TURNAMEN memperebutkan Piala Marah Halim ke-6 yang
berlangsung pada tanggal 19 Maret s/d 4 April 1977 telah
menampilkan Kesebelasan Persija sebagai Juara. Koresponden
TEMPO, Zakaria M. Passe di Medan menurunkan laporan berikut:
GOL satu-satunya yang menghantar Persija sebagai sang juara
terjadi pada babak kedua, menit 11. Suhanta yang bermain di
kanan luar mendapat operan cerdik dari Risdianto yang bermain
ditengah, setelah melakukan sprint sebentar kemudian menyocor ke
jantung pertahanan Jepang. Ia sempat dicegat back kanan Koshiba
dan gelandang kanan Furuta, tapi dalam dribbling Suhanta
berhasil mengecoh mereka. Kiper Choei Sato yang ragu-ragu dan
sudah tidak pada posisi mempersempit mulut gawang, keluar. Ia
ingin menerkam bola yang sedang dibawa Suhanta. Tapi terkecoh.
Suhanta dengan manis mencolok bola itu dengan ujung sepatu
kirinya ke sudut kanan gawang Sato. Masuk!
Kemenangan Persija yang disaksikan sekitar 40 ribu penonton
Medan lan penjabat gubernur DKI Jaya Ali Sadikin juga hadir,
banyak yang mengatakan merupakan "obat" dari kegagalan yang
terjadi di Singapura belum lama itu. Menurut beberapa tokoh bola
di Medan, "karena banyak pemain Persya sebagai pemain inti PSSI
dalam turnamen Pra Piala Dunia di Singapura, dengan kemenangan
itu bisa pula menghapus berbagai isyu terhadap Iswadi dan
kawan-kawannya".
Iswadi (yang juga terpilih sebagai pemain terbaik) dan
kawan-kawannya selama di Medan "meledakkan" sesuatu yang
terpendam selama ini. Dua missi Persija ke Medan berhasil. Janji
Iswadi untuk membendung Piala Marah Halim dibawa selama-lamanya
oleh kesebelasan Australia, dipenuhi.
Bisa Dipecat
Tapi yang ditunggu-tunggu pecandu si kulit bundar di Medan
adalah revans antara Iswadi dan kawan-kawan dengan Niwatana
Sesawasdi cs dari Thailand. Sebelum itu sudah sempat ramai jadi
pembicaraan terhadap kasus di Singapura dan terlibatnya peranan
si Gareng alias Sucipto yang "berjuang" di luar lapangan.
Katanya, dia sudah "membujuk" Niwat agar memberi peluang kepada
PSSI yang dalam turnamen Pra Piala Dunia di Singapura ketika itu
nasibnya sudah ungap-ungap baung. Tapi Sucipto sendiri
membantahnya melalui Antara baru-baru ini. "Tidak ada
suap-menyuap" dalam usaha pendekatannya dengan kapten
kesebelasan Thailand tersebut.
Dalam pertandingan di Singapura Niwat dan kawan-kawannya
mengalahkan Iswadi cs 3-2. Sementara itu ketika Niwat di Medan
ia membantah keras ada terima sogok melalui Sucipto ketika
mereka bertemu di Singapura. "Saya bisa berbahaya dan kalau
diketahui ada terima uang sogok saya bisa dipecat dari pekerjaan
saya". Niwatana yang berusia 30 tahun dan punya 2 anak itu
sehari-hari bekerja di port uthority Thailand.
"Saya kenal baik dengan Sucipto. Tapi pertemuan kami di
Singapura tidaklah membicarakan mengenai masalah berapa besar
saya minta uang", kata Niwat ketika masih di Medan. "Dia juga
tidak pernah menawarkan atau menjanjikan sejumlah uang kepada
saya sebagai imbalan karena kami memberi peluang untuk
kesebelasan Indonesia".
Bermain Santai
Revans Iswadi cs dan Niwat bersama-sama kawannya yang
berlangsung di Medan tidak lengkap didukung pemain-pemain inti
yang pernah bertemu di Singapura. Tapi Persija berhasil
mengalahkan Thailand dalam grup C dengan 4-0. Sedang dalam semi
final Iswadi dan kawan-kawannya mengalahkan Thailand 1-0. Dalam
pertandingan terakhir ini Niwat hanya separoh main. Setelah
babak kedua ia cedera. "Lutut dan engkel kaki kiri saya kena",
katanya pada TEMPO. Selesai pertandingan Iswadi mendatangi Niwat
dan menyalaminya. "Saya ucapkan selamat atas kemenangan kalian",
kata Niwat. Sementara itu pada TEMPO ia sebutkan "pertandingan
ini cukup menarik dan fair".
Selama Persija bermain di Medan, menurut pelatih Suwardi Arlan
dan team manager Persija, M. Saelan, "anak-anak bermain santai".
Mereka bermain tidak didesak dengan suatu beban moral dan
instruksi harus menang. "Kami bermain seenaknya dan formasi kami
susun sendiri", kata Risdianto.
Setelah mereka mengalahkan Thailand dan Australia, sejak itu
pula publik Medan kembali bersimpati pada anak-anak Persija.
Sementara kesebelasan tuan rumah, PSMS, yang tidak sampai ke
semi final, malah selalu menjadi bahan ejekan. Ternyata, tanpa
PSMS, selama Persija main penonton penuh sesak di Stadion Medan.
"Kami ingin menonton prestasi", ucap seorang penonton.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini