TANPA ikut sertanya Ferry Moniaga, Syamsul Anwar, Frans von
Bronckhorst, Wiem Gommies, Boy Bolang, Idwan Anwar, dan Firman
Pasaribu, team tinju DKI Jaya ke Kejuaraan Nasional Tinju Amatir
1976 di Bandung, Juni lalu hanya menampilkan 5 finalis 3 finalis
junior dari 8 petinju dan 2 finalis senior yang mewakili 9
atlit. Dari 5 finalis itu, hanya 2 petinju senior -- Rachman
Mone (Kelas Terbang) dan Eddy Gommies (Kelas Ringan) -- yang
membawa medali emas pulang. "Selain petinju Jakarta banyak yang
muda-muda, harus diakui pula bahwa petinju daerah banyak
memperlihatkan kemajuan dalam kejurnas tahun ini", kilah Ketua
II Pengurus Daerah Pertina Jakarta, Boy Bolang membuka pundi
alasan kegagalan.
Dalih Boy Bolang yang menyebut petinju Jakarta banyak yang muda
kecuali usia barangkali -- sulit untuk diterima begitu saja
sebagai penyebab kegagalan. Karena dalam team terdapat nama
Charles Thomas (petinju Asian Games 1974), Piet Gommies,
Dominggus Hoofmesteer, maupun Alfonso Sihombing yang telah agak
lama mengecap dunia pertinjuan dan pertarungan tingkat nasional
beberapa kali. Dan anehnya nama-nama itu tak seorang pun yang
muncul di peringkat final. Melihat kenyataan tak elok itu,
publik pun berpaling pada sistim pembinaan yang dilakukan
Pertina Jaya. Dari segi ini kuranya tak ada yang pantas dicela.
Karena persiapan yang dilakukan cukup memadai. Bahkan petinju
asuhan mereka sempat memperlihatkan kcbolehan dalam turnamen
tinju Piala AMI-ASMI menjelang keberangkatan. Lalu, di manakah
letak kesalahannya? "Jakarta salah perhitungan terhadap
perkembangan dunia tinju daerah", penilaian tokoh tinju Jawa
Timur, Benny Tandiono.
PON IX
Agaknya kesalahan perhitungan itulah yang menjadi soal.
Kontingen Jawa Timur setelah 7 tahun belakangan gagal meraih
lambang supremasi tinju nasional kali ini tampak dengan serius
menangani petinju mereka. "Latihan yang kita berikan memang agak
berat daripada yang sudah-sudah", ujar Benny Tandiono. Dan
hasilnya tidak mengecewakan, memang. Dari 20 petinju dengan
perimbangan yang sama antara junior dan senior, mereka berhasil
menampilkan 10 finalis -- 4 junior dan 6 senior serta meraih 6
medali emas. Keberhasilan mana mengantar mereka ke tempat
terhormat dalam kompetisi puncak musim ini: juara umum kejuaraan
nasional tinju amatir 1976. Tapi "kalau petinju-petinju senior
Jakarta (maksudnya: Ferry Moniaga dkk) ikut serta, belum tentu
Jawa Timur mampu merebut Piala Suharto", ucap Benny Tandiono
merendah hati. Sebab, "mereka itu tak punya imbangan lagi".
Bertolak dari kekalahan yang diderita kontingen ibukota dan
munculnya team Jawa Timur di puncak kejuaraan, agaknya sudah
tiba waktunya bagi Pengda Pertina Jakarta untuk kembali menata
dan memperbaiki kelemahan mereka. Kalau tidak, bukan sesuatu
yang mustahil dalam PON IX nanti, kejadian tragis ini akan
terulang lagi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini