Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Kalah Di Singapura Menang Di Medan

Persija keluar sebagai pemenang,setelah menaklukkan Jepang di final turnamen piala marah halim ke-6 di Medan. Thailand mengalahkan PSSI PPD di Singapura.

16 April 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TURNAMEN memperebutkan Piala Marah Halim ke-6 yang berlangsung pada tanggal 19 Maret s/d 4 April 1977 telah menampilkan Kesebelasan Persija sebagai Juara. Koresponden TEMPO, Zakaria M. Passe di Medan menurunkan laporan berikut: GOL satu-satunya yang menghantar Persija sebagai sang juara terjadi pada babak kedua, menit 11. Suhanta yang bermain di kanan luar mendapat operan cerdik dari Risdianto yang bermain ditengah, setelah melakukan sprint sebentar kemudian menyocor ke jantung pertahanan Jepang. Ia sempat dicegat back kanan Koshiba dan gelandang kanan Furuta, tapi dalam dribbling Suhanta berhasil mengecoh mereka. Kiper Choei Sato yang ragu-ragu dan sudah tidak pada posisi mempersempit mulut gawang, keluar. Ia ingin menerkam bola yang sedang dibawa Suhanta. Tapi terkecoh. Suhanta dengan manis mencolok bola itu dengan ujung sepatu kirinya ke sudut kanan gawang Sato. Masuk! Kemenangan Persija yang disaksikan sekitar 40 ribu penonton Medan lan penjabat gubernur DKI Jaya Ali Sadikin juga hadir, banyak yang mengatakan merupakan "obat" dari kegagalan yang terjadi di Singapura belum lama itu. Menurut beberapa tokoh bola di Medan, "karena banyak pemain Persya sebagai pemain inti PSSI dalam turnamen Pra Piala Dunia di Singapura, dengan kemenangan itu bisa pula menghapus berbagai isyu terhadap Iswadi dan kawan-kawannya". Iswadi (yang juga terpilih sebagai pemain terbaik) dan kawan-kawannya selama di Medan "meledakkan" sesuatu yang terpendam selama ini. Dua missi Persija ke Medan berhasil. Janji Iswadi untuk membendung Piala Marah Halim dibawa selama-lamanya oleh kesebelasan Australia, dipenuhi. Bisa Dipecat Tapi yang ditunggu-tunggu pecandu si kulit bundar di Medan adalah revans antara Iswadi dan kawan-kawan dengan Niwatana Sesawasdi cs dari Thailand. Sebelum itu sudah sempat ramai jadi pembicaraan terhadap kasus di Singapura dan terlibatnya peranan si Gareng alias Sucipto yang "berjuang" di luar lapangan. Katanya, dia sudah "membujuk" Niwat agar memberi peluang kepada PSSI yang dalam turnamen Pra Piala Dunia di Singapura ketika itu nasibnya sudah ungap-ungap baung. Tapi Sucipto sendiri membantahnya melalui Antara baru-baru ini. "Tidak ada suap-menyuap" dalam usaha pendekatannya dengan kapten kesebelasan Thailand tersebut. Dalam pertandingan di Singapura Niwat dan kawan-kawannya mengalahkan Iswadi cs 3-2. Sementara itu ketika Niwat di Medan ia membantah keras ada terima sogok melalui Sucipto ketika mereka bertemu di Singapura. "Saya bisa berbahaya dan kalau diketahui ada terima uang sogok saya bisa dipecat dari pekerjaan saya". Niwatana yang berusia 30 tahun dan punya 2 anak itu sehari-hari bekerja di port uthority Thailand. "Saya kenal baik dengan Sucipto. Tapi pertemuan kami di Singapura tidaklah membicarakan mengenai masalah berapa besar saya minta uang", kata Niwat ketika masih di Medan. "Dia juga tidak pernah menawarkan atau menjanjikan sejumlah uang kepada saya sebagai imbalan karena kami memberi peluang untuk kesebelasan Indonesia". Bermain Santai Revans Iswadi cs dan Niwat bersama-sama kawannya yang berlangsung di Medan tidak lengkap didukung pemain-pemain inti yang pernah bertemu di Singapura. Tapi Persija berhasil mengalahkan Thailand dalam grup C dengan 4-0. Sedang dalam semi final Iswadi dan kawan-kawannya mengalahkan Thailand 1-0. Dalam pertandingan terakhir ini Niwat hanya separoh main. Setelah babak kedua ia cedera. "Lutut dan engkel kaki kiri saya kena", katanya pada TEMPO. Selesai pertandingan Iswadi mendatangi Niwat dan menyalaminya. "Saya ucapkan selamat atas kemenangan kalian", kata Niwat. Sementara itu pada TEMPO ia sebutkan "pertandingan ini cukup menarik dan fair". Selama Persija bermain di Medan, menurut pelatih Suwardi Arlan dan team manager Persija, M. Saelan, "anak-anak bermain santai". Mereka bermain tidak didesak dengan suatu beban moral dan instruksi harus menang. "Kami bermain seenaknya dan formasi kami susun sendiri", kata Risdianto. Setelah mereka mengalahkan Thailand dan Australia, sejak itu pula publik Medan kembali bersimpati pada anak-anak Persija. Sementara kesebelasan tuan rumah, PSMS, yang tidak sampai ke semi final, malah selalu menjadi bahan ejekan. Ternyata, tanpa PSMS, selama Persija main penonton penuh sesak di Stadion Medan. "Kami ingin menonton prestasi", ucap seorang penonton.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus