Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Jodoh Rio Di Valencia

Setelah berganti-ganti tim selama tiga tahun, Rio Haryanto akhirnya berlabuh di Campos Racing. Ia tiga kali menjadi juara di sesi sprint race GP2.

9 Juli 2015 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MOMEN yang ditunggu-tunggu itu tiba 19 April lalu. Pembalap Indonesia, Rio Haryanto, 22 tahun, finis terdepan di sesi sprint race GP2 2015 seri pertama, yang berlangsung di Sirkuit Internasional Bahrain, Sakhir. Setelah memarkir mobilnya di depan panggung podium, dia berlari menuju kru Campos Racing, yang menunggu di balik pagar. Rio kemudian melompat dan memeluk mereka-persis aksi yang ditampilkan pembalap-pembalap Formula 1 setelah memenangi sebuah balapan.

GP2 adalah kompetisi balap mobil setingkat di bawah Formula 1 (F1). Di perlombaan inilah pembalap-pembalap muda seperti Rio menunjukkan bakatnya agar dilirik tim-tim Formula 1. Beberapa pembalap F1 tersohor, seperti Lewis Hamilton dan Nico Rosberg, adalah contoh orang yang menggunakan GP2 sebagai batu loncatan ke F1.

Tidak seperti Hamilton yang langsung bisa menjadi juara umum pada tahun pertamanya di GP2, jalan Rio agak terjal. Dia harus menunggu selama tiga tahun untuk bisa merasakan kemenangan pertamanya di salah satu seri GP2. Tapi Rio sabar menjalani masa tiga tahun itu. Sebab, impiannya tidak pernah berubah. "Sejak kecil, saya mempunyai keinginan untuk bisa tampil di level yang tertinggi, yaitu Formula 1," kata Rio dalam korespondensi surat elektronik dengan Tempo.

Karier GP2 yang dimulai pada 2012 harus dilalui Rio dengan berganti-ganti tim. Awalnya dia bergabung dengan Carlin. Di tim itu, Rio hanya finis di posisi ke-14 klasemen pada akhir musim 2012. Dia tidak pernah mencicipi podium.

Memasuki musim 2013, Rio pindah ke tim asal Spanyol, Barwa Addax. Dia pun menyatakan ingin segera memiliki kesempatan berlaga di kejuaraan balap mobil paling bergengsi, Formula 1. Sayangnya, prestasi Rio tidak juga melesat. Kendati sempat satu kali naik podium, dia finis di posisi ke-19 di klasemen akhir.

Menurut Rio, mobil tim Barwa Addax kurang kompetitif, walaupun dia mengatakan orang-orang di Barwa Addax sangat profesional, easy going, dan mudah diajak bekerja sama. Rio pun memutuskan pindah ke tim Caterham Racing pada musim 2014. Tapi lagi-lagi pergantian tim itu tidak membawa perubahan besar. Ia menyelesaikan musim dengan mencicipi satu kali naik podium dan menempati peringkat ke-15.

Rio baru bertemu dengan jodohnya pada awal musim 2015 ini. Dia menandatangani kontrak dengan Campos Racing, tim yang bermarkas di Valencia, Spanyol. Tim ini pernah menjadi tempat berkarier juara dunia dua kali F1, Fernando Alonso. Bersama tim inilah prestasi Rio meningkat secara signifikan.

Setelah meraih kemenangan GP2 pertamanya di Bahrain, Rio kembali memenangi sprint race di Sirkuit Red Bull Ring, Austria, dan di Sirkuit Silverstone, Inggris, Ahad lalu. Dia pun menempati posisi ketiga di klasemen pembalap sementara dengan perolehan 91 poin. Peluang Rio menjuarai GP2 masih terbuka karena ada lima balapan lagi hingga akhir tahun.

"Saya merasa cocok dengan semua kru di Campos, termasuk bos tim, Adrian Campos, yang juga mantan pembalap F1. Dia tahu cara berkomunikasi dengan driver dan mekanik-mekanik. Adrian adalah motivator yang baik," ucap Rio. "Saya nyaman dengan tim ini."

Selain soal kenyamanan, salah satu keunggulan tim Campos, kata Rio, adalah keberadaan dua ahli mesin yang berpengalaman. "Tim engineering kami sangat berpengalaman. Ada Emilio Lozano, yang menjadi engineer saya, dan Philippe Gautheron, Direktur Teknik Tim Campos," ujarnya. "Mereka berdua sangat membantu saya belajar lebih dalam soal mobil dan teknik menyetir mobil yang mereka setting."

Pada sprint race GP2 Bahrain, misalnya, kunci kemenangan Rio antara lain disumbangkan oleh kejelian tim dalam memilih ban dan kepiawaian Rio menggunakan Drag Reduction System (DRS), yang dirancang tim untuk memperlebar jarak dua-tiga detik di depan pesaingnya. DRS merupakan sebuah alat yang diperkenalkan pertama kali pada 2011 dengan tujuan mengurangi drag aerodinamika dengan harapan bisa menambah aksi menyalip.

Adrian Campos mendirikan tim balap pada 1997 setelah ia pensiun sebagai pembalap F1. Awalnya tim ini bernama Campos Motorsport. Mereka pertama kali mengikuti kompetisi pada 1998, yaitu di kejuaraan Open Fortuna by Nissan. Saat itu mereka memiliki dua pembalap, yaitu Marc Gene dan Antonio Garcia. Gene langsung memenangi kejuaraan Open Fortuna, sementara Garcia berada di posisi kelima. Campos Motorsport pun meraih gelar juara tim.

Pada musim berikutnya, Gene naik tingkat ke Formula 1. Dia lalu diganti oleh Fernando Alonso, yang sebelumnya berlaga di kejuaraan kart. Pada musim 1999 itu, Alonso langsung menjuarai Open Fortuna, yang saat itu berganti nama menjadi Euro Open Movistar by Nissan. Campos pun mempertahankan gelar juara tim. Pada musim berikutnya, Alonso berlaga di Formula 3000.

Pada 2004, tim ini berfokus di kompetisi Spanish Formula 3. Mereka membuat dua tim dengan empat pembalap. Setahun kemudian, tim ini mengganti nama menjadi Campos Racing-nama yang dipakai hingga saat ini. Mereka kemudian membentuk tim di kejuaraan GP2 Series dan Spanish Formula 3.

Pada 2008, Campos Racing menyabet gelar juara di GP2 Series dan Spanish Formula 3. Selain itu, pembalapnya, German Sanchez, menyabet gelar juara dunia Spanish Formula 3. Pada 2009, Campos Racing mempertahankan gelar juara tim di Spanish Formula 3, yang kini dikenal dengan nama European F3 Open. Pembalap Campos, Bruno Mendez, juga meraih gelar juara dunia di European F3 Open.

Catatan prestasi yang ditorehkan Campos Racing inilah yang menjadi salah satu pertimbangan Rio memilih menjalin kontrak dengan mereka. "Campos Racing adalah tim yang kuat dan sangat berkomitmen untuk bisa sukses," ujarnya.

Sang pemilik tim pun menyambut kedatangan Rio dengan ramah. "Saya ingin menyambut Rio Haryanto di Campos Racing dengan hangat," kata Adrian Campos saat mengumumkan bergabungnya Rio. "Saya sangat senang karena dia adalah pembalap yang berpengalaman. Kami akan memberinya dukungan penuh agar kami sama-sama bisa mencapai hasil yang baik."

Rio pun berusaha semakin kompak dengan timnya. Selain menetap di Valencia agar dekat dengan markas tim, dia belajar bahasa Spanyol. "Agar bisa bergurau dengan anggota tim," ujarnya.

Gadi Makitan, Rina Widiastuti


Perjalanan Rio Haryanto

2011
Juara I Seri 5 Race 1 GP3 Europe Series, Nurburgring, Jerman
Juara I Seri 6 Race 2 GP3 Europe Series, Budapest, Hungaria
2012
Lulus test drive formula (memenuhi kriteria mendapatkan Super License Formula 1)
Menjadi pembalap termuda GP2 Series
Finis di posisi ke-14 klasemen akhir GP2 Series 2012
2013
Finis di posisi ke-19 klasemen akhir GP2 Series 2013
2014
Finis di posisi ke-15 klasemen akhir GP2 Series 2014
2015
Juara I sprint race GP2 seri Bahrain (Sirkuit Internasional Bahrain, Sakhir)
Juara I sprint race GP2 seri Austria (Sirkuit Red Bull Ring, Spielberg)
Juara I sprint race GP2 seri Inggris (Sirkuit Silverstone, Northamptonshire)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus