribu sampai Rp 100 ribu. RAF menyatakan cuma Rp 75 ribu. Padahal untuk persiapannya, kata pimpinannya, Jenaka harus mengeluarkan biaya Rp 200 ribu. Tekor. Tapi katanya, "tujuan kami memang bukan komersial -- semata-mata memperkenalkan budaya Sunda dan .... " Begitulah, di masa istirahatnya kini, Jenaka sedang menghimpun berbagai kelompok untuk membuat festival Si Kabayan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus