Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Mengharapkan prestasi apa ?

Koni akan mengirim atlit ke olimpiade montreal. di- akui, meraih juara agak sulit. hanya ingin mencari pengalaman. kehadiran tim mutlak karena indonesia anggota komite olimpiade international (ioc).

10 Juli 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HAJAT KONI Pusat untuk mengirim atlit ke Olimpiade Montreal tak mungkin ditawar lagi. Carolina Riewpassa (atletik), Warino Lestanto (angkat besi), Leane Suniar dan Donald Djatunar Pandiangan (panahan), Kristiono Sumono (renang), Syamsul Anwar Harahap dan Frans von Bronckhorst (tinju) pada tanggal 3 Juli pekan lalu meninggalkan Tanah Air menuju Montreal. "Untuk mengharap ketujuh atlit ini mampu menyaingi prestasi dunia memang agak sukar", tutur Sekjen KONI Pusat, M.F. Siregar. Tapi "tujuan kita tidak hanya itu. Selain menambah pengalaman buat mereka, minimal dalam Olimpiade nanti kita harapkan mereka akan berhasil memperbaiki rekor nasional". Alasan yang disuguhkan Siregar tak lain mengingatkan orang akan sikap KONI Daerah yang memperjuangkan kehadiran atlit mereka dalam partisipasi PON IX di Jakarta tahun depan. Kelihatan ada kontradiksi akan kebijaksanaan KONI, memang. Sementara di satu pihak pimpinan KONI Pusat menekankan pada prestasi sebagai landasan partisipasinya para atlit dalam setiap peristiwa olahraga besar, di lain pihak kehadiran kontingen Indonesia di Olimpiade Montreal nampaknya lebih didorong oleh soal kepantasan. Maklum, Indonesia adalah anggota Komite Olimpiade Internasional (IOC). Dan tanpa ikutsertanya para atlit, bisa-bisa Kontingen Indonesia hanya terdiri dari beberapa pimpinan KONI dan induk-organisasi yang datang ke Montreal untuk "bertanding" di gelanggang kongres. Tapi untuk mengharapkan Carolina bisa memecahkan rekor nasional 100 meter pun tidak gampang. Sejak ia meraih perak untuk nomor 100 meter dengan tempo 12 detik pada Kejuaraan Atletik Asia di Seoul, Juni 1975, nampaknya Carolina sudah mencapai puncaknya. Ia masih lebih lamban 0,3 deik dari rekor nasionalnya sendiri yang diciptakan di Jerman Barat menjelang Olimpiade Muenchen 1972. Usianya yang makin lanjut (lahir di Ujung Pandang, 7 Pebruari 1949). Berdasarkan penelitian Coach Jerman Barat, Bert Sumser, Carolina disarankan untuk pindah ke nomor 400 dan 800 meter. Tapi tampaknya PASI sendiri kurang siap dalam pelaksanaan pemindahannya. Itulah sebabnya pimpinan PASI Jaya, Amir Lubis, merasa "saya pun tidak begitu optimis". Untuk mengharapkan ristiono mempertajam rekor nasional 800 meter dan 1500 meter mungkin lebih besar. Demikian pula Leane Suniar, Pandiangan di panahan dan Warino di angkat-besi. Lebih dari itu kita terbentur pada prestasi dunia yang makin meningkat. Dalam nomor tinju sesungguhnya masih bisa main spekulasi. Meskipun licin tidaknya menuju ke babak akhir tergantung pula pada undian. 4 tahun yang lalu dalam Olimpiade Muenchen seorang petinju di Kelas Welter Ringan harus menempuh 3 kali babak penyisihan, sebelum masuk semi final untuk memastikan perunggu. Adakah Syamsul Anwar mampu melakukan itu? Akan halnya peluang di Kelas Welter -- kelas di mana Frans VB bertanding -- pada Olimpiade Muenchen 1972 seorang petinju harus memancang 4 tingkat kwalifikasi sebelum masuk semi-final. Entah dalam Olimpiade Montreal. Prestasi tinju Indonesia di gelanggang Olimpiade dalam tahun 70-an ini baru mencatat Ferry Moniaga, Kelas Bantam, dalam daftar 8 besar. Tapi ia tersisih dalam penyusunan Kontingen Indonesia. Konon PB Pertina akan menyertai pula Ferry ke Montreal dengan biaya induk organisasi sendiri. Membidik target prestasi sebagai pertimbangan pengiriman atlit ke Olimpiade ke-21 ini memang rapuh. Lebih tepat mengarahkan penyertaan mereka berdasarkan kwalifikasi mereka sebagai atlit secara keseluruhan. Dengan harapan sepulang mereka dari Montreal, pengalaman makin bertambah dan mereka bisa menjadi pembina yang baik di kemudian hari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus